Hacker China Retas Operator Seluler Singapura SingTel, Amerika Target Selanjutnya?

Elysa Magrisia Herdiani . November 07, 2024

China retas Singtel

Teknologi.id - Serangan siber yang menargetkan operator seluler Singapura, SingTel, telah menimbulkan keprihatinan di seluruh dunia. Banyak yang menganggap peretasan ini sebagai ancaman nyata yang dilakukan oleh kelompok peretas asal China bernama Volt Typhoon, yang sebelumnya diketahui menargetkan infrastruktur penting di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Apakah serangan ini hanya uji coba sebelum target berikutnya beralih ke negara-negara besar, seperti Amerika Serikat?

Serangan Siber terhadap SingTel, Operator Seluler Terbesar di Singapura

SingTel, operator seluler terbesar di Singapura, menjadi korban serangan siber pada Juni 2024. Menurut laporan dari sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, serangan ini bagian dari kampanye global yang diduga disponsori oleh negara China, menargetkan sektor telekomunikasi dan infrastruktur penting. Kelompok hacker Volt Typhoon, yang dilaporkan telah menanamkan diri di jaringan IT Amerika Serikat sejak 2021, disinyalir berada di balik serangan ini. Mereka menggunakan teknologi yang canggih untuk menyusup ke sistem dan tetap berada di sana tanpa terdeteksi dalam waktu lama.

Volt Typhoon bukanlah pemain baru dalam dunia siber. Kelompok ini telah dikenal oleh komunitas intelijen global sebagai ancaman bagi infrastruktur penting, termasuk sektor energi dan telekomunikasi. Pada awal tahun 2024, aliansi intelijen Five Eyes yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, Inggris, dan Selandia Baru mengeluarkan peringatan bahwa Volt Typhoon sedang membangun basis di berbagai jaringan infrastruktur penting untuk kemungkinan serangan lebih lanjut jika ketegangan dengan Barat meningkat.

Baca  juga: Miris! Riwayat Pembobolan Data oleh Bjorka di Indonesia

Teknologi Web Shell: Cara Kerja Volt Typhoon dalam Menyusup ke SingTel

Dalam serangan ini, Volt Typhoon dilaporkan menggunakan alat bernama "web shell" untuk menyusup ke jaringan SingTel. Web shell adalah alat yang memungkinkan peretas mengakses jaringan perusahaan melalui jalur tersembunyi, seolah-olah mereka adalah pengguna resmi. Web shell juga memberi kemampuan bagi para hacker untuk memantau aktivitas jaringan dan mengumpulkan data kredensial penting yang memungkinkan akses lebih dalam ke jaringan perusahaan.

Web shell ini ditemukan oleh pihak SingTel saat mereka mendeteksi aktivitas yang mencurigakan dalam data yang melintasi jaringan backend router mereka. Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, terungkap bahwa alat tersebut sebenarnya sedang dalam mode "mendengarkan" atau memantau. Artinya, Volt Typhoon mungkin sedang menunggu waktu yang tepat untuk meluncurkan serangan sebenarnya atau bahkan menggunakan jaringan tersebut sebagai pintu masuk menuju infrastruktur lain.

China Membantah Keterlibatan dalam Serangan Siber Ini

Seiring dengan laporan yang muncul terkait serangan ini, pihak Kedutaan Besar China di Washington, Amerika Serikat, segera memberikan pernyataan kepada media, menyebut bahwa mereka tidak mengetahui secara spesifik terkait peretasan ini. Juru bicara Kedutaan Besar China, Liu Pengyu, mengatakan bahwa negaranya secara tegas menentang segala bentuk serangan dan pencurian siber. Meski demikian, beberapa negara dan aliansi intelijen telah mengaitkan Volt Typhoon dengan pemerintah China, menuduhnya sebagai "senjata" siber yang bisa digunakan dalam situasi konflik atau untuk memengaruhi infrastruktur negara-negara pesaing.

Pihak keamanan siber di Amerika Serikat juga memperhatikan tindakan China yang terus memanfaatkan organisasi-organisasi hacker sebagai alat strategis. Mereka mencurigai bahwa Volt Typhoon beroperasi dengan dukungan penuh dari badan intelijen atau militer negara tersebut, mengingat target yang diincarnya adalah infrastruktur yang dianggap vital bagi stabilitas dan keamanan nasional.

Apakah Amerika Menjadi Target Selanjutnya?

Serangan terhadap SingTel hanya menjadi satu dari serangkaian serangan yang menargetkan operator telekomunikasi dan infrastruktur penting. Para ahli menyebut bahwa serangan ini bisa menjadi “pemanasan” bagi kelompok hacker China untuk menguji strategi peretasan sebelum akhirnya menyasar infrastruktur penting di negara-negara besar seperti Amerika Serikat.

Serangan terhadap perusahaan telekomunikasi AS akan memiliki dampak besar, mengingat ketergantungan yang tinggi terhadap layanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Jika Volt Typhoon berhasil menyusup ke sistem telekomunikasi AS, maka ada kemungkinan bahwa mereka dapat memantau komunikasi penting, bahkan mendapatkan akses ke data rahasia pemerintah atau perusahaan.

Baca juga: Website Lego Diretas, Hacker Gunakan untuk Mempromosikan Penipuan Kripto

Ancaman yang Perlu Diwaspadai

Serangan siber dari kelompok hacker yang diduga disponsori negara, seperti Volt Typhoon, menunjukkan ancaman yang nyata terhadap infrastruktur global. Perusahaan telekomunikasi dan penyedia layanan internet harus waspada terhadap teknik peretasan canggih yang menggunakan malware dan alat monitoring seperti web shell. Beberapa langkah keamanan yang dapat diterapkan oleh perusahaan telekomunikasi adalah memperkuat sistem keamanan, melakukan pemantauan real-time terhadap aktivitas mencurigakan, serta bekerja sama dengan badan keamanan siber internasional untuk bertukar informasi terkait ancaman terbaru.

Untuk mengatasi ancaman dari Volt Typhoon dan kelompok peretas lainnya, negara-negara harus bekerja sama dalam memperkuat jaringan keamanan siber mereka. Aliansi intelijen Five Eyes telah berperan besar dalam mengidentifikasi dan melacak pergerakan kelompok hacker China ini. Akan tetapi, di era digital saat ini, ancaman siber menjadi lebih rumit dan sulit dideteksi, karena hacker terus berinovasi dengan teknik-teknik yang lebih canggih.

Serangan siber yang menargetkan SingTel oleh kelompok hacker China, Volt Typhoon, menunjukkan betapa rentannya sektor telekomunikasi global terhadap ancaman digital. Dengan kemampuan untuk mengakses data sensitif dan menyusup ke sistem penting, kelompok hacker seperti Volt Typhoon berpotensi memberikan ancaman serius terhadap keamanan nasional di seluruh dunia, terutama jika mereka mengarahkan perhatian mereka pada infrastruktur vital di negara-negara besar seperti Amerika Serikat.

Upaya untuk melindungi sektor telekomunikasi dan infrastruktur penting lainnya harus terus ditingkatkan dengan langkah-langkah proaktif. Dengan ancaman yang kian nyata, kolaborasi internasional di bidang keamanan siber akan semakin penting untuk menghadapi ancaman-ancaman baru yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(emh)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar