Pajak E-Commerce Blogger dan Streamer Akan Sulit

Artha Soeratin . January 20, 2019

Pajak E-Commerce
Menarik pajak E-Commerce untuk Blogger dan Streamer diprediksi akan sulit. Hal ini, selain karena mereka memanfaatkan teknologi saat ini untuk berkembang, mereka juga memanfaatkannya untuk mencari penghasilan. Kita pasti pernah melihat bagaimana para Vlogger ini mendapatkan penghasilan dari penonton yang melihat videonya. Contohlah Junskitchen, atau mungkin Jess No Limit yang terkenal sebagai pemain pro Mobile Legends. Mereka mendapat penghasilan dari berbagai video namun itu belum termasuk sumbangan dari pemain. Kedua profesi tersebut memang sangat tidak mendapat angka pasti berapa pajak yang bisa ditarik. Beberapa mungkin sudah mengaplikasikannya sebelum pajak tersebut ada seperti gerai fast food KFC, McDonalds, Pizza Hut, dan lain-lain. Mereka sudah menerapkannya meski itu terjual melalui aplikasi atau website. Mengapa Blogger dan Streamer sangat sulit diprediksi untuk ditarik pajak?

Pajak E-Commerce dari Subscriber

Jess No Limit terkenal sebagai pemain pro di Mobile Legends. Akan tetapi, selain gaji yang didapat dari tim, ia juga mendapatkan penghasilan dari mereka yang langganan dan donasi. Pajak E-Commerce di sini hanya bisa mencakup subscriber atau langganan, tapi tidak dengan donasi. Melalui subscribe, Jess No Limit bisa mendapat angka pasti berapa penghasilan dalam sebulan. Jika didapat dari donasi, maka ia tidak perlu membayar pajak karena donasi adalah sumbangan sukarela. Jess No Limit nanti hanya akan membayar pajak gaji tim dan gaji dari jumlah subscribernya. Namun, jumlah nilai pajak bisa naik atau turun. Hal itu tergantung dari berapa banyak dia mendapat langganannya. Jika turun, maka nilai pajak juga akan turun, demikian pula dengan sebaliknya. Untuk selebgram mungkin juga cukup sulit. Tergantung endorsementnya atau bagaimana instagram akan menghitungnya. Penulis juga sejujurnya tidak tahu bagaimana cara menghitung pajak di instagram.

Penghasilan Sangat Tidak Menentu

Beberapa jasa seperti Tokopedia maupun GO-JEK juga diprediksi akan sulit membayar pajak. Untuk GO-JEK mungkin bisa melalui pajak dari berapa banyak jasanya. Lebih rumitnya lagi, pajak E-Commerce untuk GO-JEK mungkin harus disortir satu-satu. Dimulai dari GO-Ride, GO-SEND, dan lain-lain sebelum bisa dikalkulasi berapa banyak pajak yang harus dibayar. Tokopedia juga sama. Mereka hanyalah penyedia tenant online sementara bisnis dijalankan oleh mereka yang melakukan usaha. Tokopedia bisa saja membuat kesepakatan dengan pengusaha namun, ada kemungkinan para pengusaha berusaha membuat cabang-cabang kecil sehingga pajak yang akan dibayar semakin kecil.

Permasalahan Jangka Panjang

Untuk jangka panjangnya, bagaimana caranya pajak E-Commerce ini tetap berjalan? Mungkin untuk antisipasinya, kita perlu mengupdate berkas pajak sehingga pajak yang harus dibayarkan juga akan disesuaikan seiring perkembangan waktu. Tentunya kita berharap pemerintah bisa memaksimalkan teknologi saat ini terutama untuk pajak. Mungkin masalahnya juga akan banyak. Kita tidak tahu bagaimana perusahaan start-up akan beroperasi jika mendapat suntikan modal. Tentunya pajak mungkin hanya berlaku untuk penghasilan tertentu, namun mereka yang terus berkembang karena suntikan modal juga akan sulit untuk dipungut pajaknya.  
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar