5 Hal Penting yang Dibutuhkan untuk Memulai Bisnis

Super Intern . November 26, 2020

Foto: ERC

Teknologi.id - Banyak pembicaraan yang membahas tentang apakah seorang pengusaha membutuhkan pendidikan akademis atau tidak untuk memulai bisnis. Di Eropa, statistik terbaru menunjukkan bahwa sekitar 84% pendiri startup memang memiliki gelar.

Perdebatan terus berlanjut tentang pentingnya pendidikan akademis bagi yang ingin menjadi pengusaha masa depan. Tentu yang tidak bisa diabaikan adalah dampak pandemi COVID-19 terhadap pola pikir terkait pendidikan tradisional dan kewirausahaan.

Baca juga: Elon Musk Geser Bill Gates Jadi Orang Terkaya ke-2 di Dunia

Krisis tidak hanya membuat ribuan individu dari semua latar belakang mengembangkan bisnis untuk memberikan solusi COVID-19, tetapi juga melihat sistem pendidikan global berada di bawah pengawasan ketat. Banyak yang mulai mempertanyakan apakah sistem tradisional benar-benar mampu melatih para pemimpin, pencipta dan inovator masa depan, termasuk pengusaha.

Di bawah ini ada lima hal penting yang diyakini oleh EU-Startups dalam mempersiapkan hidup sebagai pengusaha.

1. Sedikit 'grit' sudah cukup

Mungkin kamu pernah mendengar istilah 'grit'. ‘Grit’ lumayan populer beberapa tahun yang lalu, setelah Angela Duckham mengangkat judul Ted talk “Grit: The Power of Passion and Perserverance”. Video Ted talk-nya telah ditonton sebanyak 22 juta kali di YouTube.

Dalam pembicaraan tersebut, Duckham menjelaskan bahwa 'ketabahan' tidak dikembangkan secara eksklusif dalam lingkungan akademis tetapi merupakan faktor penentu utama untuk sukses, termasuk dalam konteks kewirausahaan. 

2. Pola pikir “masa depan yang gagal”

Pendidikan akademis tidak menghargai kegagalan. Namun, ironisnya, mempelajari bagaimana merangkul kegagalan adalah kunci untuk mempersiapkan pengusaha masa depan untuk sukses.

Dalam perjalanan kewirausahaan, menguji dan menyesuaikan adalah apa yang akan mendorong bisnis tahap awal ke depan. Sangat tidak mungkin jika semuanya berjalan dengan lancar pada putaran pertama.

Faktanya, menurut laporan Stryber 'Startup failure in Europe an Indepth Analysis', 90% dari startup baru gagal dalam setahun. Untuk mempersiapkan kewirausahaan, calon pendiri perlu belajar dari kesalahan masa lalu dan 'gagal maju' untuk sukses.

3. Empati untuk komunikasi yang berarti

Empati merupakan keterampilan yang sangat diremehkan di masa lalu dan juga sesuatu yang dianggap tidak mungkin membantu. Namun, itu adalah inti dari apa yang dibutuhkan perngusaha untuk berhasil, terutama dalam konteks COVID-19.

Pengusaha akan membutuhkan empati tidak hanya untuk berkomunikasi dengan tim mereka, tetapi mereka juga membutuhkannya untuk terlibat dan belajar dari pelanggan pertama mereka.

Dengan semakin banyaknya produk dan layanan yang tersedia bagi konsumen, pengusaha perlu memahami proses berpikir di balik keputusan pelanggan mereka untuk mendorong loyalitas merek dan peningkatan dalam apa yang mereka bawa ke pasar.

4. Mencari kenyamanan dalam pemecahan masalah

Untuk memulai bisnis, pengusaha tentu merasa tidak nyaman dengan masalah yang dihadapi, tetapi dituntut untuk merasa nyaman dalam proses pemecahan masalah. Ada berbagai masalah yang perlu diselesaikan, tetapi mengidentifikasi masalah tersebut dan mencari solusi yang tepat harus menjadi salah satu kekuatan pendorong setiap pengusaha.

Hal ini mencakup fase ideasi memulai bisnis, hingga penyelesaian masalah sehari-hari saat mengelola alat yang tidak diketahui atau menghadapi tantangan baru.

5. Pengambilan 'kunci'

Meskipun pendidikan akademis sangat berharga, namun hal itu jauh dari pemecah kesepakatan dalam mempersiapkan pengusaha masa depan. Yang terpenting adalah mengasah perkembangan kecerdasan emosional dan kemauan untuk terus bergerak maju meskipun ada kemunduran atau hambatan.

Baca juga: Gojek Dapat Investasi dari Telkomsel, Jumlahnya Mengejutkan!

(bal)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar