Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi Rafah, Ternyata Ini Negara Pemasok Senjata Zionis

Nuryana . May 31, 2024

Foto: Reuters

Teknologi.id - Sejak dimulainya operasi militer bulan ini, hingga kini diketahui tentara Israel telah membunuh sekitar 300 militan Palestina di Rafah.

Serangan ke Rafah dimulai pada 7 Mei, meskipun ada keberatan internasional mengenai keselamatan warga sipil Palestina di kota tersebut.

Sebelumnya, militer Israel melaporkan telah menyerang lebih dari 50 sasaran di Gaza, menemukan senjata, bahan peledak, dan terowongan di Rafah, serta bertempur dengan militan di Jabalia di utara.

Sebelum serangan di Rafah, PBB melaporkan bahwa 1,4 juta orang berlindung di kota tersebut, namun sejak itu, satu juta orang telah mengungsi menurut UNRWA.

Perang Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan 1.189 orang, sebagian besar warga sipil. Militan juga menyandera 252 orang, dengan 121 orang masih di Gaza, termasuk 37 orang yang menurut tentara telah tewas.

Serangan balasan Israel telah menewaskan setidaknya 36.224 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Akibat serangan Israel di Rafah ini tentu memicu perhatian dan kecaman dari seluruh dunia.

Tindakan brutal Israel tidak lepas dari peran negara-negara Barat yang memasok senjata kepada mereka.

Israel memang dikenal sebagai eksportir senjata, namun mereka juga bergantung pada pesawat, bom berpemandu, dan rudal impor.

Dilansir dari BBC, berikut adalah negara-negara yang menjadi pemasok senjata terbesar bagi Israel:

Baca juga: Menyayat Hati, Begini Foto Satelit Pengungsian Rafah Tahun 2023 vs 2024

Amerika Serikat

Amerika Serikat adalah pemasok senjata terbesar untuk Israel, membantu negara tersebut menjadi salah satu yang memiliki teknologi militer tercanggih di dunia.

Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), antara 2019 dan 2023, AS menyumbang 69% dari impor senjata konvensional utama Israel. AS juga memberikan bantuan militer tahunan sebesar USD 3,8 miliar melalui perjanjian 10 tahun untuk memastikan Israel mempertahankan keunggulan militer atas negara-negara tetangganya.

Bantuan ini digunakan Israel untuk membeli jet siluman F-35, di mana mereka telah memesan 75 unit dan menerima sekitar 30 unit, menjadikan Israel negara pertama di luar AS yang menerima dan menggunakan F-35 dalam pertempuran.

Sebagian dari bantuan tersebut, yaitu USD 500 juta per tahun, dialokasikan untuk pertahanan rudal, termasuk sistem Iron Dome, Arrow, dan David's Sling yang dikembangkan bersama.

Sistem ini penting bagi Israel untuk melindungi diri dari serangan roket, rudal, dan drone oleh kelompok bersenjata Palestina di Gaza, serta kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.

Beberapa hari setelah serangan Hamas, Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa AS akan meningkatkan bantuan militer ke Israel.

Dua penjualan militer AS ke Israel disetujui secara darurat, yakni 14.000 amunisi tank senilai USD 106 juta dan komponen untuk peluru artileri senilai USD 147 juta.

Media AS melaporkan bahwa pemerintahan Joe Biden secara diam-diam telah melakukan lebih dari 100 penjualan peralatan militer ke Israel, sebagian besar di bawah ambang batas yang memerlukan pemberitahuan resmi kepada Kongres.

Baca juga: Trending Istilah "All Eyes on Rafah" di Media Sosial, Ini Artinya

Jerman

Jerman adalah pemasok senjata terbesar kedua bagi Israel, menyumbang 30% dari impor senjata Israel antara 2019 dan 2023.

Pada tahun 2023, penjualan senjata Jerman ke Israel mencapai USD 351 juta, meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan tahun 2022. Sebagian besar izin ekspor ini diberikan setelah serangan pada 7 Oktober.

Pemerintah Jerman menyatakan bahwa penjualan ini mencakup peralatan militer dan senjata perang.

Menurut kantor berita DPA, penjualan tersebut termasuk 3.000 senjata anti-tank dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis. Sebagian besar izin ekspor tersebut adalah untuk kendaraan darat serta teknologi pengembangan, perakitan, pemeliharaan, dan perbaikan senjata.

Kanselir Olaf Scholz telah menjadi pendukung kuat Israel dalam membela diri, meskipun sikapnya terhadap tindakan Israel di Gaza telah berubah dalam beberapa minggu terakhir dan memicu perdebatan di Jerman.

Namun, penjualan senjata tampaknya akan terus berlanjut.

Italia

Italia adalah pemasok senjata terbesar ketiga bagi Israel, meskipun hanya menyumbang 0,9% dari impor senjata Israel antara 2019 dan 2023.

Penjualan tersebut termasuk helikopter dan artileri angkatan laut.

Tahun lalu, penjualan senjata dan amunisi mencapai USD 14,8 juta. Meskipun pemerintah Italia mengklaim memblokir ekspor senjata berdasarkan undang-undang yang melarang penjualan ke negara yang sedang berperang atau melanggar hak asasi manusia, ekspor senilai 2,1 juta euro tetap disetujui antara bulan Oktober dan Desember.

Menteri Pertahanan Guido Crosetto menyatakan bahwa Italia menghormati kontrak yang ada setelah memeriksanya dan memastikan bahwa bahan yang diekspor tidak dapat digunakan terhadap warga sipil.

Inggris dan negara-negara lainnya

Ekspor barang-barang militer Inggris ke Israel relatif kecil, hanya mencapai USD 53 juta pada tahun 2022.

Menurut Kampanye Menentang Perdagangan Senjata (CAAT), sejak 2008, Inggris telah mengeluarkan izin ekspor senjata ke Israel senilai total USD 727 juta.

Sebagian besar produk tersebut adalah komponen yang digunakan dalam pesawat tempur buatan AS yang dipasok ke Israel. Namun, pemerintah Inggris kini menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menangguhkan ekspor ini.

Perdana Menteri Rishi Sunak menyatakan bahwa Inggris memiliki rezim perizinan ekspor yang sangat ketat dan menekankan bahwa Israel harus bertindak sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional.

Sementara itu, pemerintah Kanada, yang mengekspor senjata ke Israel senilai USD 15,7 juta pada tahun 2022, mengatakan akan menunda persetujuan izin baru sampai dapat memastikan senjata tersebut digunakan sesuai dengan hukum Kanada. Namun, izin yang sudah ada sebelumnya tetap berlaku.

Baca juga: Staf Perusahaan Meta Buat Surat Terbuka, Respon Atas Genosida Israel

Industri asal israel

Dengan bantuan AS, Israel juga telah mengembangkan industri pertahanannya dan menjadi peringkat kesembilan sebagai eksportir senjata terbesar di dunia.

Menurut SIPRI, produk-produk Israel mendominasi 2,3% dari total penjualan senjata global antara tahun 2019 dan 2023.

Penerima utama dari produk Israel termasuk India (37%), Filipina (12%), dan AS (8,7%).

Penjualan senjata tersebut mencapai nilai USD 12,5 miliar pada tahun 2022.

Kendaraan udara tak berawak (UAV) menjadi kontributor terbesar dengan 25% dari total ekspor, diikuti oleh rudal, roket, sistem pertahanan udara, sistem radar, dan teknologi peperangan elektronik.

Pada bulan September, sebelum pecahnya perang, Jerman menyetujui kesepakatan senilai USD 3,5 miliar dengan Israel untuk membeli sistem pertahanan rudal Arrow 3 yang dapat mencegat rudal balistik jarak jauh. Kesepakatan ini merupakan yang terbesar yang pernah dilakukan oleh Israel dan memerlukan persetujuan AS karena keduanya bersama-sama mengembangkan sistem tersebut.

Ancaman negara eropa kepada israel

Serangan kejam itu menimbulkan kemarahan di beberapa negara di Eropa.

Mereka menekankan dan mengancam Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar dipertanggungjawabkan atas tindakan genosida yang dilakukan oleh negaranya.

Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva memerintahkan penarikan duta besar negaranya dari Israel sebagai respons terhadap serangan yang keras terhadap Rafah, sebagai langkah dukungan terhadap gencatan senjata di Gaza.

Aljazair dan beberapa negara Arab juga mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel. Aljazair menegaskan bahwa DK PBB memiliki tanggung jawab untuk memastikan penerapan resolusi relevan terkait Palestina.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengungkapkan kekesalannya terhadap Israel dan PBB. Ia menyatakan bahwa serangan mematikan terbaru Israel di Gaza adalah tanggung jawab DK PBB, dan mengecam ketidaktegasan DK PBB yang dinilai melemahkan semangat.

Erdogan juga mendorong negara-negara Arab untuk bersatu dalam menghadapi Israel.

"Israel bukan hanya ancaman bagi Gaza tetapi bagi seluruh umat manusia. Tidak ada negara yang aman selama Israel tidak mengikuti hukum internasional dan tidak merasa terikat dengan hukum internasional," tegas Erdogan dikutip dari AFP.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ny)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar