Menko Airlangga Sebut Banjir EV Buat Harga Mobil di Indonesia Turun

Yasmin Najla Alfarisi . December 02, 2025

Foto: tirto.id

Teknologi.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan terdapat kenaikan angka Electric Vehicles (EV) di pasar Indonesia menciptakan tekanan kompetitif, dan menurunkan harga mobil konvensional. Airlangga menjelaskan fenomena ini sebagai perkembangan baru di industri, ujarnya di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2025 di Jakarta Pusat, Senin (1/12).

Menko menjelaskan hal ini menyorot dampak langsung pada harga yang terjangkau. Ia mengatakan rata-rata harga mobil di pameran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025  adalah sekitar Rp 300 juta. Yang mengejutkannya, beberapa model EV bahkan ada yang berharga Rp 175 juta sampai Rp 190 juta. Strategi penetapan harga dari pembuat EV ini mengubah struktur pasar, yang sebelumnya didominasi merek dengan rata-rata harga yang lebih tinggi. 

"Di pameran kemarin, harga rata-rata mobil sekitar Rp300 juta, bahkan ada yang dibanderol Rp175 juta hingga Rp190 juta. Artinya dengan kehadiran elektrik harga mobil tertekan ke bawah dan ini belum pernah terjadi sebelumnya,"

Baca juga: Hilirisasi Kunci Kemandirian Ekonomi RI, Pemerintah Siapkan 18 Proyek Rp618 Triliun

Melihat Data yang Ada

Foto: Pixabay

Airlangga mendukung penyataannya dengan menyebutkan data tentang transisi pasar yang cepat. Saat penjualan mobil konvensional tetap stabil, pembelian EV menunjukkan loncatan signifikan. Penjualan EV meningkat sebanyak 18.27% year-on-year (YoY) berdasarkan September 2025. Penjualan motor listrik juga menunjukkan pertumbuhan, naik sebanyak 8.44% YoY di bulan Oktober 2025. Data ini menunjukkan perpindahan dari mobil dengan bahan bakar gas, ke mobil elektrik di kedua segmen transportasi.

Ia memposisikan guncangan positif pada pasar transportasi ini menggunakan istilah tailwind, yang mewakili tekanan eksternal yang bermanfaat, seperti kuatnya ketertarikan pembeli, kebijakan pemerintah yang mendukung, dan pengurangan biaya teknologi. Menko Airlangga menunjukkan optimismenya tentang situasi pasar: 

"Ke depan, kita didorong oleh tailwind. Risikonya lebih banyak bersifat upside risk (positif) daripada downside risk (negatif),"

Di sisi lain, penggunaan EV juga menawarkan manfaat pada lingkungan, berkontribusi pada berkurangnya emisi karbon di pusat perkotaan besar. 

Dukungan Internal dan Eksternal

Foto: Pexels

Kebijakan pemerintah dalam memberikan dorongan menjadi peran krusial. Airlangga menjelaskan tren menurunnya harga didukung oleh banyaknya investasi dari berbagai produsen EV global, yang didukung oleh kebijakan pemerintah. Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah mengalokasikan Rp 7 triliun untuk mendorong sektor otomotif selama dua tahun, ia juga menambahkan, "[...] oleh karena itu beberapa pabrik sudah komitmen untuk membangun pabrik,"

Ia lalu menjelaskan komitmen investasi yang telah masuk: 

  1. BYD sebanyak Rp 11,2 triliun
  2. Chery sebanyak Rp 5,2 triliun
  3. Wuling sebanyak Rp 16,8 triliun (otomotif dan baterai)
  4. VinFast (Vietnam) sebanyak Rp 3,7 triliun
  5. Investasi tambahan dari Hyundai sebanyak Rp 20 triliun.

Meskipun perumbuhan penjualan EV sangat cepat, Airlangga mengakui jatah pasar untuk kendaraan Internal Combustion Engine (ICE) tetap mendominasi, sekitar 80% dari total penjualan. Ia juga menyampaikan arahan presiden untuk mengalokasikan anggaran untuk mendukung perkembangan mobil nasional, selagi memperhatikan keterjangkauan harga di semua segmen. Airlangga menyatakan jatah pasar terbesar diisi oleh mobil yang berharga di bawah Rp 300 juta, mengonfirmasi bahwa keterjangkauan harga adalah tantangan utama pemerintah.

Baca juga: Cara Aman Isi Daya Mobil Listrik di Rumah: Hindari Risiko dengan Langkah Tepat

Pendapat Dukungan 

Menyangkut dukungan ke depannya, juru bicara Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto mengonfirmasi tidak adanya proposal untuk insentif otomotif di tahun 2026. Walau begitu, ia menyatakan Kemenko Perekonomian terbuka untuk diskusi dan menerima proposal.

Haryo menjelaskan kebijakan pemerintah terkain industri otomotif akan berfokus pada beberapa area, yaitu:

  1. Memperkuat nilai lokal
  2. Meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 
  3. Mengembangkan infrastruktur pengisian daya EV
  4. Menyediakan dukungan untuk alih teknologi dan kenaikan kapasitas produksi nasional

Menurutnya, diskusi lebih lanjut tentang insentif otomotif harus mempertimbangkan perkembangan industri nasional. Ia menyimpulkan dengan ini pemerintah akan terus berkomitmen dalam emnjaga sektor otomotif sebagai salah satu pilar penting di industri manufaktur Indonesia.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)



author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar