Teknologi.id - Pada era digital yang semakin maju, kecerdasan buatan (AI) semakin meresap dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Namun, bagaimana dengan para pekerja yang terlibat dalam melatih sistem AI tersebut? Baru-baru ini, OpenAI, perusahaan pengembang AI terkemuka, telah menjadi sorotan terkait kebijakan penggajian untuk pekerja kontrak mereka yang bertanggung jawab dalam melatih sistem AI ChatGPT mereka.
Dalam sebuah laporan dari NBC News, dilaporkan bahwa OpenAI mempekerjakan sekitar 1.500 pekerja kontrak untuk melatih sistem AI ChatGPT mereka. Para pekerja kontrak ini, yang disebut sebagai "shadow workforce" atau "pekerja bayangan," melakukan tugas-tugas seperti memberikan label pada data dan mengedit hasil dari sistem AI ChatGPT.
Namun, kebijakan penggajian OpenAI untuk para pekerja kontrak ini menuai kritik dari berbagai pihak. Gizmodo melaporkan bahwa para pekerja kontrak OpenAI hanya digaji sekitar $15 per jam atau sekitar Rp215.000 per jam, yang jauh di bawah rata-rata gaji di Silicon Valley. Di India, dilansir dari Times of India, para pelatih ChatGPT yang bekerja sebagai kontraktor dilaporkan hanya menerima gaji sekitar 15.000-20.000 rupee per bulan atau sekitar Rp2,9-3,9 juta per bulan. Pendapatan ini bervariasi tergantung pada jumlah waktu yang mereka habiskan untuk melatih AI. Meskipun jumlah ini mungkin tampak cukup bagi beberapa individu di India, masih terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan oleh ChatGPT itu sendiri.
Meskipun OpenAI telah memperbaiki beberapa kebijakan penggajian mereka untuk para pekerja kontrak, termasuk memberikan bonus dan pelatihan tambahan, tetap saja banyak yang merasa bahwa penggajian tersebut masih terlalu rendah untuk pekerjaan yang dilakukan.
Hal ini memunculkan pertanyaan tentang perlindungan kerja dan upah yang layak bagi para pekerja kontrak yang terlibat dalam melatih sistem AI. Sebagai “pekerja bayangan” yang kuat di balik kecerdasan buatan, mereka memainkan peran penting dalam memastikan sistem AI dapat berfungsi dengan baik. Namun, apakah para pekerja ini juga memperoleh upah yang sepadan dengan pekerjaan mereka?
Seiring dengan perkembangan AI yang semakin cepat, penting bagi perusahaan-perusahaan yang mengandalkan para pekerja kontrak untuk melatih sistem AI mereka untuk memastikan bahwa mereka memberikan perlindungan kerja dan penggajian yang layak bagi para pekerja kontrak tersebut. Upah yang adil dan kondisi kerja yang layak harus menjadi prioritas untuk menjaga kesejahteraan mereka yang memberikan kontribusi dalam melatih AI yang menghasilkan keuntungan besar. Langkah-langkah seperti meningkatkan upah, menyediakan manfaat pekerja, dan memberikan jaminan kerja yang lebih baik perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan perlindungan yang adil bagi pekerja kontrak AI. Hanya dengan demikian, sistem AI dapat berkembang dengan baik tanpa mengorbankan hak dan kesejahteraan para pekerja kontrak.
Dalam mengembangkan teknologi AI, penting bagi kita untuk tidak hanya melihat sisi kehebatan dan potensi inovasi yang ditawarkan, tetapi juga memastikan bahwa dampak sosial dan ekonomi dari implementasi tersebut dikelola dengan baik. Melalui kesadaran akan kondisi kerja para pekerja kontrak ChatGPT, kita dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan pengakuan dan imbalan yang pantas atas kontribusi mereka.
Selain itu, penting juga bagi OpenAI dan perusahaan teknologi lainnya untuk mempertimbangkan opsi lain dalam mengelola pekerjaan kontrak yang terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan AI. Salah satu alternatif yang mungkin dipertimbangkan adalah memperluas jumlah posisi penuh waktu untuk melatih dan mengawasi AI, bukan hanya mengandalkan pekerja kontrak. Dengan demikian, pekerja akan mendapatkan manfaat yang lebih lengkap, seperti jaminan kerja, asuransi kesehatan, cuti yang layak, dan kesempatan untuk berkembang karier.
Selain itu, langkah-langkah seperti mengadakan pelatihan dan program pengembangan keterampilan untuk para pekerja kontrak juga dapat menjadi solusi yang berkelanjutan. Dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, mereka dapat memperoleh kesempatan yang lebih baik dalam pasar kerja dan memperoleh penghasilan yang lebih baik pula.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pekerja kontrak dalam industri AI adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam pengembangan teknologi. Namun, kita juga harus memastikan bahwa mereka tidak diperlakukan sebagai "pekerja bayangan" yang hanya berkontribusi pada keuntungan perusahaan tanpa memperoleh imbalan yang setimpal.
Dalam menjaga keseimbangan antara inovasi AI dan keadilan sosial, perlu adanya kerjasama antara perusahaan teknologi, pemerintah, dan masyarakat. Regulasi yang tepat dan perlindungan hukum bagi pekerja kontrak dapat membantu menciptakan lingkungan yang adil dan berkelanjutan bagi industri AI.
Seiring perkembangan AI dan teknologi lainnya, perhatian terhadap kondisi kerja dan kompensasi pekerja kontrak harus terus diperhatikan dan diperbaiki. Dengan memastikan kesejahteraan mereka, kita dapat mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang melibatkan interaksi manusia dan kecerdasan buatan.
Baca juga : Ingin Bekerja di Bidang IT? Ini 8 Pekerjaan dengan Gaji Tinggi di Indonesia pada 2023
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi semua pihak terlibat untuk berkomitmen dalam menciptakan solusi yang adil dan berkelanjutan. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan potensi AI secara luas tanpa meninggalkan para pekerja kontrak yang telah memberikan kontribusi penting dalam mengembangkan teknologi yang kita nikmati saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(fr)