Psikolog Ungkap Gen Z yang Punya Second Account Instagram Berisiko Depresi Tinggi!

Regina Sephiani . October 13, 2024

instagram gen z
Foto: Tech in Asia

Teknologi.id - Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh bersama teknologi dan media sosial yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. Platform seperti Instagram bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga tempat untuk mengekspresikan diri, menemukan komunitas, dan membangun identitas.

Namun, seiring dengan manfaat tersebut, muncul fenomena second account di Instagram, atau yang sering disebut dengan "finsta" (fake Instagram). Second account Instagram adalah akun tambahan yang biasanya bersifat lebih pribadi, digunakan untuk membagikan konten yang tidak ditampilkan di akun Instagram utama.

Meskipun tampak seperti sarana untuk kebebasan berekspresi, penelitian psikologis menunjukkan bahwa pengguna second account, khususnya Gen Z, berisiko lebih tinggi mengalami depresi.

Baca Juga: Instagram Hadirkan Fitur Flipside, Pengganti Second Account yang Anti Ribet

1. Apa itu Second Account di Instagram?

Second account atau akun kedua di Instagram biasanya digunakan untuk tujuan berbeda dari akun utama. Jika akun utama seringkali penuh dengan konten yang dikurasi dan ditampilkan secara publik, second account lebih intim dan hanya diikuti oleh teman-teman terdekat. Pengguna sering menggunakan akun ini untuk membagikan hal-hal yang lebih personal, seperti curahan hati, keluhan, atau konten yang lebih informal.

Akun kedua ini memberikan rasa kebebasan yang lebih besar bagi penggunanya karena mereka merasa tidak terlalu dihakimi atau diawasi oleh audiens yang lebih luas, seperti keluarga atau rekan kerja, yang mungkin mengikuti akun utama. Namun, menurut psikolog, kebebasan semu ini bisa berbahaya, terutama bagi kesehatan mental.

2. Mengapa Gen Z Membuat Second Account?

Banyak alasan mengapa Gen Z membuat second account. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kebutuhan akan privasi: Gen Z merasa lebih nyaman membagikan konten yang lebih pribadi dan sensitif di akun kedua mereka, di mana mereka dapat lebih memilih siapa yang bisa melihat postingan tersebut.

  • Menjaga citra di akun utama: Akun utama sering kali dijaga dengan baik agar terlihat sempurna, sehingga postingan yang dianggap tidak pantas atau terlalu personal ditempatkan di second account.

  • Ekspresi diri tanpa tekanan sosial: Di second account, pengguna merasa lebih bebas mengekspresikan emosi, pendapat, atau perasaan tanpa takut dihakimi oleh orang lain.

Namun, seiring dengan alasan-alasan ini, penggunaan second account bisa menjadi pedang bermata dua. Sebuah studi mengungkapkan bahwa tekanan untuk menjaga dua identitas yang berbeda di dua akun ini dapat memicu masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.

Baca Juga: Ini Alasan Kita Selalu Menonton Ulang Instagram Story Diri Sendiri

3. Psikolog Mengungkap Dampak Negatif Second Account

Berdasarkan penelitian dari berbagai ahli psikologi, memiliki second account di Instagram berpotensi meningkatkan risiko gejala depresi, terutama di kalangan Gen Z. Berikut beberapa alasan mengapa second account bisa mempengaruhi kesehatan mental:

a. Pemisahan Identitas dan Tekanan Sosial

Pengguna second account sering kali merasa harus memisahkan dua persona di dunia maya: satu di akun utama yang terlihat "sempurna" dan satu di akun kedua yang lebih personal. Tekanan untuk menjaga kedua citra ini bisa memicu kecemasan sosial dan tekanan psikologis, terutama ketika mereka merasa tidak bisa memenuhi harapan orang-orang di kedua akun tersebut. Pemisahan identitas ini dapat menyebabkan perasaan tertekan dan konflik batin, yang lama-kelamaan bisa berkembang menjadi depresi.

b. Kebiasaan Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Instagram dikenal sebagai platform yang memperkuat kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Di akun utama, pengguna sering membandingkan hidup mereka dengan orang-orang yang tampak lebih sukses atau bahagia, sedangkan di second account, mereka mungkin merasa lebih lemah atau tertekan ketika melihat reaksi minimal dari audiens yang lebih kecil. Kebiasaan ini memperparah perasaan rendah diri dan ketidakpuasan hidup.

c. Curahan Emosi Tanpa Batas

Banyak pengguna second account menggunakan platform ini sebagai tempat untuk mengekspresikan perasaan negatif atau curahan hati. Meskipun mengekspresikan emosi adalah hal yang sehat, curahan emosi yang berlebihan tanpa batas dapat menjadi pola yang tidak sehat dan memperburuk keadaan mental. Mereka mungkin terus-menerus memikirkan hal-hal negatif, yang pada akhirnya meningkatkan risiko depresi.

4. Tanda-Tanda Depresi di Kalangan Pengguna Media Sosial

Bagi orang tua atau teman-teman dari pengguna media sosial, penting untuk mengenali tanda-tanda depresi, terutama pada mereka yang menggunakan second account secara berlebihan. Beberapa tanda-tanda yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Perubahan mood secara drastis: Pengguna second account mungkin terlihat lebih sering mengalami perubahan mood atau lebih sering berbagi konten yang berisi emosi negatif.

  • Isolasi sosial: Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial, khususnya second account, dapat mengisolasi seseorang dari kehidupan nyata dan interaksi sosial yang sehat.

  • Perasaan putus asa atau tidak berharga: Pengguna mungkin mulai merasa tidak ada yang peduli dengan mereka atau bahwa hidup mereka tidak sebanding dengan orang lain di media sosial.

  • Gangguan tidur: Kecanduan media sosial dapat menyebabkan gangguan tidur, yang berkontribusi terhadap depresi.

Baca Juga: Cara Meningkatkan Engagement Rate Instagram Agar Akunmu Semakin Ramai!

5. Cara Mengurangi Dampak Negatif Second Account Instagram

Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan second account, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Batasi waktu penggunaan media sosial: Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental. Batasi waktu untuk penggunaan kedua akun.

  • Fokus pada interaksi dunia nyata: Membangun hubungan sosial di dunia nyata lebih sehat daripada hanya berinteraksi di media sosial.

  • Prioritaskan kesehatan mental: Jika penggunaan second account mulai berdampak buruk, pertimbangkan untuk menghapus akun tersebut atau mengurangi aktivitas di sana.

  • Cari bantuan profesional: Jika merasa gejala depresi semakin berat, segera konsultasikan dengan psikolog atau konselor untuk mendapatkan bantuan yang tepat.

Memiliki second account di Instagram mungkin tampak seperti cara yang aman untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan sosial, tetapi penggunaannya juga membawa risiko bagi kesehatan mental. Para psikolog telah menemukan bahwa Gen Z yang memiliki second account berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk bijak dalam mengelola kedua akun mereka dan selalu memprioritaskan kesehatan mental di atas segalanya.

Baca berita dan artikel lain di Google News

(RS)

Share :