Teknologi.id - Pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyebutkan bahwa bencana angin kencang yang terjadi di Rancaekek , Jawa Barat, dapat dikategorikan sebagai tornado, yang merupakan fenomena pertama kali terjadi di Indonesia.
Erma Yulihastin membagikan informasi ini melalui akun Twitternya, mengatakan bahwa BRIN telah memprediksi kejadian ekstrem ini pada tanggal 21 Februari 2023. Ia juga menyebutkan bahwa dokumentasi foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu para peneliti dalam memahami kejadian ini.
Jadi bagaimana, kalian sudah percaya sekarang kalau badai tornado bisa terjadi di Indonesia? KAMAJAYA sudah memprediksi "extreme event" 21 Februari 2023 pic.twitter.com/sj3918X56x
Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2). Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini. pic.twitter.com/x35Rk4Yhqc
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat, dua kejadian angin puting beliung terjadi di Sumedang-Bandung pada hari yang sama. Angin puting beliung pertama terjadi di Kecamatan Jatinagor, Sumedang, sekitar jam 16.00 WIB, sedangkan yang kedua terjadi di Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, pada sore hari.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaporkan bahwa angin puting beliung tersebut berdampak pada warga di sejumlah daerah, termasuk Jatinangor, Rancaekek, dan Cicalengka.
Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99% alias mirip bingits! pic.twitter.com/3vgxrSexQD
Erma juga menyoroti bahwa durasi kejadian ini cukup lama, berbeda dengan kejadian puting beliung biasa di Indonesia yang hanya berlangsung sekitar 5-10 menit. Dia juga menyatakan bahwa kecepatan angin, diameter, dan pemicu dari tornado ini belum dapat dipastikan, namun tim peneliti dari BRIN akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.
Baca juga: BRIN Buat Mobil Listrik Otonom Mirip Tesla, ini Spesifikasinya
BMKG Jabar telah melakukan analisis sementara dan menyebutkan beberapa penyebab utama fenomena ini. Pertama, suhu muka laut yang relatif hangat di sekitar wilayah Indonesia, yang mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah tersebut.
Kedua, adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatra yang menyebabkan terbentuknya area konvergensi dan shearline di sekitar wilayah Jawa Barat. Ketiga, indeks labilitas yang tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat, yang berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif.
BMKG juga menjelaskan perbedaan antara tornado dan puting beliung, yang pada dasarnya merupakan pusaran atmosfer.
Perbedaannya terletak pada ukuran, di mana diameter tornado, puting beliung, dan water spout berkisar pada ratusan meter, sedangkan diameter siklon dapat mencapai ratusan kilometer. Tornado juga memiliki durasi yang lebih lama daripada puting beliung, yaitu sekitar 3 menit hingga lebih dari satu jam.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)