Foto: Garuda
Teknologi.id - Wakil Menteri
BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjabarkan kondisi keuangan maskapai penerbangan PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dalam Rapat Kerja Menteri BUMN dengan
Komisi VI pada awal pekan ini.
Dia menyebutkan kondisi Garuda sebetulnya secara teknikal
bangkrut alias technically bankrupt. Hal ini lantaran ekuitas Garuda sudah
negatif hingga US$2,8 miliar atau sekitar Rp40 triliun.
"Pandemi memperburuk kondisi Garuda
Indonesia dengan tambahan utang US$ 100-150 juta atau Rp1,5-2 triliun setiap
bulannya," kata Wamen BUMN Kartika, dikutip dari kanal Youtube resmi DPR.
Artinya, perusahaan memiliki utang
yang lebih besar ketimbang asetnya. Saat
ini liabilitas atau kewajiban Garuda Indonesia mencapai 9,8 miliar dollar AS,
sedangkan asetnya hanya sebesar 6,9 miliar dollar AS.
"Neraca Garuda sekarang
mengalami negatif ekuitas 2,8 miliar
dollar AS, ini rekor. Dulu rekornya dipegang Jiwasraya, sekarang sudah
disalip Garuda," imbuhnya.
Ia menjelaskan, liabilitas Garuda
Indonesia mayoritas berasal dari utang kepada lessor yang nilainya mencapai
6,35 miliar dolar AS.
Selebihnya ada utang ke bank sekitar 967 juta dolar
AS, dan utang dalam bentuk obligasi
wajib konversi, sukuk, dan KIK EBA sebesar 630 juta dolar AS.
Kartika mengatakan, ada dua aspek
yang membuat kondisi Garuda seperti sekarang ini. Pertama, tata kelola perusahaan
yang buruk.
"Kita mengetahui sudah,
kasus korupsi yang sudah diputuskan KPK," katanya. "Dan ini juga
menyebabkan kontrak-kontrak dengan lessor Garuda ini cukup tinggi dibandingkan
dengan airline-airline lain,”
“Bahkan, data dari Bloomberg
menyampaikan bahwa kalau kita bandingkan rental cost dibandingkan revenue-nya
Garuda masuk yang terbesar,”
“Aircraft rental cost dibagi revenue mencapai 24,7%, empat kali lipat dari global average," terangnya.
Baca juga: Terus Merugi, Maskapai Pelita Air akan Gantikan Garuda?
Selain itu, kinerja Garuda terkena dampak pandemi Covid-19.
Sebab, mobilitas masyarakat terbatas. Dengan demikian terjawab pertanyaan
masyarakat terkait benarkah Garuda bangkrut.
Meski demikian, Kartika
menyampaikan bahwa Kementerian BUMN tengah berupaya untuk menyelesaikan masalah
itu dengan melakukan restrukturisasi secara masif dan transformasi bisnis
Garuda Indonesia.
Ke depan, Garuda Indonesia akan fokus pada rute-rute yang menguntungkan, terutama
di penerbangan domestik.
Selain itu, Garuda Indonesia melakukan negosiasi ulang kontrak sewa
pesawat-pesawat yang akan digunakan perseroan kedepannya agar biaya sewa
sesuai pasar saat ini.
Serta, perseroan akan mendorong
peningkatan pendapatan dari kargo dan
ancillary.
(fpk)