Foto: Pelita Air
Teknologi.id – Kondisi PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang dikabarkan terus merugi menyebabkan masa
depan maskapai ini diragukan.
Bahkan pemerintah ancang-ancang menyiapkan maskapai pengganti. Seperti
diketahui, keuangan emiten berkode GIAA ini tengah terpuruk.
Garuda masih terlilit hutang
menggunung. Masalah lainnya, maskapai flag carrier ini silih berganti
menghadapi gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dari para
krediturnya yang bisa berujung kepailitan.
Belum lagi, bisnis penerbangan selama
pandemi Covid-19 juga mengalami penurunan yang membuat kinerja keuangan Garuda
Indonesia diperkirakan sulit bertahan.
Kementerian BUMN buka-bukaan mengenai opsi Garuda Indonesia digantikan
oleh Pelita Air. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan bahwa
prioritas pemerintah adalah menyelamatkan Garuda Indonesia.
"Ini Garuda ini sebenarnya
kita lagi proses negosiasi. Jadi mudah-mudahan negosiasinya berhasil,"
katanya kepada para wartawan.
Dia menjelaskan cuma dengan cara
itu lah Garuda Indonesia bisa tetap hidup. Arya belum mau bicara banyak
mengenai opsi Pelita Air menggantikan Garuda Indonesia.
Menurutnya kondisi Garuda
Indonesia harus dilihat secara rasional, dan sebisa mungkin harus diselamatkan dengan cara negosiasi dengan para
lessor.
PT Pelita Air Service (PAS)
nantinya dipersiapkan untuk beroperasi sebagai maskapai berjadwal nasional.
Pelita Air adalah anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang transportasi udara, aircraft charter, dan regular air services. Maskapai ini bergerak untuk keperluan eksplorasi sektor minyak dan gas bumi.
Baca juga: Autoconz: Hadirkan 3D Printing untuk Konstruksi Indonesia
Dilansir dari situs resmi,
maskapai ini berbasis di Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma (HLP),
Jakarta Timur. Dalam operasionalnya, Pelita Air memiliki 5 base station dan
berkantor di Jakarta Pusat.
Sementara itu, Anggota Komisi VI
DPR RI Evita Nursanty mendukung langkah yang diambil Kementerian BUMN dengan
opsi penutupan maskapai Garuda Indonesia apabila negosiasi dengan para lender,
lessor pesawat, hingga pemegang sukuk global gagal dilakukan.
Evita mengatakan jika negosiasi
berjalan alot dan kemungkinan berakhir gagal, maka tidak ada pilihan lain,
kecuali Kementerian BUMN harus menyiapkan maskapai penerbangan Pelita Air atau
maskapai lain sebagai pengganti.
"Saya menilai penyiapan
maskapai penerbangan lain untuk menggantikan Garuda Indonesia sebagai
antisipasi dari sangat seriusnya situasi saat ini," kata Evita, dikutip
dari Tribunnews.
Sebagai informasi, Pelita Air
kini memiliki berbagai bisnis. Beberapa di antaranya membuka penerbangan
charter untuk transmigrasi, pemadam kebakaran, pengungsi, pelang merah, kargo,
pengamatan tumpahan minyak, hingga foto udara.
(fpk)
Tinggalkan Komentar