Gara-gara AI, Harga Konsol PS5 dan Switch 2 Terancam Naik 15% di Tahun 2026

Wildan Nur Alif Kurniawan . December 23, 2025


Foto: Mashable Indonesia

Teknologi.id – Kabar buruk bagi para gamer di seluruh dunia. Harapan untuk mendapatkan konsol atau komponen PC dengan harga terjangkau di tahun 2026 tampaknya harus terkubur dalam-dalam. "Sisi gelap" dari ledakan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) kini mulai menghantam industri hiburan elektronik, memicu kelangkaan chip memori yang sangat krusial.

Laporan eksklusif dari Reuters, Senin (22/12/2025), mengungkapkan bahwa industri konsol video game sedang berada di bawah tekanan besar dalam perebutan chip memori global. Para raksasa seperti Sony, Microsoft, dan Nintendo kini harus bersaing dengan perusahaan teknologi raksasa (Big Tech) yang rela membayar jauh lebih mahal demi mengamankan pasokan chip untuk pusat data AI mereka.

Prioritas Berubah: AI Lebih Menguntungkan

Masalah utama dari krisis ini adalah pergeseran fokus para produsen memori utama dunia, seperti Micron, Samsung, dan SK Hynix. Perusahaan-perusahaan ini menemukan bahwa memproduksi chip memori untuk server AI memberikan margin keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan memproduksi memori untuk perangkat konsumen seperti konsol game atau smartphone.

Akibatnya, kapasitas produksi dialihkan secara besar-besaran. Salah satu contoh nyata adalah langkah Micron yang dilaporkan mulai menghentikan produksi merek populer mereka, Crucial, demi memfokuskan sumber daya pada solusi memori kelas tinggi untuk kebutuhan pusat data AI.

Bagi produsen memori, satu server AI membutuhkan kapasitas memori yang puluhan kali lipat lebih besar daripada satu unit PlayStation 5. Dengan permintaan AI yang tidak terbatas, mereka lebih memilih melayani pesanan dari penyedia layanan cloud besar daripada mengejar pasar konsol yang marginnya tipis.

Baca juga: Krisis Pasokan RAM Ancam Harga Komponen Gaming Global

Efek Domino: Harga Konsol Naik 10-15%

Menurut analisis dalam laporan tersebut, chip memori (khususnya DRAM) menyumbang sekitar 20% dari total biaya produksi sebuah perangkat gaming. Ketika harga memori melonjak akibat kelangkaan, produsen konsol tidak memiliki banyak pilihan selain membebankan biaya tersebut kepada konsumen.

Para analis memperkirakan harga konsol populer seperti PlayStation 5 dan Xbox Series X akan mengalami kenaikan harga sekitar 10% hingga 15% dalam dua tahun ke depan. Yang lebih mengkhawatirkan, konsol generasi terbaru yang sangat dinanti, Nintendo Switch 2, kemungkinan besar akan diluncurkan dengan harga yang jauh lebih tinggi dari prediksi awal akibat biaya komponen yang melambung.

Situasi di pasar PC Gaming bahkan lebih ekstrem. Harga memori RAM dan SSD untuk PC diprediksi bisa meroket hingga 30%. Hal ini membuat rakitan PC gaming yang dulunya terjangkau kini menjadi barang mewah yang sulit dijangkau oleh kantong pelajar atau mahasiswa.


Foto: Nintendo

Tren Harga: Belum Ada Tanda Melandai

Data dari Counterpoint Research menunjukkan betapa cepatnya krisis ini berkembang. Dalam tiga bulan terakhir di tahun 2025 saja, harga memori telah naik sebesar 30%. Namun, puncaknya diperkirakan belum tercapai.

Para ahli memprediksi akan ada lompatan harga tambahan sebesar 20% di awal tahun 2026. Sejak awal tahun 2025, biaya komponen secara keseluruhan tercatat sudah meningkat hingga 50%. Industri teknologi kini seolah memasuki siklus "Super Cycle" di mana permintaan jauh melampaui pasokan, dan para pemain besar berebut stok dengan cara melakukan panic buying.

Baca juga: Perang Komponen! Gamer Serukan Boikot Saat RAM dan GPU 'Diborong' Kebutuhan AI

"Konsol kini perlahan menjadi barang mewah. Produsen yang biasanya beroperasi dengan keuntungan tipis per unit kini tidak bisa lagi menahan beban kenaikan biaya produksi," ujar salah satu analis dalam laporan tersebut. Dampak Bagi Pengguna di Indonesia Bagi pasar Indonesia, kenaikan harga di tingkat global ini akan terasa lebih berat karena dipengaruhi juga oleh nilai tukar mata uang dan biaya impor. Jika harga global naik 15%, harga di toko-toko retail lokal bisa jadi melonjak lebih tinggi lagi.

Para kolektor dan pemain game disarankan untuk mulai mempertimbangkan pembelian perangkat sekarang, sebelum gelombang kenaikan harga di tahun 2026 benar-benar mendarat di pasar lokal. Fenomena ini juga diperkirakan akan menghidupkan kembali pasar konsol bekas (second-hand) karena harga unit baru yang menjadi tidak masuk akal bagi sebagian besar orang.

Kecerdasan Buatan mungkin memang mempermudah banyak aspek kehidupan manusia, namun bagi komunitas gaming, AI adalah "musuh" baru di pasar komponen. Persaingan memperebutkan chip memori telah mengubah peta kekuatan industri, di mana hobi bermain game kini harus bersaing dengan ambisi global untuk membangun otak digital masa depan.

Era konsol murah tampaknya sedang berakhir, digantikan oleh realitas baru di mana bermain game membutuhkan investasi yang semakin dalam. Suka atau tidak, gamer kini harus membayar lebih mahal demi kemajuan teknologi AI yang sedang dikembangkan dunia.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

Share :