Teknologi.id - Dunia digital yang serba cepat telah merevolusi cara kita mengonsumsi informasi dan hiburan. Platform media sosial seperti TikTok dan Instagram Reels, dengan format konten video berdurasi singkatnya, telah meledak dalam beberapa tahun terakhir. Namun, di balik kesenangan sesaat yang ditawarkan, tren ini memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kemampuan fokus kita.
Artikel ini akan mengupas bagaimana TikTok dan Instagram Reels menantang kemampuan fokus kita sehari-hari, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai keseimbangan yang sehat.
BACA JUGA : Pengaruh Like di TikTok terhadap FYP: Membongkar Dinamika Tampilan Konten
Konsumsi Konten Pasif dan Efek "Kelinci Percobaan"
Berbeda dengan platform media sosial sebelumnya yang menuntut keterlibatan aktif dalam pemilihan konten, TikTok dan Instagram Reels mengandalkan algoritma canggih untuk menyajikan video secara otomatis. Ini menciptakan pengalaman "kelinci percobaan" yang pasif, di mana pengguna terus disodori konten baru tanpa perlu berpikir atau memilih.
Sementara sensasi "kejutan" ini mungkin menyenangkan, penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut dapat mengganggu kemampuan kita untuk fokus dalam jangka panjang. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Computers in Human Behavior oleh tim peneliti dari Microsoft menemukan penurunan signifikan dalam kemampuan fokus dan ingatan setelah partisipan menghabiskan hanya 20 menit menonton video di TikTok.
Studi tersebut menunjukkan bahwa paparan konten yang cepat dan terus berubah melemahkan kemampuan kita untuk mempertahankan perhatian dan memproses informasi secara mendalam.
Psikologi di Balik Kecanduan
Algoritma cerdas di platform ini mempelajari preferensi pengguna dan menyajikan konten yang diprediksi akan memicu pelepasan dopamin. Hal ini menciptakan siklus umpan balik yang kuat, di mana pengguna terus mengejar sensasi senang instan yang dipicu oleh konten baru.
Foto: Medium.com
Dampaknya serupa dengan eksperimen psikologis klasik yang menggunakan "kotak Skinner". Tikus yang menekan tombol di dalam kotak tersebut akan diberi hadiah berupa makanan.
Seiring berjalannya waktu, tikus tersebut akan terus menekan tombol secara berulang-ulang untuk mendapatkan hadiah, terlepas dari apakah mereka benar-benar lapar atau tidak. Demikian pula, pengguna TikTok dan Instagram Reels “terjebak” dalam siklus mencari “kesenangan” berupa konten yang memicu dopamin, dan ini dapat berujung pada penggunaan yang kompulsif dan berkurangnya kemampuan untuk fokus pada aktivitas lain.
BACA JUGA : Viral Trend Menangis di Kalangan Pendukung Prabowo
Gangguan terhadap Pembelajaran dan Industri Kreatif Dampak negatif dari kedua platform ini tidak hanya dirasakan secara individu. Para pendidik melaporkan kesulitan dalam menarik perhatian siswa yang terbiasa dengan format konten singkat dan cepat berganti. Kebiasaan belajar yang membutuhkan fokus mendalam dan durasi panjang terganggu oleh dorongan untuk mencari kesenangan instan yang ditawarkan oleh TikTok dan Instagram Reels.
Foto: newsroom.tiktok.com
Industri kreatif juga merasakan dampaknya. Lagu-lagu populer dipotong menjadi cuplikan berdurasi singkat untuk mengikuti tren viral di TikTok. Ini tidak hanya mengubah cara kita mendengarkan musik, tetapi juga memengaruhi proses kreatif para musisi. Banyak yang merasa tertekan untuk menyesuaikan karya mereka dengan format video pendek, berpotensi mengorbankan kompleksitas dan kedalaman artistik.
BACA JUGA : Mengejutkan! Universal Music Group Menarik Semua Lagunya dari TikTok
Strategi dan Mindful Consumption Mengakui bahwa penurunan kemampuan fokus adalah masalah multi-faceted merupakan langkah awal untuk mencari solusi. Kita tidak bisa serta merta meninggalkan platform media sosial ini, namun kita dapat mengubah cara berinteraksi dengannya. Berikut beberapa strategi untuk menemukan keseimbangan:
- Batasi Waktu Penggunaan: Tetapkan batasan waktu harian atau mingguan untuk penggunaan TikTok dan Instagram Reels. Gunakan aplikasi pelacak waktu atau aktifkan fitur "pengingat waktu layar" yang tersedia di smartphone Anda.
- Pilih Konten yang Berkualitas: Tak semua konten di platform ini diciptakan sama. Carilah konten yang edukatif, inspiratif, atau mendukung minat Anda. Hindari konten yang memicu kecemasan, FOMO (Fear Of Missing Out), atau perbandingan sosial yang tidak sehat.
- Praktikkan Digital Detox: Ambillah jeda dari media sosial secara berkala. jadwalkan periode "off-line" harian atau mingguan untuk fokus pada aktivitas lain yang membutuhkan perhatian penuh, seperti membaca buku, berolahraga, atau berinteraksi dengan orang disekitar Anda.
- Kembangkan Fokus dengan Aktivitas Mindful: Latihan meditasi dan teknik mindfulness dapat membantu melatih kemampuan fokus dan konsentrasi.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(TH)