Foto: Kintamani.ID
Teknologi.id - Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dijadikan sebagai titik awal (pilot project) bagi program "Smart Forest Guardian", untuk pengawasan hutan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Program ini merupakan kerja sama KLHK dengan Huawei.
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Motion Sickness Saat Main Game
"Objek pertama yang dijajaki adalah TNBB. Dalam rangka kerja sama itulah TNBB dijajaki untuk mengetahui lokasi dan kondisi di TNBB," ucap Agus Ngurah Kresna Kepakisan, selaku Kepala TNBB di Singaraja, Kabupaten Buleleng pada Minggu (25/10).
Agus mengatakan bahwa TNBB sudah dikunjungi oleh tim kementerian, yang terdiri dari perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), dan KLHK. Turut serta pula tim yang diajak bekerja sama untuk program pengawasan hutan berbasis AI, yakni tim teknis dari Huawei.
Penjajakan tim lintas kementerian ke TNBB ini merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi virtual yang telah dilakukan pada 6 Oktober lalu, menurut penjelasan Agus. Ia juga berharap bahwa program "Smart Forest Guardian" ini akan membantu pengawasan hutan.
"Apalagi TNBB memiliki dengan satwa endemik Jalak Bali yang juga merupakan satwa dilindungi karena tergolong langka," ujar Agus Ngurah.
Agus menjelaskan bahwa teknologi pengawasan hutan dengan AI ini ialah alat untuk mendeteksi suara di kawasan hutan. Teknologi tersebut bisa membedakan suara satwa yang ada pada hutan dengan suara gergaji dan suara mencurigkan lainnya.
"Jadi, selain untuk mengawasi hutan dari tindak kriminal illegal logging juga sekaligus sebagai alat untuk memonitor keberadaan satwa di kawasan hutan," jelasnya.
Menko Marves Luhut B. Pandjaitan, sebagai pimpinan dalam Rapat Koordinasi Peningkatan Pengawasan Kawasan Hutan virtual tersebut, mengatakan bahwa peningkatan kawasan hutan menjadi hal yang utama.
"Dengan adanya pemanfaatan teknologi kita dapat langsung memantau perekaman data secara gambar maupun suara, untuk dapat membuat data yang lengkap mengenai aktivitas hutan kita di Indonesia. Kita dapat memantau aktivitas ilegal yang terjadi di hutan kita," ucap Luhut.
Selain itu, Wiratno, selaku Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, menjelaskan bahwa saat ini KLHK sudah memanfaatkan teknologi untuk pengawasan hutan.
"Saat ini sudah pakai Camera Trap dan GPS Collar, untuk memantau Gajah Sumatra. Dengan kerja bersama, teknologi AI dimanfaatkan untuk mendeteksi suara yang berada di hutan. Deteksi suara ini juga dapat memperlihatkan kekayaan satwa endemik Indonesia," kata Wiratno.
Indonesia saat ini memiliki 54 taman nasional, yang sebagian di antaranya masuk ke jajaran World Heritage UNESCO (situs warisan dunia). Nantinya, bantuan AI ini diharapkan dapat mempermudah pengumpulan data yang akurat dan detail mengenai kondisi perhutanan di Indonesia.
Baca Juga: DualSense PS5 Bisa Digunakan untuk Android dan PC
"Hal yang harus diperhatikan adalah keamanan data yang akan didapatkan melalui teknologi ini. Data ini dapat menjadi acuan pemerintah untuk melakukan deteksi dini mengenai aktivitas ilegal pada kawasan hutan," tambah Wiratno.
(rf)