Baca juga: iPhone 11 Bakal Bisa Deteksi Bau Badan dan Polusi Udara, Apa Benar?
Akan tetapi, dengan tingginya kadar CO2 di udara, radiasi panas ini terpantul kembali ke Bumi alih-alih keluar dari atmosfer. Sehingga, tingginya kadar CO2 di udara berpengaruh pada peningkatan pemanasan global. Nah, inilah yang dikenal dengan efek gas rumah kaca. Efek gas rumah kaca sebenarnya baik untuk menjaga kehidupan agar kehangatan suhu Bumi tetap terjaga. Namun, kadar CO2 yang terlalu tinggi menyebabkan panas yang terperangkap di atmosfer Bumi pun meningkat, sehingga membahayakan kehidupan. Dalam catatan NOAA, "peningkatan gas rumah kaca telah membuat penganggaran energi di Bumi tidak seimbang, sebab ia menjebak lebih banyak panas dan menaikkan suhu rata-rata Bumi," seperti dilansir dari TechCrunch, Senin (13/5/2019).Peneliti Islandia saat ini tengah mencari cara untuk mengurangi jumlah karbondioksida di bumi. Belakangan, mereka menemukan teknologi yang bisa mengubah karbondioksida menjadi batuan padat. Teknologi ini dikembangkan oleh Snaebjornsdottir beserta timnya yang terdiri dari insinyur dan peneliti dari perusahaan Reykjavik Energy, University of Iceland, France's National Centre for Scientific Research (CNRS) dan Columbia University dalam proyek CarbFix.This is the first time in human history our planet's atmosphere has had more than 415ppm CO2.
— Eric Holthaus (@EricHolthaus) May 12, 2019
Not just in recorded history, not just since the invention of agriculture 10,000 years ago. Since before modern humans existed millions of years ago.
We don't know a planet like this. https://t.co/azVukskDWr