Seperti yang telah banyak diketahui, drone selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan fotografi seperti mengambil gambar dalam bentuk foto atau video dari ketinggian.
Namun, lain halnya dengan pemanfaatan drone di Temanggung, dimana pesawa tanpa awak itu dimanfaatkan sebagai sarana pertanian modern.
Di tangan para pemuda dari Aeromodelling Club dengan bimbingan Komando Distrik Militer 0706/Temanggung inilah drone dimanfaatkan untuk menyemprot tanaman, baik pemupukan, penyemprotan pestisida, dan penyiraman ringan. Pesawat tanpa awak ini dikenal dengan nama ‘Hope.’
“Alat ini adalah hasil pertama kami untuk menciptakan drone guna memperbanyak luasan semprot,” ujar Komandan Kodim 0706/Temanggung Letkol Arm Yusuf Setiaji dikutip dari Antara.
Dengan Hope, penyemprotan lahan satu hektare yang biasa menghabiskan waktu 2–3 hari dengan tenaga manusia bisa dilakukan kurang dari satu jam. Hope memiliki kemampuan penyemprotan sekitar 10 menit per hektare dengan daya angkut sampai 40 kilogram.
Selain itu Hope diklaim juga mampu mendeteksi kondisi tanaman pertanian dan perkebunan dalam lahan luas. Drone berkapasitas tangki air 15 liter ini dilengkapi dengan sonar yang bisa mengukur ketinggian dari tanah dan pohon. Terdapat pula teknologi GPS dan auto pilot.
Penciptaan Hope membutuhkan waktu 6–8 bulan riset dan waktu perakitan selama 18–20 jam. Sekitar 80 persen bahan Hope didapatkan di Temanggung, sedangkan 20 persen lainnya adalah bahan impor.
“Sekarang jarang anak muda bekerja di sawah, mereka lebih senang bekerja di pabrik, karena bekerja di pertanian kesannya hitam, ‘kapalen,’ dan tidak menyenangkan. Pertanian sebenarnya menyenangkan kalau kita menggunakan teknologi.”
Hope bukanlah drone pertama yang diciptakan tim ini. Sebelumnya mereka juga pernah membuat pesawat tanpa awak untuk memantau kesehatan tanaman, pencarian lahan tak produktif, dan mencari titik tanaman kering untuk membantu irigasi ringan yang menyelamatkan tanaman dari kekeringan. (nks)
Sumber: CNN Indonesia. Baca berita sumber.