Terobosan Baru Dunia Militer: Sensor Kuantum Buatan AS

Stefanie Tanaki . February 10, 2021

Foto: Phys.org

Teknologi.id - Sensor kuantum super sensitif yang dapat mendeteksi seluruh spektrum radio dapat memainkan peran besar dalam peperangan dan komunikasi elektromagnetik di masa depan.

Dilansir dari Defense One, pada hari Rabu (10/2), hal ini dibuktikan oleh sejumlah peneliti dari Army Research Lab Amerika Serikat. Pada bulan Januari, David Meyer, Paul Kunz, dan Kevin Cox dari Army Research Lab menerbitkan makalah baru yang menjelaskan bagaimana mereka menggunakan atom dalam keadaan kuantum yang disebut Rydberg states untuk mendeteksi emisi elektromagnetik hingga 20 GHz. Hal itu termasuk mendeteksi frekuensi yang ada pada Bluetooth, WiFi, dan metode komunikasi lainnya.

Dalam percobaan mereka, laser merangsang atom rubidium di ruang vakum dan memaksa atom tersebut ke Rydberg states.

“Rydberg states sangat sensitif terhadap fluktuasi medan listrik yang membentuk gelombang radio. Jadi ketika gelombang radio hadir, status kuantum sendiri berfluktuasi, ”kata Cox kepada Defense One melalui email.
"Perangkat ini mengumpulkan gelombang radio masukan ke papan sirkuit gelombang mikro, serta menggunakan teknik khusus untuk mengasah dan meningkatkan kepekaan ke wilayah target spektrum,” lanjutnya

Baca juga: Bobol Sistem Air Minum, Hacker Racuni 15.000 Orang

Sensor kuantum super sensitif ini dapat lebih membantu dalam melindungi peralatan komunikasi dari gangguan atau bentuk gangguan elektromagnetik lainnya. Bahkan, sensor kuantum ini mungkin dapat membantu operator untuk berkomunikasi dengan menemukan perangkat lain yang menggunakan spektrum radio.

Namun, sensor bikinan Army Research Lab ini masih terlalu besar ukurannya dan memakan daya yang besar pula jika digunakan. Sehingga, mereka masih memiliki banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mengecilkannya dan meningkatkan kinerja.

Dalam waktu dekat, Army Research Lab juga akan mempelajari terkait pengaplikasian alat ini, termasuk penginderaan, jam atom untuk navigasi serta pengaturan waktu yang tepat tanpa GPS.

Cox mengatakan pengaplikasian ini memanfaatkan aspek berbeda dari ilmu kuantum yang ia sebut "identicalness". 

“Identitas kuantum adalah atribut dimana semua partikel kuantum identik secara fundamental. Fenomena ini lah yang memungkinkan adanya detektor kuantum dan perangkat penginderaan seperti sensor kuantum Rydberg kami, ”kata Cox.

“Batas penuh pada teknologi kuantum sebagian besar masih belum dijelajahi. Kami menantikan lebih banyak terobosan pengalihan paradigma dalam waktu dekat,” lanjutnya.

Baca juga: AS Mengincar Kapal Perang dengan Laser dan Rudal Hipersonik

Dalam hal ini, sensor buatan Army Research Lab dapat menjadi contoh bagaimana ilmu kuantum dapat menciptakan alat baru untuk militer dan menjadi gambaran bahwa di masa depan, semua hal akan bergantung pada teknologi yang canggih.

(st)

Share :