Foto: Facebook Ula
Teknologi.id - Salah satu orang terkaya di dunia saat ini, Jeff Bezos, dikabarkan memberikan suntikan
dana investasi bagi startup e-commerce asal Indonesia yaitu Ula.
Dikutip dari Tech Crunch Jumat
(08/10/2021), mereka mengatakan bahwa Jeff Bezos telah berinvestasi dalam
putaran pembiayaan baru di startup yang baru berusia satu setengah tahun
tersebut.
Ula sendiri mendapatkan pendanaan seri B sebesar US$ 87 juta atau sekitar
Rp 1,24 triliun. Pendanaan bersama ini dipimpin oleh Prosus Ventures,
Tencent, dan B-Capital, serta Bezos Expeditions.
Yang merupakan venture capital
milik pendiri Amazon Jeff Bezos, serta investor Asia Tenggara lain yaitu
Northstar Group, AC Ventures, dan Citius.
Para investor yang telah mendanai
Ula pada seri sebelumnya seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona
Capital, dan Alter Global, juga turut berpartisipasi kembali pada pendanaan
seri B kali ini.
Ula juga turut mengajak Pandu
Sjahrir, yang merupakan seorang investor berpengalaman serta pengusaha, sebagai
penasehat perusahaan.
Ula didirikan Nipun Mehra (mantan
eksekutif Flipkart di India dan mantan mitra di Sequoia Capital India), Alan
Wong (sebelumnya bekerja dengan Amazon), Derry Sakti (yang mengawasi operasi
consumer goods P&G di Indonesia), dan Riky Tenggara (sebelumnya dengan
Lazada dan aCommerce).
Pandemi COVID-19 tampaknya
mendorong Ula lebih maju karena ekonomi didorong jadi digital. Ula membuat
kemajuan dari dalam setahun sudah memiliki 20.000 toko. Investor pun mulai
melirik.
Pada Juni 2020, Ula dapat suntikan USD 10,5 juta dari Sequoia Capital
India and Lightspeed.
Pada Januari 2021, Ula mengumumkan suntikan investasi USD 20 juta dalam putaran investasi Seri A. Investor baru yang masuk adalah Quona Capital and B Capital Group.
Baca juga: Akseleran: Menjangkau Bisnis P2P Indonesia
Ula berencana menggunakan dana segar ini untuk penambahan kategori produk
baru, pengembangan layanan Beli-Sekarang-Bayar-Nanti atau Buy-Now-Pay-Later
(BNPL), pembangunan teknologi baru, infrastruktur logistik, dan rantai pasokan
lokal.
Startup itu menyasar pemilik
warung tradisional, khususnya di kota tingkat (tier) dua hingga empat. Sama
seperti Bukalapak yang juga membidik
segmen ini lewat Mitra Bukalapak.
Startup Ula sendiri baru hadir 20 bulan di Indonesia, atau beroperasi
saat pandemi corona. Namun perusahaan mengklaim bisnis tumbuh 230 kali lipat.
Ula kini menawarkan lebih dari
6.000 produk dan menggaet 70 ribu lebih warung. Ula juga memiliki tim yang
tersebar di tiga negara.
(fpk)