Kisah Perjuangan Angga Fauzan dari Kandang Kambing hingga Melanjutkan S2 di Inggris

Ni'matul Rihhadatil Aisy . September 19, 2023

Teknologi.id - Siapa bilang jika sukses hanya bisa diraih dengan privilege seperti tinggal di keluarga yang berada dan lingkungan yang mendukung? Stigma tersebut dipatahkan oleh Angga Fauzan, CEO & Co Founder dari Myskill.

Lahir dan dibesarkan di lingkungan yang kurang beruntung bukan menjadi penghalang Angga untuk meraih mimpi-mimpinya. Pemuda dari Boyolali ini berhasil menyelesaikan studi S2 nya di Universitas Edinburgh, Inggris. 

Dibalik kesuksesan itu, Angga memiliki latar belakang yang pahit dan rintangan yang cukup panjang untuk dilewati. Angga terlahir dari keluarga yang pas-pasan dan kondisinya semakin terpuruk ketika masih tinggal di Jakarta, lapak untuk berjualan ayam goreng milik ayahnya terkena penggusuran oleh pemerintah kota tanpa disertai kompensasi. 

Setelah penggusuran tersebut, Angga dan keluarga pindah ke Desa di Boyolali dan terpaksa untuk tinggal di gubuk bekas kandang kambing miliki kakeknya. Tempat tersebut disulap menjadi rumah dengan bahan bangunan seadanya.

Sejak saat itu juga, orangtua Angga harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Segala macam usaha terus dicoba, dirinya pun ikut membantu ibu berkeliling menjual gorengan, siomay, hingga es campur.

Baca Juga: Perjuangan Sebelum Sukses, Bos Unicorn Ini Pernah Kelaparan 3 Hari Tanpa Makan

Dari Boyolali Hingga ke Inggris

Kehidupan Angga di kampung pun tidak berjalan mulus. Berbanding terbalik dengan ekspektasinya tentang keramahan orang-orang di desa, Angga justru mengalami perundungan saat di sekolah. Hal ini pun yang memotivasi dirinya untuk meneruskan Sekolah Menengah Pertama di SMP 2 Boyolali yang jauh dari tempat tinggalnya.

Semasa itu pula, Angga lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca di perpustakaan. Ketika beranjak SMA, ia berhasil melanjutkan pendidikan di SMA 3 Boyolali yang merupakan sekolah favorit disana. Namun, sebenarnya hal tersebut tidak disetujui oleh orangtuanya yang berharap Angga masuk SMK agar dapat langsung bekerja setelah lulus. Dirinya pun hampir putus sekolah karena terkendala biaya. Meskipun demikian, di masa-masa SMA lah Angga menemukan banyak teman baru. Ia bergabung dengan banyak organisasi dan ketertarikannya di bidang seni semakin terasah hingga ia memiliki cita-cita untuk masuk jurusan Seni Rupa di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Akan tetapi, setelah berdiskusi dengan salah satu gurunya, Angga memilih untuk meneruskan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) Perjuangannya untuk memasuki salah satu PTN favorit di Indonesia juga tidaklah mudah. Disaat anak-anak lain menghabiskan uang untuk bimbingan belajar, dirinya hanya berbekal memanfaatkan buku bekas untuk mempelajari soal-soal ujian masuk perguruan tinggi tersebut.

Kerja keras Angga telah membuahkan hasil, Ia berhasil masuk ke FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain). Sama seperti saat SMA, Angga aktif dalam berorganisasi baik di dalam maupun di luar kampus. Ia bahkan pergi ke luar negeri beberapa kali untuk menghadiri kegiatan lomba maupun pertukaran pelajar.

Ia juga mendirikan komunitas Boyolali Bergerak yang fokus untuk mengembangkan pendidikan untuk para pemuda disana. Semasa kuliah, Angga mengaku bahwa orang tuanya tidak pernah memberinya uang bulanan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Ia mengandalkan uang beasiswa yang turun seadanya sekaligus bekerja sebagai guru privat agar kebutuhan selama berkuliah dapat terpenuhi. Ia juga harus pintar dalam menghemat karena jurusan kuliahnya yang mengeluarkan modal banyak untuk tugas-tugas kuliahnya.

Baca Juga: Diajeng Lestari, Founder HijUp yang Rela Banting Setir Demi Besarkan Fashion Muslimah

Cita-cita Angga tidak sampai disana saja. Dirinya kembali menempuh pendidikan S2 di Inggris dengan beasiswa yang diberikan pemerintah, yakni LPDP. Segala persiapan ia lakukan dan tak sungkan untuk meminta bantuan teman-temannya untuk mendaftar universitas disana. Ia juga berkali-kali melakukan latihan interview dan merevisi esai untuk memantapkan dirinya sebelum ambil tes. 

Sesampainya disana, Angga sempat mendaftarkan diri menjadi ketua PPI Inggris atau komunitas pelajar Indonesia yang berada di Inggris. Sayangnya, Angga belum beruntung untuk mendapatkan posisi tersebut. Namun, pada saat itu juga muncul kesempatan baru yang ditawarkan kepada dirinya. Angga ditawarkan temannya untuk memegang projek terbesar dari PPI Inggris. Tawaran tersebut diterima dirinya, dan Angga mendapatkan banyak ilmu di bidang sponsorship, marketing, PR, dan sebagainya.

Tekad dan niat Angga yang tinggi dalam pendidikan pun tetap diperjuangkan hingga saat ini. Angga telah mendirikan startup edukasi dengan jumlah pengguna lebih dari 1 juta. Startup bernama Myskill tersebut memiliki fokus utama untuk mengembangkan skill yang membantu generasi muda dalam menyiapkan karirnya dan mewujudkan pekerjaan impian.

Kisah perjuangan Angga menjadi inspirasi sekaligus bukti bahwa kunci untuk mewujudkan mimpi yang besar adalah niat dan kemauan dalam berusaha.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(NRA)

Share :