Sumber: Freepik
Teknologi.id - Remote working terkadang menjadi berkah bagi sebagian orang. Mereka tidak perlu keluar rumah, apalagi menikmati kemacetan dalam perjalanan menuju kantor dan pulang dari kantor. Komunikasi mereka pun beralih menjadi daring. Rapat, sosialisasi, dan kunjungan semua dilakukan dengan aplikasi Zoom atau Gmeet. Alhasil, interaksi secara face-to-face menjadi berkurang drastis. Hal ini memicu kecemasan, kesepian, dan keletihan. Apakah ini momok bagi pekerja remote?
Permasalahan Remote Working
Sumber: Freepik
Dengan berubahnya kebiasaan dari para karyawan selama masa pandemi, beberapa perusahaan mulai menerapkan hybrid working bagi beberapa divisi yang dirasa bisa bekerja dari rumah. Mengutip CNBC, minat pekerjaan yang dilakukan secara remote juga telah melonjak selama pandemi. Pangsa pencarian kerja online terhadap pekerjaan remote ini melonjak sebanyak 460 persen dalam periode Juni 2019 hingga Juni 2021.
Di sisi lain, hybrid work juga diterapkan secara berbeda-beda oleh perusahaan (dikutip Entepreneur). Hal ini mungkin terjadi jika perusahaan mengizinkan karyawan bekerja beberapa hari di kantor dan sisanya dapat dikerjakan di rumah. Di sisi lain, ada juga beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan dari rumah sehingga kebijakan perusahaan memutuskan pekerjaan di divisi tersebut dilakukan by remote.
Satu sisi, hybrid method berguna bagi beberapa perusahaan untuk mengurangi populasi karyawan di ruang kantor sehingga ruangan terasa lebih lenggang dan sehat karena sirkulasi udara yang baik. Karyawan juga tidak perlu lelah harus berangkat pulang-pergi menggunakan kendaraan untuk menuju dan pulang dari kantor. Ini merupakan salah satu solusi yang sekilas tampak berguna.
Baca Juga: 4 Situs Template Notion Gratis, Ngga Perlu Buat dari Awal!
Padahal, beberapa karyawan justru akan merasakan dampak negatif yang cukup terasa jika mereka bekerja secara remote. Mereka mengalami remote work anxiety. Hal ini merujuk pada sebuah survei terbaru oleh perusahaan InsurTech Breeze. Survei tersebut menemukan bahwa 47 persen pekerja remote mengalami remote work anxiety saat rekan kerja mereka bekerja di kantor. Mereka mengungkapkan bekerja secara remote meningkatkan rasa kesepian, kecemasan, hingga stress. Hal ini yang menjadi masalah yang cukup serius mengingat mereka bekerja secara independen di rumah dengan interaksi yang rendah dengan karyawan lainnya secara langsung.
Selain permasalahan kesepian karena kurangnya interaksi dengan karyawan lain, pekerjaan berbasis remote juga menyebabkan burnout dan juga permasalahan work life balance .Sebanyak 64 persen pekerja remote yang mengalami remote work anxiety juga mengatakan bahwa kondisi ini berdampak pada produktivitas mereka secara keseluruhan. Sementara itu, 54 persen dari mereka mengatakan remote work anxiety membuat mereka merasa lelah, lesu, atau sulit tidur.
Sumber: Freepik
Hal ini senada dengan kekhawatiran mereka dalam menyelesaikan tugas. Akibat tidak adanya interaksi langsung antara atasan dengan bawahan, pekerja remote sangat rentan untuk mengalami kelelahan yang pada akhirnya produktivitas menurun. Kekhawatiran ini diakibatkan pada pemikiran kalau pekerja akan dicap malas jika mereka tidak mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Alhasil, mereka rela untuk lembur hingga larut malam demi kompensasi. Kebiasaan ini juga akan menyebabkan mereka untuk sulit tidur. Hal ini dibenarkan dengan penggunaan layar gadget/ laptop yang sering sehingga akan menyebabkan mereka tetap terjaga di malam hari. Ini akan membahayakan kesehatan mereka ke depannya.
Selain itu, pekerja remote juga akan sulit untuk mendapatkan keseimbangan hidup, antara kehidupan personal dan bekerja. Karena pekerjaan mereka dilakukan di rumah, mereka akhirnya mencampuradukkan kegiatan kantor dengan rumah secara bersama. Ketika waktunya mereka bekerja, mereka malah istirahat karena lembur di malam hari. Di saat bersamaan, ketika seharusnya mereka istirahat di malam hari, mereka justru mengerjakan pekerjaan mereka dengan harapan agar dapat segera diselesaikan. Alhasil, mereka hidup untuk bekerja. Mereka bekerja untuk bekerja sangat keras.
Kiat Mengatasi Permasalahan pada Remote Working
Sumber: Freepik
Peraturan penting ketika kamu bekerja dari rumah adalah kamu mengetahui prioritas kamu dan pengelolaan waktu untuk pekerjaan kantor, pekerjaan rumah, dan untuk kehidupan personalmu. Ini penting! Jika kamu tidak menyadari dan mulai mengelola ini dengan baik, kehidupan kamu akan rusak dan kamu tidak akan mendapatkan kenyamanan dalam menjalani hidup. Kamu layaknya mesin yang tidak pernah diistirahatkan. Alhasil, kesehatan kamu menurun. Siapa yang ingin menanggungmu?
Untuk mengatasi hal ini, kamu bisa mulai memberikan plot kegiatan dan kebiasaan kamu dalam bekerja dan hal lainnya. Kamu bisa memberikan estimasi waktu dan juga estimasi beban kerja yang akan kamu dapatkan. Selain itu, kamu juga memprediksi kapan seharusnya aku mulai dan mengakhiri pekerjaan. Ya, layaknya kamu bekerja di perkantoran, tetapi ini kamu bekerja secara remote. Kamu bisa mulai menulis di secercah kertas atau membuat jadwal kegiatan kamu secara digital, Notion misalnya. Dengan demikian, kamu tahu kapan kamu mulai mengerjakan tugas dari kantor dan kapan kamu harus menutup dan mengakhiri pekerjaan kantormu. Jangan sampai, kehidupanmu rusak karena hidup kamu selalu diisi dengan bekerja, bekerja, dan bekerja. Kapan kamu beristirahat?
Baca Juga: Apple Ajak Pengguna Android untuk Beralih ke Sistem iOS!
Oke, langkah selanjutnya adalah kamu diskusikan dengan atasanmu. Ini penting! Karena kamu bekerja secara remote, komunikasi secara mutlak menjadi salah satu indikator penting dalam berjalannya sebuah proyek. Kamu perlu mendiskusikan kegiatan kamu secara garis besar sehingga atasanmu tidak memberikan beban pekerjaan di saat kamu seharusnya kamu istirahat. Jangan kamu berharap kalau atasanmu mengerti akan semua kegiatanmu. Berikan mereka penjelasan yang jelas. Terlebih lagi, kalau kamu kuliah sambil bekerja remote, ini akan menjadi PR besar bagaimana kamu dapat membagi waktumu untuk bekerja, berkuliah, bersosialisasi dengan temanmu, termasuk berorganisasi. Ini yang sering diabaikan. Padahal, jika kamu hanya diam dan berharap atasanmu mengerti akan kegiatanmu, atasanmu akan mengira kamu sedang free time.
Selain pembagian dan pengelolaan tugas, kamu juga harus aktif menanyakan tugas dan juga informasi apa yang sedang didiskusikan. Sikap malu bertanya ini akan menyulitkan kamu nantinya untuk berkembang. Bagaimana tidak? Kamu saja bekerja dari rumah dan kamu pasif untuk bertanya. Bagaimana kamu ingin tahu apa saja wilayah pekerjaanmu dan informasi yang akan kamu dapat. Jadi, aktiflah bertanya.
Sumber: Joice Kelly on Unsplash
Kamu telah mengetahui beberapa kekurangan dari remote working ini. Ada beberapa hal positif yang didapatkan, tetapi ada juga sisi negatif dari sisi psikologis karyawan yang dapat menganggu kehidupannya. Oleh karena itu, jangan anggap remeh pekerjaan remote ini dengan bilang,
"Ah, dia enak ya kerjanya dari rumah. Bisa santai, donk."
"Duduk, rebahan, tau-tau dapat gaji. Kuliah lancar, dapat cuan gencar."
Sepertinya kamu perlu merasakannya terlebih dahulu, kamu bagaimana?
(nfr)