Foto: VOI
Teknologi.id – Para ilmuwan di Indian Institute of Technology
Madras, Chennai (IITM) dan Massachusetts Institute of Technology (MIT), menumbuhkan
dan membudidayakan jaringan otak manusia dalam perangkat yang harganya tidak
lebih dari secangkir kopi.
Dengan microchip seharga 5 Dolar
yang dapat dicuci dan digunakan kembali, para ilmuwan dapat menyaksikan sampel
otak yang dikenal sebagai organoid otak, secara real time.
Perangkat, yang dijuluki
"mikrofluida bioreaktor", adalah chip berukuran 4x6 sentimeter
yang mencakup sumur kecil tempat organoid otak tumbuh.
Masing-masing diisi dengan cairan kaya nutrisi yang dipompa masuk dan keluar secara otomatis, seperti cairan yang mengalir melalui otak manusia.
Membudidayakan jaringan otak di laboratorium secara teoritis memungkinkan para ilmuwan menguji bagaimana otak setiap pasien mungkin bereaksi terhadap berbagai jenis obat.
Baca juga: Ilmuwan Sukses Hubungkan Otak Manusia dengan Komputer
Untuk menghindari kontaminasi
dari mikroorganisme di udara, yang menyebabkan seringkali organoid otak mati
dalam beberapa hari, para peneliti menemukan metode baru.
Metode tersebut melibatkan tabung
miniatur, platform yang tumbuh, saluran injeksi obat dan pemanas di ruang yang
berukuran tidak lebih besar dari ibu jari manusia.
Chip tersebut juga dapat dicetak 3D menggunakan sejenis resin biokompatibel yang digunakan dalam operasi gigi.
Untuk menguji sistem mereka, para peneliti menempatkan sel induk yang dibedakan dengan otak manusia di dalam sumur dan aliran cairan yang diprogram melalui chip.
Baca juga: Akan Terkoneksi ke Otak, Komputer Bisa Edit Suasana Hati?
Foto: New Scientist
Dengan menggunakan mikroskop di
atas platform, peneliti dapat melihat jaringan otak berkembang selama seminggu
penuh, sampai organoid kehabisan ruang di sumur kecil mereka.
Menurut peneliti utama Chloé
Delépine di MIT, ini adalah pertama kalinya organoid otak manusia telah tumbuh
selama ini dengan visibilitas yang bagus, dengan harga yang sangat rendah.
'Tujuan saya adalah melihat
teknologi ini menjangkau orang-orang di seluruh dunia yang membutuhkan akses ke
sana untuk kebutuhan perawatan kesehatan mereka,' kata Ikram Khan dari IITM, dikutip
dari Metro.
(fpk)