Kecerdasan Buatan Dapat Menentukan Jenis Kanker Paru-Paru
Kemala Putri . September 18, 2018
Teknologi.id - Sebuah program komputer baru dapat menganalisis gambar tumor paru-paru pasien, menentukan jenis kanker, dan bahkan mengidentifikasi gen yang berubah yang mendorong pertumbuhan abnormal sel. Dipimpin oleh para peneliti di NYU School of Medicine dan diterbitkan online di Nature Medicine, studi ini menemukan bahwa jenis kecerdasan buatan (AI), dapat membedakan dengan akurasi 97 persen antara adenokarsinoma dan karsinoma sel skuamosa, jenis kanker paru-paru. AI juga dapat menentukan versi abnormal dari 6 gen terkait kanker paru, dengan akurasi berkisar 73-86 persen tergantung pada gen. Perubahan genetik atau mutasi seperti itu sering menyebabkan pertumbuhan abnormal yang terlihat pada kanker. Selain itu juga dapat mengubah bentuk sel dan interaksi dengan sekitarnya, memberikan petunjuk visual untuk analisis otomatis. Menentukan gen mana yang berubah di setiap tumor menjadi vital dengan meningkatnya penggunaan terapi bertarget yang hanya bekerja melawan sel kanker dengan mutasi tertentu, kata para peneliti. Sekitar 20 persen pasien dengan adenokarsinoma, misalnya, diketahui mengalami mutasi pada reseptor faktor pertumbuhan epidermal gen atau EGFR, yang sekarang dapat diobati dengan obat yang disetujui. Tetapi tes genetik yang saat ini digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan mutasi dapat membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mendapatkan hasil, kata para penulis penelitian. "Menunda pengobatan kanker tidak pernah baik," kata penulis studi Aristotelis Tsirigos, Ph.D., profesor di Departemen Patologi di NYU Cancer Centre. "Studi kami membuktikan AI dapat secara instan menentukan jenis kanker dan profil mutasi agar pasien mendapat terapi lebih cepat." Bagaimana alat AI menganalisis sepotong jaringan kanker untuk mendeskripsikan dua jenis kanker paru-paru. Kredit: NYU School of Medicine Kecerdasan buatan yang semakin cerdas
Dalam studi ini, tim peneliti memberikan program mereka kemampuan untuk "belajar" bagaimana menjadi lebih baik tanpa diberitahu bagaimana tepatnya. AI akan mengambil keputusan berdasarkan contoh data yang dimasukkan, dan akan semakin "pintar" seiring dengan bertambahnya jumlah data pelatihan. Menariknya, penelitian ini menemukan sekitar setengah dari gambaran tumor yang salah diklasifikasikan oleh AI juga salah diklasifikasi oleh ahli patologi. Di sisi lain, 45 dari 54 gambar yang salah diklasifikasikan oleh ahli patologi ternyata diklasifikasi benar oleh AI. Hal ini menunjukkan bahwa AI bisa menawarkan pendapat kedua yang bermanfaat. Ke depan, tim berencana untuk terus melatih program AI dengan data hingga dapat menentukan akurasi lebih dari 90 persen. Di titik ini mereka akan mulai mencari persetujuan pemerintah untuk menggunakan teknologi ini secara klinis. (DWK)