Teknologi.id - Sebuah headband berbasis AI (Artificial Intelligence) yang mengklaim
dapat memonitor gelombang otak anak-anak untuk meningkatkan fokus mereka kini
tersedia di China. Produk bernama Focus1 atau Fu Si ini, diproduksi oleh
perusahaan startup BrainCo berbasis di Amerika Serikat.
Namun, meskipun ditujukan kepada
orangtua yang sangat peduli dengan pendidikan anak-anak mereka, banyak dari
target pasar ini merasa tidak nyaman dengan produk tersebut.
Sekilas Mengenai Focus1
Focus1 menggunakan elektroda
untuk mendeteksi aktivitas listrik di otak anak-anak dan mengirimkan data
tersebut ke komputer guru atau aplikasi seluler.
Sebuah lampu yang berwarna merah, kuning, atau biru di headband tersebut juga berfungsi untuk menunjukkan seberapa fokus anak terhadap tugas yang dihadapi, dengan merah menunjukkan tingkat perhatian tertinggi.
Harga produk ini berkisar antara
3.200 hingga 14.000 yuan di situs e-commerce terbesar di Tiongkok.
Reaksi dan Kontroversi
Namun, respons masyarakat
terhadap produk ini tidak sepenuhnya positif. Banyak orangtua merasa bahwa
anak-anak mereka bukanlah binatang yang perlu "dipelihara" seperti
ini. Beberapa pengguna media sosial mengecam sekolah yang menggunakan produk
ini sebagai alat uji, dan beberapa di antaranya menunjukkan kekhawatiran
terhadap privasi anak-anak.
Kontroversi semakin memuncak
setelah laporan media Tiongkok menyebutkan bahwa sebuah sekolah pilot
menggunakan headband ini untuk menampilkan tingkat perhatian siswa secara
langsung kepada seluruh kelas. Pada akhirnya, pemerintah setempat memerintahkan
penangguhan penggunaan perangkat ini di sekolah tersebut.
Hashtag terkait dengan pelarangan
ini menjadi tren di platform media sosial Weibo, mencapai lebih dari 77 juta
tayangan.
Baca juga: Gantikan Stetoskop,Teknologi Laser AI Bisa Deteksi Detak Jantung Lewat Tenggorokan
Pembelaan dari Penciptanya
Beberapa ilmuwan menyuarakan
kekhawatiran terkait penggunaan data sinyal otak untuk tujuan ini. Meskipun
begitu, pendiri BrainCo, Han Bicheng, yang juga mahasiswa doktoral di Center
for Brain Science Harvard University, membela produknya sebagai alat untuk
membantu siswa meningkatkan skor ujian dengan memahami tingkat keterlibatan
siswa tersebut agar dapat membantu mereka fokus lebih baik.
Sementara produk ini masih dalam
tahap uji coba dan telah digunakan hanya di dua sekolah di Tiongkok, dampak
kontroversialnya menunjukkan bahwa ada kekhawatiran serius terkait privasi
anak-anak dan potensi penyalahgunaan teknologi ini.
Seiring dengan pertumbuhan pesat teknologi pemantauan di Tiongkok, masyarakat semakin merasa perlu adanya regulasi untuk melindungi hak privasi dan keamanan anak-anak.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(tqhf)