Foto: Zona Banten
Teknologi.id - Ooredoo dan CK Hutchison Holdings Limited hari
ini mengumumkan penandatanganan dari kesepakatan transaksi definitif.
Untuk pengajuan penggabungan
bisnis telekomunikasi masing-masing di Indonesia, yaitu PT Indosat Tbk
("Indosat Ooredoo") dan PT Hutchison 3 Indonesia ("H3I")
atau Tri, setelah tertunda beberapa kali.
Perusahaan gabungan akan kemudian dinamai PT Indosat Ooredoo Hutchison
Tbk ("Indosat Ooredoo Hutchison").
Penggabungan Indosat Ooredoo dan
H3I akan menyatukan dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan
perusahaan telekomunikasi digital dan internet yang lebih kuat secara
komersial.
Ooredoo Group saat ini memiliki
65% saham dan kendali atas Indosat Ooredoo lewat Ooredoo Asia, sebuah
perusahaan induk yang dimiliki sepenuhnya.
Penggabungan Indosat dan H3I akan menyebabkan CK Hutchison menerima saham baru di Indosat Ooredoo hingga 21,8% dari Indosat Ooredoo Hutchison.
Baca juga: Ini Keunggulan Tensor, Chip Buatan Google untuk Android
Transaksi penggabungan dua
perusahaan ini senilai USD 6 miliar atau
sekitar dengan Rp85 triliun. Adapun merger Indosat dan Tri ini lebih cepat
dari penundaan proses negosiasi yang tadinya sampai 23 September 2021.
“Kesepakatan ini adalah suatu
langkah besar untuk mencapai visi kita bersama dalam menciptakan nilai yang
luar biasa untuk para pelanggan dan pemegang saham lewat penggabungan dua
perusahaan telekomunikasi terdepan Indonesia”
“untuk melahirkan perusahaan
nomor dua yang lebih kuat di Indonesia, didukung oleh dua mitra yang sangat
berkomitmen yaitu Ooredoo Group dan CK Hutchison," ujar Managing Director
of Ooredoo Group, Aziz Aluthman Fakhroo dalam siaran pers.
Menyusul transaksi di atas, Para Pihak akan masing-masing memiliki 50%
dari Ooredoo Asia, yang akan diberi nama baru yaitu Ooredoo Hutchison Asia dan
memiliki 65,6% saham dan kendali atas Indosat Ooredoo Hutchison.
Pada akhir transaksi, Indosat
Ooredoo Hutchison akan dikendalikan bersama-sama oleh Ooredoo Group dan CK
Hutchison.
Perusahaan gabungan akan tetap
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan pemerintah Indonesia memiliki 9,6%
saham, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia memiliki 10,8% saham, dan pemegang
saham publik lainnya memiliki kira-kira 14,0% saham.
(fpk)