Teknologi.id - Baru-baru ini, sebuah kelompok hacker Indonesia diduga telah melakukan serangan atau pembobolan pada beberapa situs media dan situs pemerintah India. Selain melakukan serangan, kelompok dengan nama 'Hacktivist Indonesia' juga diketahui telah mengungkapkan basis data dan informasi kredensial situs-situs tersebut di situs gelap.
Pengumuman tentang serangan ini disampaikan oleh akun @darktracer_int di Twitter pada hari Kamis, tanggal 25 Mei. Salah satu situs media yang menjadi korban serangan oleh Hacktivist Indonesia adalah Swarajtv24.com yang masih tetap berada di bawah kendali para peretas hingga saat ini.
Saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai cara dan motif yang digunakan oleh Hacktivist Indonesia dalam melakukan serangan terhadap situs-situs India. Jumlah informasi dan data yang telah disebar oleh kelompok peretas ini juga belum diketahui, begitu pula dengan daftar lengkap situs-situs yang telah diserang. Serangan yang dilakukan oleh kelompok hacker ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada bulan April 2023, kelompok yang sama mengklaim telah melakukan serangan terhadap lebih dari 12 ribu situs web India, termasuk salah satu bank layanan keuangan terbesar di negara itu, ICICI Bank. Menurut pemberitahuan keamanan cyber yang dirilis oleh Pusat, sekelompok peretas Indonesia diduga menargetkan 12 ribu situs web pemerintah di India. Indian Cyber Crime Coordination Centre (I4C), bagian dari Kementerian Urusan Dalam Negeri, merilis peringatan pada hari Kamis, seperti dilaporkan oleh Moneycontrol. Panduan tersebut mendorong pegawai pemerintah yang bersangkutan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan menyatakan bahwa "diakuinya bahwa situs web pemerintah negara dan pusat berpotensi menjadi target." Sistem All India Institute of Medical Science (AIIMS) mengalami kerusakan serius akibat serangan ransomware besar-besaran tahun lalu, yang membuat catatan pusatnya tidak dapat diakses selain layanan rumah sakit lainnya. Secara total, dilaporkan ada 19 serangan ransomware terhadap berbagai organisasi pemerintah kepada pemerintah India pada tahun 2022, sekitar tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut pemberitahuan I4C, sebuah organisasi "hacktivist" Indonesia melakukan serangan distributed denial of service (DDoS) dan denial of service (DoS). Serangan DDoS terjadi ketika jaringan komputer sengaja dihentikan dengan membanjiri data yang dikirim secara bersamaan dari berbagai komputer yang berbeda. Kelompok hacktivist tersebut, yang melibatkan situs web pemerintah negara dan pusat, diduga telah memposting daftar situs web yang mereka klaim sebagai target, sesuai dengan pemberitahuan tersebut. Pegawai pemerintah harus berhati-hati untuk menghindari penipuan rekayasa sosial setelah menerima peringatan ini; mereka juga harus berhati-hati untuk tidak mengklik tautan atau email yang tidak dikenali karena dapat membahayakan keamanan situs web yang sensitif. Selain itu, mereka harus memastikan bahwa semua pembaruan perangkat lunak sudah terbaru, sesuai dengan Anand Prakash, pendiri dan CEO perusahaan keamanan cyber Pingsafe. Kelompok hacktivist Malaysia juga menargetkan situs web pemerintah India tahun lalu sebagai akibat dari kerusuhan politik yang disebabkan oleh pernyataan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad. Banyak situs web resmi India, termasuk Kedutaan Besar India di Israel (indembassisrael[.]gov[.]in) dan Institut Nasional Manajemen Perluasan Pertanian, di-hack oleh kelompok peretas Malaysia bernama DragonForce (manage[.]gov[.]in). Serangan pada waktu itu dilakukan sebagai respons terhadap masalah yang muncul akibat pernyataan seorang pendeta Hindu India yang dianggap menghina agama Islam. Tindakan peretasan situs pemerintahan oleh kelompok hacker tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima. Peretasan semacam itu dapat mengakibatkan kerugian serius, baik bagi pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Ini melanggar privasi dan keamanan data, mengganggu operasi pemerintah, dan menciptakan ketidakstabilan dalam lingkungan digital. Pemerintah dan lembaga keamanan cyber perlu mengambil langkah-langkah yang serius untuk mencegah serangan semacam itu dan melacak dan menghukum para pelaku. Keamanan siber harus dianggap sebagai prioritas utama dalam era digital ini. Kolaborasi antara negara-negara dan upaya yang kuat dalam meningkatkan tindakan pencegahan dan penegakan hukum diperlukan untuk melindungi infrastruktur digital dari serangan peretasan. Selain itu, penting bagi pemerintah dan entitas terkait untuk terus meningkatkan keamanan sistem mereka dan melindungi data sensitif dengan menggunakan langkah-langkah keamanan yang kuat. Ini termasuk memperbarui perangkat lunak, mengamankan jaringan, memberlakukan kebijakan keamanan yang ketat, dan melibatkan ahli keamanan siber yang kompeten.
Baca juga : 7 Jenis Serangan Social Engineering dari Hacker yang Harus Kamu Tahu serta Contohnya
Pada saat yang sama, penting bagi masyarakat umum untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman keamanan siber dan mengadopsi praktik keamanan yang baik saat menggunakan internet dan berinteraksi secara online. Ini meliputi penggunaan sandi yang kuat, menghindari mengklik tautan atau lampiran yang mencurigakan, dan secara teratur memperbarui perangkat lunak keamanan mereka. Dengan upaya bersama dan kerjasama, kita dapat melawan ancaman peretasan yang tidak bertanggung jawab dan membangun lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(fr)