Depresi dan Bipolar Kini Bisa Didiagnosa dari Tes Darah

Cahya Febriansyah . April 09, 2021

Foto : sciencedaily

Teknologi.id - Gangguan bipolar adalah penyakit mental kronis yang menyebabkan perubahan mood yang parah. Suasana hati ini bergantian antara kegembiraan, perasaan energik (mania) dan sedih, serta posisi terendah yang melelahkan (depresi). 

Mengatasi periode depresi bisa jadi masalah yang sulit bagi penderitanya. Gejala depresi bisa membuat kita kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati dan menjadikannya tantangan untuk menjalani hari.

Kini, para peneliti di Indiana University School of Medicine menemukan bahwa tes darah bisa digunakan untuk mendiagnosa gangguan bipolar atau pun depresi.

Para peneliti mengembangkan tes darah, yang terdiri dari biomarker RNA, untuk dapat membedakan seberapa parah depresi pasien, risiko mereka mengembangkan depresi parah di masa depan, dan risiko gangguan bipolar di masa depan (penyakit manik - depresif). Tes ini juga menginformasikan pilihan pengobatan yang disesuaikan untuk pasien.

Baca juga: Takut Disuntik? Ilmuan Tengah Siapkan Vaksin Berbentuk Pil

Dalam penelitian yang dipimpin oleh Alexander B. Niculescu, MD, PhD, Profesor Psikiatri di IU School of Medicine, yang diterbitkan hari ini (8/4) di jurnal Molecular Psychiatry, mengungkap bahwa tingkat faktor pertumbuhan saraf pada orang dengan depresi atau gangguan bipolar lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat. 

Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Niculescu dan rekan - rekannya tentang penanda darah yang melacak bunuh diri serta rasa sakit, gangguan stres pascatrauma, dan penyakit Alzheimer.

“Kami telah mempelopori bidang pengobatan presisi dalam psikiatri selama dua dekade terakhir, khususnya selama 10 tahun terakhir. Studi ini mewakili hasil mutakhir dari upaya kami, ” kata Niculescu.

“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk membawa psikiatri dari abad ke-19 hingga abad ke-21. Untuk membantu menjadikannya seperti bidang kontemporer lain seperti onkologi. Pada akhirnya, misi kami adalah menyelamatkan dan meningkatkan kehidupan," tambahnya.

Studi komprehensif ini berlangsung selama empat tahun, dengan lebih dari 300 peserta direkrut terutama dari populasi pasien di Richard L. Roudebush VA Medical Center di Indianapolis. Tim tersebut menggunakan pendekatan empat langkah yang cermat dalam penemuan, penentuan prioritas, validasi, dan pengujian.

(cf)

Share :