Bangun Pusat Data di Malaysia, Ini Alasan Google Tidak Memilih Indonesia

Vanessa Netanya . October 10, 2024

Foto: Nabila Ramadhanty Putri Darmadi/tirto.id

Teknologi.id - Dikabarkan bahwa Google akan membangun pusat data di Malaysia. Langkah ini dilakukan untuk memperluas koneksi perusahaan di Asia Tenggara.

Sayangnya Google tidak memilih membangun pusat data di Indonesia Apa penyebab perusahaan teknologi tersebut memilih Malaysia, bukannya Indonesia untuk dijadikan pusat data di Asia Tenggara?

Dikutip dari Voi.id pada Kamis (10/10/2024), Budi Arie Setiadi sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa terdapat tiga faktor sebagai alasan terpilihnya Malaysia sebagai lokasi pembangunan pusat data milik Google.

Alasan yang pertama terdapat pada harga listrik per kWh di Malaysia yang jauh lebih murah seharga 8 sen per kWh, jika dibandingkan dengan Indonesia yang berada pada angka 10-11 sen per kWh.

Kemudian, negara Malaysia bebas pajak untuk barang modal. Alasan terakhir jatuh kepada kepastian hukum Negeri Jiran tentang investasi.

Budi menjelaskan ketiga alasan tersebut dalam acara Grand Opening JST1 dari Bersama Digital Data Centers (BDDC) di Jakarta Timur pada hari Rabu, (8/10/2024).

Ketiga alasan tersebut lah yang menjadikan Malaysia sebagai negara pilihan Google untuk membangun pusat data di Asia Tenggara. Sayangnya, Indonesia masih kalah dari ketiga aspek tersebut sehingga kurang dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.

Budi mengungkapkan bahwa ketika Indonesia bisa memberikan ketiga faktor krusial itu pada para investor, maka negara ini diyakini dapat lebih kompetitif untuk bersaing dalam investasi pusat data Google.

Baca juga: Google Uji Coba Centang Biru Verifikasi di Hasil Pencarian, Ini Fungsinya

Setyanto Hantoro selaku Presiden Komisaris Bersama Digital Data Centers (BDDC) menyatakan bahwa dibutuhkan insentif khusus untuk menarik investor asing masuk ke Indonesia.

“Ada pajak. Karena banyak barang-barang yang harus kita impor, pajak impornya dipermudah, direndahkan. Karena ini investasi jangka panjang,” ucap Setyanto terkait pendapatnya mengenai penarikan investor ke Indonesia.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(vn)

Share :