Sumber foto: boombastis.com
Menjadi salah satu sektor incaran investor, saham batu
bara kerap dijadikan pilihan oleh investor pasar modal. Terdapat beberapa saham
yang sering masuk dalam top gainers pasar saham Indonesia, yaitu ada PT
Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Harum Energy Tbk (HRUM),
dan masih banyak lagi.
Kendati demikian, pergerakan sektor batu bara
seakan-akan dibatasi karena adanya tren green energy, mengingat
pertambangan batu bara memiliki efek buruk bagi kesehatan dan lingkungan
sehingga dapat dikatakan bahwa sektor batu bara tidak ramah lingkungan. Selain
itu, adanya desakan bagi perbankan untuk membatasi eksposur kredit kepada
perusahaan batu bara.
Tidak hanya itu, terdapat isu lain yang sedang ramai
diperbincangkan yaitu pelarangan ekspor 34 perusahaan batu bara karena tidak
memenuhi kewajiban pasokan batu bara sesuai kontrak penjualan dengan PT PLN
(Persero) yang dikeluarkan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM).
Lalu, masih relevan kah untuk berinvestasi di saham
batubara saat ini?
Presiden Direktur PT Maybank King Eng Sekuritas,
Wilianto Ie, menegaskan di tengah isu dan keterbatasan yang ada, berinvestasi
dan mengoleksi saham batu bara masih menjadi sebuah prospek.
Terlebih dengan semakin meningkatnya harga batu bara
hingga menyentuh rekor baru di atas 160 USD/ton, harga saham batu bara di BEI
belum selaras sehingga adanya potensi besar terjadi penguatan harga.
“Perusahaan batu bara akan tumbuh pesat pada kuartal
berikutnya selama harga batu bara ini bertahan. Kalua kita lihat antara harga
batu bara dan harga saham emiten tambang batu bara, masih tertinggal baik historical
maupun kondisi sekarang,” ujar Wilianto Ie dalam program Investime, kepada
CNBC Indonesia.
Menurutnya, justru saat ini merupakan kesempatan untuk
mengoleksi saham batu bara. Meski terdapat faktor-faktor yang membatasi, baik
itu faktor pajak serta faktor environmental social, good governance
(ESG)
Selain itu, menurut Wilianto tren harga batu bara masih ada potensi untuk meningkat dilihat dari sentimen hubungan antara China dan Australia yang masih belum pulih secara geo politik, kondisi cuaca hujan juga yang menghambat pasokan batu bara, serta permintaan yang sedang melonjak.