Foto: Nature
Teknologi.id – Beberapa negara mencoba mengombinasikan vaksin Covid-19
seperti Jerman, Republik Dominika, Kanada, dan Inggris.
Vaksin Covid-19 kombinasi artinya
adalah memakai vaksin yang berbeda untuk suntikan yang pertama dan kedua.
Hal ini untuk menghadapi kondisi
varian Corona yang begitu banyak dan masalah kelangkaan vaksin.
Vaksin yang tampaknya paling
sering dikombinasikan adalah AstraZeneca dan Pfizer. Meski tampak seperti nekat
dan coba-coba, strategi ini ada dasar ilmiahnya.
Menurut Dr Amesh Adalja dari
Johns Hopkins University Center for Health Security, cara ini disebut
heterologous prime-boost vaccination. Cara ini sudah dilakukan sebelumnya.
"Pada kajian virus flu burung yang sudah lalu, menggunakan heterlogous prime-boost dan ini adalah bagian agenda riset untuk mencoba dan mengoptimasi vaksin," kata Adalja dikutip Detik dari CNN Senin (12/7/2021).
Baca juga: Masker Canggih Ini Dapat Deteksi Covid-19 Melalui Napas
Kata Adalja, masih butuh waktu
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun untuk menciptakan vaksin Corona yang
sempurna di masa depan. Yang penting sekarang adalah membuat vaksin generasi
dua yang lebih baik lagi.
"Yang penting adalah
memahami cara membuat vaksin generasi kedua yang lebih baik dan menggunakan
pengetahuan ini untuk meningkatkan vaksin lain untuk penyakit menular lainnya,"
kata dia.
Adalja mengatakan respon imunitas
berbeda dari setiap vaksin Corona. Hal ini karena setiap vaksin Corona memakai
teknologi yang berbeda.
"Ini area riset yang penting
untuk memahami dan merancang jejeran vaksin yang lebih baik," kata dia.
Salah satu pendorongnya adalah
riset yang diterbitkan Annals of Internal Medicine yang menyebutkan orang
dengan transplantasi organ tidak memiliki imunitas yang baik setelah divaksin
Corona dua kali. Namun, suntikan vaksin ketiga rupanya berhasil memicu imunitas.
(fpk)