Indonesia Diprediksi Makin Panas Tahun Depan, Apakah Wilayahmu Termasuk?

Adellia Irmanda Azzahra . November 08, 2024

Indonesia makin panas 2025
Foto: Marketeers

Teknologi.id - Indonesia diperkirakan akan menghadapi suhu yang makin panas pada tahun 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan perkiraan ini dalam konferensi pers daring bertajuk Climate Outlook 2025 yang digelar pada Senin (4/11).

Dwikorita Karnawati, selaku Kepala BMKG, memproyeksikan bahwa suhu udara rata-rata di Indonesia akan mengalami peningkatan pada tahun 2025. Khususnya selama periode bulan Mei hingga Juli, suhu diperkirakan akan meningkat sekitar 0,3 hingga 0,6 °C dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Perkiraan kenaikan suhu yang akan dialami Indonesia di tahun 2025 ini disebut lebih hangat daripada rata-rata normalnya selama tiga dekade terakhir.

BMKG telah mengidentifikasi sejumlah wilayah yang memiliki potensi besar untuk mengalami peningkatan suhu pada tahun 2025 ini. Wilayah-wilayah yang berisiko, meliputi Sumatera di bagian Selatan, Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kendati demikian, Dwikorita menyatakan bahwa secara umum, Indonesia tidak akan mengalami anomali iklim yang signifikan sepanjang tahun 2025.

Dwikorita menjelaskan kondisi La Niña yang lemah, diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun 2025. Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan hingga akhir Oktober 2024, suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan tren pendinginan dengan nilai indeks ENSO mencapai -0,59.

"Hal ini menunjukkan telah aktifnya gangguan iklim La Niña lemah. Sementara itu, pemantauan IOD di Samudra Hindia menunjukkan kondisi negatif dengan indeks bulanan sebesar -0,7," jelas Dwikorita, mengutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Jumat (8/11).

Sekitar 67% wilayah Indonesia diperkirakan akan menerima curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm, yang dikategorikan tinggi.

Yang termasuk ke dalam 67% wilayah tersebut, yakni sebagian besar Aceh, sebagian Sumatera Utara, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Riau bagian barat, sebagian Jambi, sebagian besar Bengkulu, sebagian Sumatera Selatan, sebagian besar Kepulauan Bangka Belitung.

Wilayah lainnya, yaitu sebagian Lampung bagian utara, sebagian Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian tengah dan selatan, sebagian Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua.

Baca juga: Waspada Ancaman Megathrust, BMKG Pasang 530 Sensor Gempa untuk Antisipasi

Selain itu, sekitar 15% wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan tahunan di atas normal.

Yang termasuk ke dalam 15% wilayah tersebut, yakni sebagian Aceh, sebagian kecil Sumatera Utara, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Riau, sebagian kecil Kalimantan Timur bagian timur.

Wilayah lainnya, yakni sebagian kecil Sulawesi Barat bagian utara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian kecil Sulawesi Utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan bagian selatan, sebagian kecil Sulawesi Tenggara, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Kepulauan Maluku, dan sebagian Papua bagian tengah.

Dwikota menambahkan bahwa sekitar 1% wilayah Indonesia, di antaranya sebagian kecil Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Timur, diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal. Kondisi ini membutuhkan perhatian khusus, karena potensi kekeringan dan dampak yang mungkin timbul.

Meskipun prediksi BMKG menunjukkan curah hujan yang cenderung di atas normal pada periode Juli hingga September 2025, risiko kekeringan dan kebakaran hutan selama musim kemarau tetap harus diwaspadai.

Penting untuk melakukan langkah-langkah antisipasi mengingat data bencana menunjukkan bahwa peristiwa kebakaran hutan dan lahan terjadi setiap tahun.

Selain itu, kewaspadaan juga diperlukan untuk menghadapi potensi kenaikan suhu udara pada Mei hingga Juli 2025.

Ardhasena Sopaheluwakan, selaku Deputi Bidang Klimatologi BMKG, menguraikan beberapa rekomendasi strategis dari BMKG dalam menghadapi kondisi iklim yang diperkirakan akan berubah.

Diperlukan upaya untuk mengoptimalkan fungsi infrastruktur pengelolaan sumber daya air, khususnya di wilayah perkotaan atau area yang rentan banjir. Langkah ini mencakup peningkatan kapasitas sistem drainase, area peresapan, dan tampungan air agar dapat mencegah banjir secara efektif.

Intinya, pada musim hujan perlu dioptimalkan drainase dan tandon air sebagai cadangan yang nantinya dapat dimanfaatkan saat musim kemarau tiba.

Baca berita dan artikel yang lain di Google News.

(aia)

Share :