Foto: EKRUT
Teknologi.id – Digital footprint atau jejak digital
adalah sesuatu yang tak bisa dengan mudah dihilangkan dan dapat disalahgunakan
oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Bahkan, menurut FT, digital footprint
yang tak terurus bisa memengaruhi reputasi online seorang karyawan perusahaan.
Dilansir dari laman Tech Terms, jejak digital atau digital footprint, adalah
tapak data yang tertinggal setelah kamu beraktivitas di internet.
Kegiatan seperti mengirim email,
mengunjungi sebuah website, hingga posting sesuatu di media sosial sudah cukup
untuk meninggalkan digital footprint. Hal satu ini dapat kamu bandingkan dengan
wisata ke pantai, di mana kamu sudah pasti akan meninggalkan jejak kaki di
pasir.
Pengguna bisa secara aktif
mempublikasikan informasi sensitif terkait pekerjaan dan kehidupan mereka
dengan membagikannya pada blog pribadi. Atau, pengguna mungkin secara pasif,
seringkali tidak sengaja, menyumbangkan metadata mereka pada layanan yang
sering digunakan.
Contohnya seperti menyebarkan alamat
IP perangkat mereka, menampilkan perilaku penjelajahan di search engine, dan
loyalitas pada layanan yang bisa melacak informasi pengguna.
Masalahnya, masih banyak orang yang
belum sadar mengenai risiko berbahaya yang bisa hadir dengan meninggalkan
informasi sensitif tersebut.
Memangnya, apa saja, sih, bahaya yang dapat ditimbulkan dengan menyisakan digital footprint?
Baca juga: Internet Diawasi Selama 24 Jam, Jangan Langgar Aturan
Digital Exposure
Menyadur Ciso Platform, risiko
berbahaya pertama yang dapat ditimbulkan jejak digital adalah digital exposure.
Istilah satu ini mengacu pada akses bebas yang didapatkan orang-orang tak
bertanggung jawab pada data-datamu.
Phishing
Risiko berikutnya yang bisa timbul
karena tidak berhati-hati dengan digital footprint merupakan kegiatan phishing.
Serangan manipulatif ini bisa membahayakan pengguna dengan membobol data-data
penting mereka, seperti rekening ATM atau berbagai file berharga di tempat
kerja.
Reputasi Profesional
Tahukah kamu? Bahwa menurut hasil
riset Career Builder pada tahun 2017 silam, hampir 70% perusahaan di Amerika
Serikat menggunakan media sosial untuk melirik profil pencari kerja?
Di era global ini, rekruter akan
memerhatikan pola hidup serta kepribadian kandidat berdasarkan aktivitas mereka
di media sosial. Hal ini bisa membahayakan pekerja bila mereka tidak mengelola
jejak digital dengan benar.
(MIM)