Cara Astronaut Puasa dan Salat di Luar Angkasa, Berbeda?

Fabian Pratama Kusumah . May 12, 2021

Foto: Sunday Vision

Teknologi.id – Sama seperti di Bumi, para astronaut yang muslim tetap menjalankan ibadah salat dan puasa saat mereka bertugas di luar angkasa.

Namun ada beberapa pertanyaan seperti bagaimana aturannya? Arah kiblatnya ke mana? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin juga kamu tanyakan.

Pada 2007, ketika astronaut Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor ikut serta dalam misi perjalanan ke luar angkasa, dia pun menanyakan kepada para ulama mengenai tata cara ibadah di luar angkasa.

Pertanyaan itu menjadi perhatian dari 150 ilmuwan muslim dan ulama di bawah naungan badan antariksa nasional Malaysia ANGKASA dan Departemen Perkembangan Islamnya.

Dilansir dari Detik, mereka mengadakan konferensi selama dua hari untuk membahas 'Islam dan Kehidupan di Luar Angkasa'.

Hasilnya, buklet pedoman yang diterbitkan untuk astronot muslim berjudul 'A Guideline of Performing Ibadah (worship) at the International Space Station (ISS)'.

Baca juga: Ini Cara Pemakaman Astronaut yang Meninggal di Luar Angkasa

Puasa

Foto: Okezone

Para ulama fokus memungkinkan seorang muslim yang sedang berada di luar angkasa beribadah tanpa memaksanya melakukan sesuatu yang mungkin sangat sulit atau berbahaya.

Para ulama juga memutuskan, untuk waktu puasa mengikuti waktu tempat misi peluncuran Astronaut tersebut.

Waktu salat

Foto: Detik

Muslim melakukan salat lima kali sehari yaitu subuh, zuhur, asar, magrib, dan isya. Di luar angkasa, pesawat bergerak 17.400 mil per jam mengorbit Bumi 16 kali dalam sehari.

Jika mengikuti perhitungan tersebut, apakah astronaut harus menjalankan salat wajib sebanyak 80 kali?

Astronaut bisa mengikuti waktu salat tempat peluncuran misi antariksanya. Mereka tetap melakukan salat lima kali sehari setiap 24 jam menggunakan hitungan waktu di Bumi.

Selain itu, jika tidak memungkinkan bagi astronaut menghentikan pekerjaan untuk salat, mereka dapat meringkas salat menjadi lebih pendek (qasar) atau menggabungkan (jamak).

Yaitu pada waktu salat tengah hari dengan sore (dzuhur dan ashar) atau waktu salat sore dan malam (maghrib dan isya).

Berwudu

Foto: Dream

Baca juga: Jamur Chernobyl Bisa 'Memakan' Radiasi, Harapan untuk Lindungi Astronaut di Antariksa?

Sebelum salat, seorang muslim harus melakukan ritual bersuci yang utamanya dengan berwudu. Masalahnya, air di ISS sangat berharga bahkan keringat dan urine pun dapat didaur ulang.

Maka, astronaut muslim dibolehkan bersuci menggunakan debu atau tayamum, yakni menyentuhkan telapak tangannya ke dinding atau cermin lalu mengusapkannya ke wajah, punggung tangan hingga siku sambil membaca doa bersuci.

Arah kiblat

Foto: GNFI

Mengenai arah kiblat saat salat di luar angkasa, para ulama mengatakan ada empat pilihan. Pertama, menghadap Ka'bah di Bumi (yang akan bergerak relatif terhadap posisi ISS).

Kedua, menghadap proyeksi Ka'bah di langit. Ketiga, menghadap Bumi. Keempat, boleh menghadap ke mana saja.

Gerakan salat

Foto: Brilio

Gerakan salat di luar angkasa juga mendapat keringanan. Pasalnya, pada kondisi gravitasi nol, gerakan salat seperti berdiri, rukuk, dan sujud, sambil menggunakan pakaian luar angkasa, akan sulit dilakukan.

Panduan ibadah di luar angkasa menyederhanakan hal ini dengan menyebutkan astronaut bisa melakukan salat sambil berdiri saja.

Jika tidak bisa berdiri, dia bisa duduk. Jika tidak bisa duduk, dipersilakan berbaring. Jika tidak dapat melakukan semua itu pun, astronaut diizinkan untuk melakukan salat dengan isyarat gerak tubuh dengan kelopak matanya atau hanya dengan membayangkannya.

(fpk)

Share :