Foto: Sunday Vision
Teknologi.id – Sama seperti di Bumi, para astronaut yang muslim
tetap menjalankan ibadah salat dan puasa saat mereka bertugas di luar angkasa.
Namun ada beberapa pertanyaan
seperti bagaimana aturannya? Arah kiblatnya ke mana? Pertanyaan-pertanyaan ini
mungkin juga kamu tanyakan.
Pada 2007, ketika astronaut
Malaysia Sheikh Muszaphar Shukor ikut serta dalam misi perjalanan ke luar angkasa,
dia pun menanyakan kepada para ulama mengenai tata cara ibadah di luar angkasa.
Pertanyaan itu menjadi perhatian
dari 150 ilmuwan muslim dan ulama di bawah naungan badan antariksa nasional
Malaysia ANGKASA dan Departemen Perkembangan Islamnya.
Dilansir dari Detik, mereka mengadakan
konferensi selama dua hari untuk membahas 'Islam dan Kehidupan di Luar
Angkasa'.
Hasilnya, buklet pedoman yang diterbitkan untuk astronot muslim berjudul 'A Guideline of Performing Ibadah (worship) at the International Space Station (ISS)'.
Baca juga: Ini Cara Pemakaman Astronaut yang Meninggal di Luar Angkasa
Puasa
Foto: Okezone
Para ulama fokus memungkinkan
seorang muslim yang sedang berada di luar angkasa beribadah tanpa memaksanya
melakukan sesuatu yang mungkin sangat sulit atau berbahaya.
Para ulama juga memutuskan, untuk
waktu puasa mengikuti waktu tempat misi peluncuran Astronaut tersebut.
Waktu salat
Foto: Detik
Muslim melakukan salat lima kali sehari yaitu subuh, zuhur, asar, magrib, dan isya. Di luar angkasa, pesawat bergerak 17.400 mil per jam mengorbit Bumi 16 kali dalam sehari.
Jika mengikuti perhitungan
tersebut, apakah astronaut harus menjalankan salat wajib sebanyak 80 kali?
Astronaut bisa mengikuti waktu
salat tempat peluncuran misi antariksanya. Mereka tetap melakukan salat lima
kali sehari setiap 24 jam menggunakan hitungan waktu di Bumi.
Selain itu, jika tidak memungkinkan
bagi astronaut menghentikan pekerjaan untuk salat, mereka dapat meringkas salat
menjadi lebih pendek (qasar) atau menggabungkan (jamak).
Yaitu pada waktu salat tengah
hari dengan sore (dzuhur dan ashar) atau waktu salat sore dan malam (maghrib
dan isya).
Berwudu
Foto: Dream
Baca juga: Jamur Chernobyl Bisa 'Memakan' Radiasi, Harapan untuk Lindungi Astronaut di Antariksa?
Sebelum salat, seorang muslim
harus melakukan ritual bersuci yang utamanya dengan berwudu. Masalahnya, air di
ISS sangat berharga bahkan keringat dan urine pun dapat didaur ulang.
Maka, astronaut muslim dibolehkan
bersuci menggunakan debu atau tayamum, yakni menyentuhkan telapak tangannya ke
dinding atau cermin lalu mengusapkannya ke wajah, punggung tangan hingga siku
sambil membaca doa bersuci.
Arah kiblat
Foto: GNFI
Mengenai arah kiblat saat salat
di luar angkasa, para ulama mengatakan ada empat pilihan. Pertama, menghadap
Ka'bah di Bumi (yang akan bergerak relatif terhadap posisi ISS).
Kedua, menghadap proyeksi Ka'bah
di langit. Ketiga, menghadap Bumi. Keempat, boleh menghadap ke mana saja.
Gerakan salat
Foto: Brilio
Gerakan salat di luar angkasa
juga mendapat keringanan. Pasalnya, pada kondisi gravitasi nol, gerakan salat
seperti berdiri, rukuk, dan sujud, sambil menggunakan pakaian luar angkasa,
akan sulit dilakukan.
Panduan ibadah di luar angkasa
menyederhanakan hal ini dengan menyebutkan astronaut bisa melakukan salat
sambil berdiri saja.
Jika tidak bisa berdiri, dia bisa
duduk. Jika tidak bisa duduk, dipersilakan berbaring. Jika tidak dapat
melakukan semua itu pun, astronaut diizinkan untuk melakukan salat dengan
isyarat gerak tubuh dengan kelopak matanya atau hanya dengan membayangkannya.
(fpk)