Apa Itu Doxxing dan Mengapa Hal Tersebut Berbahaya?

Indah Mutia Ayudita . September 24, 2020

Skai Jackson mengancam akan menyebarkan informasi orang-orang yang meninggalkan komentar rasis dan jahat mengenai gerakan BLM dan orang-orang kulit hitam. Foto: Tangkapan Layar/Instagram Skai Jackson

Teknologi.id - Doxxing (kadang ditulis doxing) adalah bentuk kejahatan di dunia maya dimana data pribadi seseorang dikumpulkan lalu disebarkan di internet. Tujuannya adalah untuk menyebarkan permasalahan atau kejadian memalukan sang korban agar bisa dijadikan bulan-bulanan di dunia maya.

Doxxing bukanlah hal yang baru. Namanya hadir dari istilah dumping documents yang disingkat menjadi docs yang seirama dengan dox. Doxxing sudah ada dari sejak tahun 1990-an, digunakan sebagai 'alat' untuk para hackers yang terlibat pertengkaran dengan hacker lain.

Kini, doxxing bisa digunakan oleh orang biasa untuk mempermalukan atau membully orang lain secara bebas. Kadang, seseorang menjadi korban doxxing karena sebelumnya melakukan pembullyan atau meninggalkan komentar jahat terhadap suatu individu atau kelompok terlebih dahulu.

Baca juga: Catat! Google Meet Bakal Ada Biaya Langganan Mulai 1 Oktober

Para pelaku akan mencari informasi mengenai targetnya, mengumpulkan informasi yang ditemuinya lalu membagikan informasinya secara publik.

Doxxing sudah banyak merusak hidup korban karena mereka harus mendapati rasa malu bahkan sampai penghinaan publik. Tidak jarang korban doxxing harus kehilangan pekerjaan, pasangan, menutup akun-akun onlinenya, bahkan harus 'menghilang' agar tidak terus-terusan di serang publik.

Tak jarang bullying di dunia maya terbawa sampai dunia nyata. Ada beberapa sumber yang biasa digunakan para doxxer untuk mencari data mengenai korbannya:

1. Sumber Open Source

Foto: Tangkapan Layar

Sumber open source adalah informasi yang bisa didapatkan secara legal mengenai seorang individu dari internet. Para pelaku doxing ini tidak bisa 'dituntut' karena mengumpulkan informasi yang benar. Perangkat lunak yang bersifat open source dan gratis bisa digunakan untuk mengumpulkan data-data diri pengguna dan sifatnya legal karena biasanya sudah disetujui kedua belah pihak.

2. Data Broker

Foto: openpr

Bisnis yang mengumpulkan, menyimpan, bahkan mendapat keuntungan dengan menjual data-datamu disebut data broker. Hal-hal yang kamu lakukan bisa menjadi hal yang menarik bagi orang lain, khususnya perusahaan marketing big data. Para data broker ini biasanya bekerja sama dengan perusahaan lain untuk memasarkan produk-produk pada calon pembeli.

Baca juga: Nokia 2.4 dan Nokia 3.4 Resmi Meluncur, Harganya Terjangkau!

3. Whois Records

Foto: raymond.cc

Ketika mendaftarkan diri pada suatu domain, data-data yang dimasukkan bisa diakses oleh siapa saja. Beberapa layanan menawarkan pilihan untuk menyembunyikan atau membatasi data dengan membayar sejumlah uang, namun tidak semuanya menyediakan jasa ini.

4. Sosial Media

Foto: sosiologis.com

Sosial media bukanlah wadah yang asing untuk menemukan informasi pribadi orang lain, terlebih jika orang tersebut rajin membagikan informasi mengenai dirinya, termasuk keluarga, lokasi alamat, nomor hp, tempat bekerja, hobi, dan masih banyak lagi. Jika tidak berhati-hati, informasi-informasi yang beredar di sosial media bisa digabungkan dan jadi bumerang yang bisa mengancam keselamatan diri. Perlu diingat gambar-gambar yang diunggah di media sosial memiliki metadata yang tidak bisa dipisahkan dari gambar sehingga perlu berhati-hati sebelum memutuskan untuk mengunggah suatu gambar.

5. Kebocoran Data

Foto: Telkomtelstera

Database yang bocor pada suatu website biasanya mengandung data-data pribadi seperti nama, password, email, alamat, nomor telepon, informasi kartu kredit, sampai nomor kependudukan. Data-data ini biasanya banyak beredar di Dark Web dan forum-forum hacker. Ingat kejadian kebocoran data yang terjadi pada suatu marketplace Indonesia? Setelah mengetahui adanya informasi kebocoran data, segera amankan akun milikmu dengan mengganti password-nya dan cek apakah ada informasi perbankan yang terkena dampaknya.

Baca juga: WhatsApp Nantinya Bisa Dipakai di 4 Perangkat Sekaligus

6. Social Engineering

Foto: terranova

Social engineering atau rekayasa sosial adalah salah satu metode yang digunakan para penipu untuk mengelabui korbannya dengan cara memberikan rasa aman sehingga para korban memercayai mereka. Dengan berpura-pura menjadi ramah, para penipu memanfaatkan celah ini untuk mendapatkan informasi dari korbannya tanpa mereka sadari. Teknik ini juga banyak digunakan di dunia nyata.

7. Doxxing-as-a-service

Foto: webpreserver

Doxxing-as-a-Service tersedia di Dark Web. Para pelaku akan menyerang korban dan meminta sejumlah uang dari korban untuk menghapus data-data pribadi yang sudah tersebar.

Internet tak ayal seperti pisau bermata dua, jika digunakan dengan bijak, maka bisa bermanfaat untuk penggunanya. Sebaliknya, jika tidak berhati-hati, maka bisa mencelakaimu. 

(im)

Share :