Foto: Portal Informasi Indonesia
Teknologi.id - Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi pengolah limbah medis
berskala kecil dan bersifat mobile.
Hal ini dilakukan untuk membantu
meningkatkan kapasitas pengolahan limbah secara signifikan yang sangat
diperlukan seiring dengan meningkatnya
jumlah dan volume limbah medis COVID-19.
Hal ini disampaikan oleh Kepala
BRIN Laksana Tri Handoko usai mengikuti Rapat Terbatas mengenai Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) Medis COVID-19, yang dipimpin
oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), beberapa waktu lalu.
“Ada beberapa teknologi yang
sudah proven yang dikembangkan untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas
pengolahan limbah ini secara signifikan,”
“Khususnya adalah teknologi yang
bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya
mobile,” ujar Handoko.
Teknologi ini, imbuh Kepala BRIN,
dapat dimanfaatkan untuk pengolahan
sampah di daerah yang memiliki penduduk relatif sedikit dengan skala limbah
yang tidak banyak.
“Kalau kita harus membangun
incinerator besar, itu tentu akan jauh lebih mahal dan juga menimbulkan masalah
terkait dengan pengumpulan, karena pengumpulan dari limbah ke insinerator yang
terpusat itu juga menimbulkan biaya tersendiri,” imbuhnya.
Selain itu, di dalam rapat Kepala
BRIN juga mengusulkan sejumlah teknologi
daur ulang limbah medis yang juga berpotensi memunculkan nilai tambah secara
ekonomi.
“Ada insentif finansial dari sisi
bisnis akibat daur ulang tersebut dan tentu itu akan berpotensi juta mengurangi
biaya pengolahan limbah secara keseluruhan,” kata Handoko.
Salah satu teknologi yang
dikembangkan BRIN adalah alat daur ulang
jarum suntik yang bisa menghasilkan residu berupa bubuk stainless steel murni.
Selain itu terdapat juga alat
daur ulang plastik medis yang dapat digunakan untuk mengolah limbah Alat
Pelindung Diri (APD) dan masker.
“APD dan masker yang bahannya adalah polypropylene, sehingga kita bisa peroleh polypropylene (PP) murni, jenis plastik polypropylene murni yang nilai ekonominya juga cukup tinggi,” papar Kepala BRIN.
Baca juga: Kemana Perginya Sampah Medis Setelah Digunakan?
Dalam keterangan persnya, Kepala
BRIN mengungkapkan bahwa saat ini sarana pengelolaan limbah medis masih belum
merata di seluruh Tanah Air.
Dengan adanya teknologi
pengolahan dan daur ulang limbah yang dikembangkan BRIN ini, Handoko berharap
dapat membantu fasilitas layanan kesehatan dalam pengolahan limbah medis.
“Dengan ini kami berharap itu
bisa meningkatkan motivasi untuk mengumpulkan dan mengolah limbah, meningkatkan
kepatuhan, dan di sisi lain itu berpotensi juga menjadi lahan baru, bisnis bagi
para pelaku usaha di daerah-daerah, khususnya para pelaku usaha skala kecil,”
pungkasnya.
(fpk)