Teknologi.id - Peneliti China mengklaim telah memperkenalkan algoritme pemecah kode baru yang, jika berhasil, dapat membuat enkripsi arus utama menjadi tidak berdaya dalam beberapa tahun ke depan.
Dilansir dari Interesting Engineering, tim yang dipimpin oleh Profesor Long Guilu dari Tsinghua University menyatakan bahwa komputer kuantum sederhana yang dibangun dengan teknologi yang tersedia saat ini dapat menjalankan algortime mereka.
Algoritme baru ini dapat secara dramatis mengurangi skala komputer kuantum praktis menjadi 372-qubit, bahkan lebih kecil dari Osprey yang merupakan prosesor kuantum paling kuat di dunia dengan 433-qubit.
Faktorirasi bilangan besar yang menjadi tantang besar untuk komputer konvensional, dapat dipercepat oleh komputer kuantum. Namun, untuk menembus rekening bank yang diamankan dengan enkripsi perlu mengelola jutaan qubit, blok bangunan mendasar dari informasi kuantum.
Baca juga: AI Makin Pintar, Bill Gates Prediksi Posisi Pekerja Kantoran Terancam
Enskripsi atau kriptografi asimetris adalah salah satu standar industri paling ketat yang digunakan oleh banyak pemerintah, lembaga keuangan, hingga perusahaan teknologi untuk melindungi keamanan informasi dengan kunci sepanjang 2048 bit.
Namun, para peneliti China berpendapat bahwa algoritme baru mereka, yang disebut sublinear-resource quantum integer factorization (SQIF) dapat menguraikan data yang dienkripsi dengan RSA-2048. SQIF diciptakan untuk mengoptimalkan proses perhitungan kuantum berdasarkan algortma kontroverial yang dikembangkan oleh matematikawan Jerman Claus Schnoor pada 2013.
Untuk menunjukkan kelayakan SQIF, para peneliti menggunakan komputer kuantum superkonduktif 10-qubit kecil di Zhejiang University, Hangzhou untuk memecahkan kunci enkripsi sepanjang 48-bit. Dan tim peneliti mengklaim bahwa SQIF adalah algortme faktorisasi paling hemat qubit hingga saat ini dan bahwa komputer kuantum yang mampu menangani ratusan qubit akan segera hadir.
Tanggapan Amerika Serikat
Pernyataan yang dibuat oleh para peneliti China telah memicu kekhawatiran dan keraguan dari beberapa pakar keamanan dan kuantum terkemuka di Amerika Serikat.
Menurut ahli kriptografi dan komputer Amerika, Bruce Schneier, studi yang dilakukan China adalah sesuatu yang dianggap serius. Schneier mengatakan bahwa ini mungkin tidak benar, tetapi tidak juga salah. Namun yang jelas menjadi pertanyaan mengganggu bagi Schneier adalah mengapa pemerinta China tidak mengklasifikasikan penelitian tersebut.
Meskipun mengakui kekhawatiran Schneier, Scott Aaronson, kepala pusat informasi kuantum di University of Texas, menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan oleh Long pada penelitian milik China tidak akan berhasil. Aaronson juga mengatakan bahwa paper yang dihasilkan peneliti China merupakan salah satu paper komputasi kuantum yang paling menyesatkan yang pernah dilihatnya dalam 25 tahun.
Baca juga: Google Suntik Rp4,5 T ke Startup AI Pesaing ChatGPT
Mengacu pada klaim yang dikeluarkan Long, Lawrence Gasman, pendiri dan presiden situus web Inside Quantum Technology, memperingatkan bahwa "Jika itu benar, maka itu adalah bencana. Namun, jika itu hanya sebuah ide menarik, itu mungkin salah," dilansir dari Interesting Engineering.
Paper yang menimbulkan kontroversi ini pertama kali di unggah pada situs artikel ilmiah arvix.org bulan lalu.
(cta)