Teknologi.id - Kabar terbaru dan mengejutkan datang dari salah satu e-commerce di Indonesia, Bukalapak. Secara resmi, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengumumkan operasinya pada beberapa lini usaha akan segera berhenti. Hal ini merupakan salah satu upaya perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penghentian operasi tersebut memungkinkan PT Bukalapak.com mengambil konsekuensi untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap beberapa karyawan yang beroperasi di lini usaha terkait.
Salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia ini telah memulai perjalanannya sejak tahun 2011 dengan pendirinya Achmad Zaky, Fajrin Rasyid, dan Ricky Ramli Yudi. Selama 13 tahun menjadi wadah bagi para UMKM untuk mengakses pasar digital dan meningkatkan daya saing di pasar online, Bukalapak telah meninggalkan jejak pencapaian di dunia e-commerce. Seperti pengembangan dan peningkatan layanan mitra, pengadaan dan penarikan saham di Bursa Efek Indonesia, hingga bertahan dalam persaingannya dengan e-commerce lain.
Baca juga: Berawal dari Kos-Kosan, Achmad Zaky Sukses Besarkan Bukalapak
Sejak tahun 2023 hingga saat ini, Bukalapak dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kompetisi yang juga berasal dari pesaing platform e-commerce lainnya. Sebagai upaya untuk tetap bertahan, Bukalapak terus meningkatkan strategi dan daya saing dengan pemanfaatan sistem AI dan Big Data untuk menawarkan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna. Namun, dalam perjalanannya, Bukalapak tetap harus berhadapan dengan ancaman kestabilan keuangan perusahaan sehingga mengharuskan wadah bagi UMKM ini mengambil langkah berani dan mengejutkan.
Restrukturisasi besar-besaran akan terjadi pada beberapa lini usaha yang direncanakan ditutup karena dinilai kurang menguntungkan bagi perusahaan. Keputusan tersebut tentu merebut perhatian banyak orang, baik dari luar perusahaan maupun internal perusahaan khususnya karyawan yang bekerja pada lini usaha terkait. Menyikapi keputusan ini, Bukalapak juga sedang berusaha untuk mencarikan solusi terbaik bagi para karyawan yang terdampak. Saat ini, solusi yang memungkinkan bagi karyawan terdampak adalah program relokasi atau pemberian pesangon.
Pihak PT. Bukalapak.com angkat bicara perihal kabar tersebut. Melalui sekretaris perusahaan, Cut Fika Lutfi, menjelaskan bahwa rencana penutupan lini usaha ini merupakan langkah yang dilakukan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan, meningkatkan profitabilitas perusahaan, dan menjaga keuangan perusahaan tetap stabil.
"Dalam mengembangkan bisnisnya, perseroan selama ini fokus kepada pertumbuhan yang menguntungkan dan berkelanjutan untuk jangka panjang, serta menciptakan nilai nyata melalui optimalisasi kinerja operasi dan mempertahankan disiplin keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan pertumbuhan," jelas Fika kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (5/11/2024).
Ia juga menambahkan bahwa PT Bukalapak.com sebelumnya telah melakukan investasi untuk perusahaan. Hal ini dimulai sejak penawaran saham umum perdana atau IPO pada tahun 2021. Investasi dilakukan sebagai upaya pengembangan bisnis secara organik. Perseroan ini juga mencoba pengambilalihan saham untuk memasuki pangsa pasar baru. "Namun sejak perseroan melakukan IP pada tahun 2021, pasar di mana perseroan beroperasi telah mengalami perubahan yang substansial begitu pula dengan dinamika persaingan," ungkap Fika.
Namun, seiring perjalanan bisnisnya, PT Bukalapak.com ternyata mengalami pembengkakan kerugian. Berdasarkan laporan keuangan emiten e-commerce Bukalapak pada kuartal III 2024 telah terjadi pembengkakan kerugian bersih secara signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Baca juga: Saham Bukalapak Terjun Bebas, Apa Penyebabnya?
Pendapatan Bukalapak hingga periode 30 September 2024 mencapai Rp3,39 triliun dan terjadi kenaikan jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode sebelumnya yang mencapai Rp3,33 triliun. Meskipun pendapatan mengalami kenaikan, tetapi rugi usaha tetap mengalami pembengkakan yang sangat berdampak pada kestabilan keuangan perusahaan. Perusahaan mengalami rugi usaha sebesar Rp1,32 triliun, naik dari periode sebelumnya yang mengalami rugi usaha sebesar Rp1,29 triliun. Adapun rugi usaha sebelum pajak mengalami penurunan dari Rp755,00 miliar menjadi Rp 580,75 miliar.
Penurunan rugi usaha sebelum pajak itu pun terjadi karena kenaikan pendapatan keuangan dari Rp569,01 miliar menjadi Rp793,77 miliar. Kemudian, rugi usaha periode yang berjalan mengalami penurunan dari Rp776,22 miliar menjadi Rp597,35 miliar. Dengan demikian, total liabilitas perusahaan mengalami kenaikan dari Rp792,03 miliar hingga periode 31 Desember 2023 menjadi Rp848,36 miliar hingga periode 30 September 2024. Adapun total aset tercatat mengalami penurunan dari Rp 26,12 triliun hingga periode 31 Desember menjadi Rp 25,65 triliun hingga periode 30 September 2024.
Baca juga artikel lainnya di Google News