Image by Matthew Horwood/Getty
Teknologi.id - Bayangkan situasi di mana Anda sedang asyik berbelanja, menikmati hari, tiba-tiba seorang penjaga keamanan mendekat dan menuduh Anda sebagai pencuri. Terasa seperti adegan dalam film thriller, bukan? Namun, bagi seorang wanita malang di sebuah toko Home Bargains, ini adalah kenyataan yang mengerikan, akibat kesalahan identifikasi oleh teknologi pengenalan wajah.
Ceritanya, wanita ini, sebut saja namanya Sara, sedang
berbelanja dengan tenang ketika tiba-tiba dia disergap oleh seorang karyawan
toko yang menuduhnya sebagai pencuri. Tasnya diperiksa, dia diusir dari toko,
dan mengalami penghinaan yang mendalam. Seluruh pengalaman itu membuatnya
menangis sepanjang perjalanan pulang, khawatir bahwa reputasinya telah hancur
tanpa alasan yang jelas.
Ironisnya, Home Bargains bukan satu-satunya yang mengandalkan teknologi ini. Toko-toko di seluruh Inggris seperti Sports Direct, Budgens, dan Costcutter juga menggunakan sistem pengenalan wajah. Masalahnya, teknologi ini jauh dari sempurna dan sering kali membuat kesalahan fatal.
Ambil contoh Metropolitan Police di London, yang telah
menggunakan teknologi pengenalan wajah sejak 2016. Meskipun teknologi ini telah
membantu menangkap sejumlah penjahat, kesalahan identifikasi terhadap
orang-orang tak bersalah seperti Shaun Thompson menunjukkan kelemahan besar.
Shaun, yang tidak bersalah, ditangkap di dekat London Bridge, diinterogasi
selama 20 menit, dan akhirnya dibebaskan setelah memberikan sidik jarinya.
Bagaimana sebenarnya teknologi pengenalan wajah ini bekerja?
Sistem ini memindai wajah seseorang, melakukan perhitungan matematis untuk
memetakan fitur-fitur wajah, dan kemudian membandingkannya dengan database
untuk menemukan kecocokan. Masalahnya, pemindaian ini sering dilakukan tanpa
sepengetahuan atau persetujuan orang yang bersangkutan.
Silkie Carlo dari Big Brother Watch menyebut teknologi ini sebagai "susunan polisi digital." Jika hasil pemindaian menunjukkan kecocokan, polisi segera bertindak dan memperlakukan orang tersebut sebagai tersangka. Hal ini jelas tidak adil dan berpotensi merusak kehidupan seseorang tanpa alasan yang jelas.
Selain itu, ada masalah lain yang belum terselesaikan.
Meskipun teknologi semakin maju, masalah seperti bias rasial dan kesulitan
mengenali wanita tetap menjadi kendala. Banyak penelitian menunjukkan adanya
kemajuan, tetapi keraguan di kalangan masyarakat tetap tinggi.
Di sisi hukum, regulasi belum sepenuhnya siap untuk
mengatasi perkembangan teknologi ini. Seperti yang dikatakan oleh Michael
Birtwhistle dari Institut Ada Lovelace, kita masih berada dalam kondisi seperti
"Wild West" di mana aturan dan pengawasan belum cukup kuat untuk
melindungi hak-hak individu.
Teknologi pengenalan wajah memiliki potensi besar untuk keamanan, namun juga menyimpan risiko besar terhadap privasi dan kebebasan individu. Kisah Sara dan Shaun adalah pengingat bahwa inovasi harus selalu diimbangi dengan pertimbangan etis dan regulasi yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan dan kesalahan yang merugikan orang-orang tak bersalah.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News