Teknologi.id - Ruang kecerdasan buatan (AI) terus meluas, dan aplikasi terbarunya menjanjikan revolusi dalam bidang kedokteran. Para peneliti di Universitas Edinburgh telah memulai perjalanan ambisius untuk memanfaatkan teknologi AI dalam upaya menciptakan obat anti-penuaan. Usaha luar biasa ini bertujuan untuk mengatasi salah satu tantangan manusia yang paling signifikan: mengatasi efek penuaan.
Dengan memanfaatkan kemampuan komputasi AI, ilmuwan sedang mendorong batasan penemuan medis, berpotensi membuka cara baru untuk melambatkan proses penuaan dan mencegah penyakit yang terkait dengan usia.
Sementara AI telah memberikan kontribusi signifikan pada berbagai industri, langkahnya dalam dunia penemuan obat mewakili lonjakan luar biasa. Secara tradisional, proses pengembangan obat senolitik, yang bertujuan untuk menghilangkan sel-sel yang menua, memakan waktu dan mahal.
Namun, integrasi AI dalam proses ini telah membuka jalan bagi pendekatan yang lebih efisien. Vanessa Smer-Barreto, seorang peneliti di Institut Genetika dan Kedokteran Molekuler, menekankan bahwa AI menawarkan solusi untuk tantangan yang dihadapi dalam bidang ini.
Vanessa menjelaskan, "Menghasilkan data biologis anda sendiri bisa sangat mahal dan memakan banyak waktu, bahkan hanya untuk mengumpulkan data pelatihan. Apa yang membedakan pendekatan kami adalah kami berusaha melakukannya dengan anggaran terbatas." Pendekatan baru ini melibatkan pemanfaatan data literatur yang ada dan pemanfaatan pembelajaran mesin untuk mempercepat proses penelitian.
Memanfaatkan Algoritma AI untuk Menghadapi Tantangan Penuaan dan Penyakit Terkait Usia
Inti dari penelitian revolusioner ini terletak pada penerapan algoritma AI. Tim Vanessa menggunakan algoritma ini untuk mengidentifikasi kandidat-kandidat menjanjikan untuk obat senolitik. Untuk mencapai hal ini, mereka menggunakan model AI untuk membedakan antara senolitik dan senyawa bukan senolitik. Sebuah dataset berisi 4.340 molekul dimasukkan ke dalam model AI, menghasilkan hasil dalam waktu hanya lima menit. Secara luar biasa, model tersebut mengidentifikasi 21 molekul dengan skor tertinggi, menunjukkan potensi mereka sebagai agen senolitik.
Baca Juga Gercep, OpenAI Ajukan Paten untuk Merek Dagang Model AI Barunya "GPT-5"
Dari molekul-molekul dengan skor tertinggi ini, tiga di antaranya menunjukkan kemampuan untuk menghilangkan sel-sel yang menua sambil mempertahankan vitalitas sel normal. Obat senolitik baru ini kemudian menjalani pengujian lebih lanjut untuk memahami interaksi mereka dengan tubuh manusia. Proses rumit ini, yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan dan memerlukan pendanaan yang substansial, dipercepat berkat kemampuan komputasi AI. Meskipun penelitian ini menandai pencapaian yang signifikan, hal ini hanya sebatas permukaan dari apa yang akan datang, karena lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk mengembangkan hasilnya.
Sebagaimana menjanjikan temuan awal ini, perjalanan menuju obat anti-penuaan masih jauh dari selesai. Vanessa menjelaskan, "Langkah selanjutnya adalah bekerja sama dengan dokter di universitas saya untuk menguji obat yang kami temukan pada sampel jaringan paru-paru manusia yang kuat." Fase pengujian yang ketat ini melibatkan beberapa tahapan dan penilaian keselamatan yang ketat sebelum obat dapat diuji di pasaran. Perjalanan yang melelahkan dari penemuan hingga aplikasi klinis menegaskan pentingnya ketelitian ilmiah dan evaluasi yang menyeluruh.
Baca Juga Google Gelontorkan Rp 1,5 M untuk Startup AI yang Didirikan Wanita
Dalam menjelajahi potensi masa depan, hasil penelitian ini memberi landasan yang kokoh untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang obat anti-penuaan. Keberhasilan identifikasi senyawa senolitik yang menjanjikan hanya merupakan langkah awal menuju penciptaan obat yang dapat memperlambat penuaan dan mencegah penyakit terkait usia. Seiring dengan perkembangan teknologi AI, peluang untuk menggali lebih dalam dalam struktur molekuler dan interaksi sel-sel manusia semakin terbuka. Dengan terobosan ini, para ilmuwan memiliki potensi untuk mengembangkan strategi pengobatan yang lebih canggih dan efektif.
Integrasi AI dalam penemuan obat mendorong bidang kedokteran ke wilayah yang belum dipetakan. Penelitian Universitas Edinburgh menggambarkan bagaimana kemampuan AI dapat merevolusi upaya mencari obat anti-penuaan, menawarkan solusi potensial untuk salah satu tantangan terbesar manusia.
Dengan memanfaatkan algoritma AI, para peneliti telah mempercepat identifikasi senyawa senolitik yang menjanjikan, dengan melewati batasan waktu dan biaya tradisional. Seiring perjalanan terus berlanjut, kolaborasi antara peneliti dan profesional medis akan menjadi krusial dalam memajukan temuan ini dari laboratorium ke aplikasi dunia nyata. Meskipun tantangan dan hambatan pasti ada di depan, perpaduan antara AI dan kedokteran memberikan janji besar untuk masa depan di mana penuaan mungkin tidak lagi menjadi ketentuan.
Baca berita dan artikel lainnya di Google News.
(law)