25 Tahun Google, dari Proyek di Kamar Asrama Hingga Jadi Raksasa Teknologi

Nadhira Adesta Ramadhanti . September 05, 2023


Foto: Chrome Unboxed


Teknologi.id – Senin (04/09) lalu, Google merayakan hari ulang tahunnya yang ke-25. Sejak 1998 hingga kini, Google telah banyak bertransformasi, dari sebuah proyek di kamar asrama hingga menjadi raksasa teknologi ternama.


Sebegitu sukses dan berdampaknya, sudah sejak 17 tahun lalu kata ‘Google’ secara resmi masuk ke dalam kamus Bahasa Inggris. Google, yang saat ini tergabung dalam sebuah grup induk bernama Alphabet, kini tak lagi hanya sebuah mesin pencari dan browser, tapi juga sarana surat elektronik, kelola dokumen, dan baru-baru ini merilis chatbot serta fitur-fitur baru lainnya berbasis kecerdasan buatan.


Kilas Balik Google


Foto: Google


Mengutip dari halaman Our Story mereka, kisah Google bermula sejak 1995 di Universitas Stanford. Saat itu, Larry Page sedang mempertimbangkan untuk melanjutkan studi pascasarjananya di Stanford. Sergey Brin yang sudah menjadi mahasiswa di sana pun ditugaskan untuk memandu Larry keliling kampus.


Page dan Brin tak langsung akrab maupun banyak bersepakat dalam pertemuan-pertemuan awal mereka. Namun tahun berikutnya, mereka mulai sepakat untuk bermitra dan mulai membangun sebuah mesin pencari di kamar asrama mereka.


Mesin pencari ini dinamai Backrub, sebelum kemudian diganti namanya menjadi yang kita kenal hari ini sebagai Google. Nama ini diambil dari sebuah istilah matematika untuk angka 1 yang diikuti lebih dari 100 angka 0 di belakangnya, sehubungan dengan misi mereka “untuk menghimpun informasi dari seluruh dunia dan secara universal membagikan akses serta fungsinya”.


Pada Agustus 1998, Google menerima cek sebesar 100.000 Dollar AS dari Andy Bechtolsheim, Co-Founder Sun, sebelum kemudian resmi menjadi Google Inc. pada 4 September 1998. Dengan investasi tersebut, tim Google memperluas bisnisnya dimulai dengan meninggalkan kamar asrama dan mulai punya kantor sendiri di Menlo Park, California, atau lebih tepatnya di garasi milik Susan Wojcicki (karyawan ke-16 Google yang kemudian pernah menjadi CEO YouTube).


Di garasi inilah Google kian berkembang, mulai dari membuat Doodle pertama mereka dalam bentuk stick figure untuk Burning Man Festival, merekrut lebih banyak insinyur dan tim penjualan, hingga memiliki anjing perusahaan pertama mereka, Yoshka. Google pun terus berkembang dan akhirnya memiliki kantor pusat di Googleplex, Mountain View, California, yang berdiri di atas lahan seluas 17 hektar.


Baca Juga: Google Bard Vs ChatGPT: Apakah ChatGPT Kalah?


Foto: Legrand

Google Saat Ini


Google semakin menguasai lebih banyak produk dan layanan. Namun tak semuanya berlanjut sukses. Ada sekitar 288 proyek yang dihentikan, di antaranya platform gaming Stadia dan headset VR Google Cardboard. Biar begitu, Google terus menerabas batas-batas inovasi dan kini berevolusi seiring berkembangnya teknologi kecerdasan buatan.


Tantangan yang dihadapi pun semakin sengit. Sebut saja ChatGPT dari OpenAI. Chatbot ini disebut-sebut sebagai “Google killer” karena mampu menjawab pertanyaan yang jauh lebih kompleks dalam sekali coba, tidak seperti hasil pencarian Google yang menyajikan berhalaman-halaman hasil untuk kata kunci pencarian yang lebih sederhana. Google pun menyusul dengan mengembangkan chatbot milik mereka sendiri, yaitu Google Bard yang ditenagai permodelan AI dari GPT-4, disebut sebagai versi lebih pintar dari ChatGPT yang masih menggunakan model GPT-3.5.


Menurut pandangan beberapa pengamat bisnis teknologi, dikutip dari BBC, walaupun Google menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan penggunaan kecerdasan buatan, kita tidak boleh terlalu cepat untuk menyepelekan AI Google.


Misalnya saja Susannah Streeter, kepala keuangan dan pasar di Hargreaves Landsdown mengatakan senjata Google dalam menggunakan kecerdasan buatan bisa jadi terletak pada bisnis cloud-nya yang sukses. Perusahaan berbasis cloud menawarkan akses ke jaringan komputer yang sangat besar, dengan kekuatan pemrosesan dan kapasitas yang besar pula, sehingga merupakan sebuah keuntungan.

Baca juga: Inovasi Google DeepMind Lindungi Karya AI Generatif dengan Teknologi Watermark!


Streeter juga menambahkan, “Alphabet memposisikan diri mereka sebagai pusat revolusi AI dengan bisnis Google Cloud mereka, mengingat permintaan yang sangat tinggi dari perusahaan besar maupun kecil untuk memperbarui infrastruktur dan penyimpanan yang siap untuk menangani beban kerja AI yang sangat besar.”


Saat ini, Google pun masih terus melanjutkan pengembangan mereka dalam kecerdasan buatan, salah satunya dengan menguji coba fitur AI generatif pada mesin pencari mereka. Fitur ini diberi nama Search Generative Experience (SGE).


Perkembangan ini pun terus dipantau oleh berbagai pengamat hingga ilmuwan, dinilai sebagai parameter tumbuh-kembang Google di masa mendatang.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(nar)

Share :