Foto: Daily Mail
Teknologi.id - Orang tua seorang siswa SMA di Massachusetts, Amerika Serikat, mengajukan gugatan terhadap sekolah karena menghukum putra mereka terkait penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam sebuah tugas kelompok.
Melansir situs People, Kamis (24/10), berdasarkan gugatan yang diajukan di pengadilan Massachusetts, pasangan Jennifer dan Dale Harris menuduh sekolah putranya, Sekolah Umum Hingham, telah melanggar hak putra mereka yang mengakibatkan konsekuensi akademis yang berat, terus-menerus, dan menyeluruh akibat penggunaan AI dalam tugas penelitian kelasnya.
Dalam gugatan tersebut, pasangan Harris menegaskan bahwa Buku Panduan Siswa Sekolah Umum Hingham untuk tahun ajaran 2023-2024 tidak mencantumkan kebijakan atau prosedur apa pun terkait penggunaan AI, serta apa yang seharusnya dilakukan oleh para administrator, staf pengajar, atau siswa saat menghadapi penggunaannya, terlebih pada tugas proyek "National History Day".
Bersama teman sekelasnya, putra pasangan Harris menggunakan AI untuk menyusun kerangka awal penelitian untuk tugas mereka mengenai Lew Alcindor, seorang atlet NBA legendaris yang lebih dikenal sebagai Kareem Abdul-Jabbar.
Baca juga: Makin Canggih! Microsoft Luncurkan Karyawan AI Copilot Studio: Inovasi Baru AI
Jennifer, seorang penulis, dan suaminya Dale, seorang guru, sangat memahami perdebatan mengenai AI.
Melansir ABC News, Kamis (24/10), pasangan Harris mengatakan kepada stasiun TV ABC bahwa anak mereka menggunakan AI untuk membantu penelitian makalah sejarah, tetapi tidak untuk menulis makalah itu sendiri. Mereka juga menyampaikan kepada media bahwa buku panduan Sekolah Umum Hingham tidak menyebutkan peraturan terkait AI sebelum insiden yang melibatkan anak mereka ini terjadi.
Putra pasangan Harris, yang sekarang sudah kelas 12, mengalami berbagai sanksi akademik dan disipliner akibat pelanggaran tersebut. Salah satu sanksi yang diterimanya adalah dilarang masuk ke National Honor Society.
Pasangan Harris menyebutkan bahwa anaknya bisa terdampak masalah yang serius, karena ia telah berencana untuk mendaftar perguruan tinggi dan universitas elit berkat kecerdasan dan prestasinya yang bagus.
Pasangan Harris menuntut sekolah untuk menghapus nilai nol untuk tugas mata pelajaran serta segera memperbaiki, mengembalikan, dan menyesuaikan nilai anaknya dalam mata pelajaran Ilmu Sosial menjadi B-. Mereka juga menuntut anaknya untuk segera diterima lagi ke dalam National Honor Society.
“Di semester itu, dia dapat C+ hanya satu poin, jadi argumen kami ke sekolah adalah, 'Bisakah Anda memberinya nilai 59 alih-alih 53, agar dia bisa dapat B-? Karena dia sedang mendaftar ke universitas-universitas top, seperti Stanford dan MIT. Jika mereka lihat nilai C pasti langsung dibuang,'” kata Jennifer.
Petter Farrel, pengacara pasangan Harris, menyatakan bahwa situasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang hak sipil dan keadilan. Ia menggarisbawahi bahwa siswa lain yang melakukan pelanggaran serupa tidak dilarang untuk bergabung dengan National Honor Society.
Baca juga: 5 Profesi yang Tak Tergantikan AI, Apakah Pekerjaanmu Termasuk?
Farrel juga menekankan bahwa dengan batas waktu pendaftaran perguruan tinggi yang semakin dekat, siswa tersebut berada dalam posisi yang sulit karena sanksi yang dijatuhkan dan dampak tidak adil dari penggunaan AI yang tidak secara jelas dilarang.
Dale menambahkan bahwa beberapa hukuman memang tidak bisa dibatalkan. Ia menjelaskan, "Anda (sekolah) sudah membuatnya mengerjakan ulang makalahnya, dan Anda tidak bisa membatalkan hukuman di hari Sabtu. Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda perbaiki sekarang dan lakukan hal yang benar."
Foto: WCVB
Jennifer mendesak Sekolah Umum Hingham untuk memperjelas aturan mereka mengenai penggunaan AI.
"Saya juga ingin mereka membuat kebijakan AI yang masuk akal, yang dipahami oleh para guru dan bisa disampaikan kepada siswa," ujarnya.
Ia juga menuntut agar para administrator sekolah mengikuti pelatihan tentang penggunaan dan penerapan AI di dalam kelas, sekolah, dan lingkungan pendidikan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang berkualitas dan tidak dipekerjakan oleh Distrik.
Dalam pernyataannya kepada ABC News, juru bicara distrik sekolah menolak untuk memberikan komentar tentang masalah ini.
"Untuk menghormati privasi siswa yang terlibat dan karena adanya proses litigasi yang sedang berlangsung, (Sekolah Umum Hingham) tidak dapat memberikan rincian lebih lanjut saat ini," kata juru bicara tersebut.
Baca berita dan artikel yang lain di Google News.
(aia)