Foto: Google Deepmind
Teknologi.id - Google baru saja meluncurkan GenCast, model kecerdasan buatan (AI) terbaru yang dapat memprediksi cuaca dengan akurasi yang sangat tinggi.
Tidak hanya untuk ramalan cuaca sehari-hari, GenCast juga bisa mendeteksi potensi cuaca ekstrem, seperti badai atau banjir, dengan lebih tepat.
Dengan teknologi ini, Google berusaha membuat prediksi cuaca lebih akurat dan bermanfaat, yang dapat membantu manusia dalam berbagai aktivitasnya, sehingga dapat lebih siap untuk menghadapi kondisi cuaca yang berubah-ubah.
Mengenal GenCast dan Keunggulannya
Rabu (4/12), melalui laman resminya, Google mengumumkan peluncuran GenCast, sebuah model AI ensemble beresolusi tinggi terbaru mereka.
Teknologi ini juga diperkenalkan dalam sebuah artikel jurnal berjudul "Probabilistic weather forecasting with machine learning" yang diterbitkan di jurnal Nature.
Ilan Price, seorang ilmuwan penelitian senior di DeepMind, menjelaskan bahwa cuaca mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia.
Baca juga: Google Maps Kini Peringatkan Insiden di Jalan dengan Bantuan Waze
"Cuaca pada dasarnya mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita, dan memprediksi cuaca juga merupakan salah satu tantangan ilmiah besar," ujarnya.
Dengan misi untuk mengembangkan AI demi kebaikan umat manusia, Google DeepMind berkomitmen memberikan kontribusi signifikan melalui GenCast.
GenCast merupakan model prediksi cuaca berbasis machine learning yang dikembangkan dengan melatih data cuaca dari tahun 1979 hingga 2018.
GenCast merupakan model difusi, yang konsepnya mirip dengan yang digunakan dalam generator gambar AI. Namun, model ini dirancang khusus untuk memperhitungkan geometri Bumi.
Dengan menganalisis pola-pola yang ada dalam data cuaca historis selama empat dekade, model ini mampu memanfaatkan informasi tersebut untuk meramalkan kondisi cuaca yang mungkin terjadi di masa depan.
Sebagai contoh, dalam memprediksi jalur siklon tropis, GenCast berhasil memberikan peringatan lebih awal rata-rata 12 jam dibandingkan dengan sistem lainnya.
Model ini juga lebih unggul dalam memprediksi jalur siklon, cuaca ekstrem, dan produksi tenaga angin, dengan akurasi yang dapat diandalkan hingga 15 hari ke depan.
Price dan rekan-rekannya menguji GenCast dengan menggunakan data cuaca historis hingga 2018 dan melakukan 1.320 ramalan cuaca untuk tahun 2019.
Selanjutnya, hasil ramalan tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil dari sistem ENS, salah satu model peramalan terbaik di dunia yang dijalankan oleh European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF).
Berdasarkan penelitian tersebut, GenCast terbukti mengungguli ENS dalam 97,2 persen kasus.
Bahkan, untuk ramalan cuaca yang dilakukan 36 jam atau lebih ke depan, GenCast mencapai tingkat akurasi yang 99,8% lebih tinggi.
Dalam sebuah demo, Google menguji kemampuan GenCast untuk meramalkan jalur Typhoon Hagibis, yang pernah melanda Jepang pada 2019.
Jalur yang sebenarnya dilalui oleh typhoon ditandai dengan warna merah, sementara jalur yang diprediksi oleh model AI Google ditampilkan dengan warna biru.
Pada jarak tujuh hari sebelum pendaratan, jalur-jalur prediksi tersebut terlihat cukup tersebar, namun seiring semakin dekatnya typhoon dengan daratan, prediksi tersebut semakin akurat dan mendekati jalur sebenarnya.
Foto: Google Deepmind
Salah satu manfaat utama GenCast adalah memberikan waktu lebih bagi otoritas lokal untuk mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem.
Selain itu, model ini juga dapat digunakan untuk memprediksi kecepatan angin di sekitar pembangkit listrik tenaga angin (PLTA), kondisi cuaca di atas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan berbagai aplikasi lainnya yang berkaitan dengan energi terbarukan dan kesiapsiagaan cuaca.
Baca juga: Google Perkenalkan Imagen 3 dan Veo, AI Generatif Visual Baru Berkualitas Tinggi
GenCast akan menghasilkan lebih dari 50 prediksi cuaca dengan berbagai kemungkinan.
Menurut Google, untuk ramalan cuaca selama 15 hari, GenCast dapat menghasilkan prediksi hanya dalam waktu 8 menit menggunakan Google Cloud TPU v5, dan beberapa prediksi dapat dijalankan sekaligus.
Ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan model ramalan cuaca tradisional yang memerlukan waktu berjam-jam menggunakan superkomputer.
Google akan merilis GenCast sebagai model terbuka dan akan membagikan kode dan bobotnya kepada publik.
Perusahaan tersebut juga berencana untuk terus bekerja sama dengan lembaga peramalan cuaca dan ilmuwan untuk membuat ramalan cuaca yang semakin akurat di masa depan.
Baca berita dan artikel yang lain di Google News.
(aia)