Terapkan Jam Kerja Ekstrim '896', Perusahaan Teknologi di China Diprotes Karyawan

Bunga Melssa Maurelia . July 09, 2024
jam kerja ekstrem
Sumber: Pexels.com/energepic.com


Teknologi.id - Di China, budaya kerja 996—bekerja dari jam 9 pagi hingga 9 malam selama 6 hari dalam seminggu—telah lama menjadi sorotan dan mulai mendapat banyak penentangan. Namun, sebuah perusahaan teknologi yang belum diungkap namanya malah menerapkan jam kerja yang lebih ekstrim dari 996, yang dikenal sebagai 896.

Perusahaan tersebut meluncurkan kampanye yang disebut "Berjuang untuk 100 Hari" dengan menerapkan jadwal kerja 896. Artinya, karyawan diminta untuk bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 9 malam selama 6 hari dalam seminggu, selama 100 hari berturut-turut.

Tangkapan layar yang beredar secara online menunjukkan bahwa perusahaan tersebut meminta karyawan tertentu untuk mematuhi jadwal kerja ini.

Seorang karyawan mengungkap bahwa jadwal kerja 896 ini dikomunikasikan secara lisan dalam rapat departemen pada 14 Juni. Karyawan lain mengatakan kepada Caixin Media bahwa meskipun perusahaan tidak secara resmi menerapkan jadwal kerja 896, banyak karyawan yang sering bekerja dengan jadwal tersebut, terutama di divisi penelitian dan pengembangan di mana lembur sudah menjadi hal biasa.

Namun, perwakilan perusahaan membantah adanya kebijakan 896 dan menekankan bahwa seruan "Berjuang untuk 100 Hari" hanyalah untuk mendorong ketekunan dan kerja keras.

Baca juga: Cara Cepat Membuat Nada Dering WhatsApp dengan Suara Google, Dijamin Berhasil!


Budaya Lembur di China

Ekspektasi lembur ini telah memicu kembali perdebatan mengenai budaya kerja 996 yang kontroversial. Meskipun pengadilan tinggi China telah memutuskan pada Agustus 2021 bahwa kebijakan 996 adalah ilegal, praktik ini masih lazim.

UU ketenagakerjaan China sebenarnya melarang karyawan bekerja lebih dari delapan jam sehari dan 44 jam seminggu, dengan waktu lembur tidak boleh melebihi 36 jam sebulan. Namun, banyak karyawan merasa harus bekerja lembur karena tekanan dari rekan kerja dan peraturan tidak tertulis di perusahaan.

Seorang pekerja menceritakan bahwa dia terlibat dalam sebuah proyek selama sebulan penuh, bekerja hingga jam 11 malam setiap hari tanpa libur. Beberapa karyawan menyatakan bahwa mereka hanya akan mentoleransi lembur jika dibayar dengan layak.

Fu Peng, kepala ekonom di Northeast Securities, mengatakan bahwa generasi muda China sebenarnya tidak menolak bekerja keras, tetapi mereka mengharapkan kompensasi yang adil. "Kalau gajinya 10 kali lipat dari gaji biasa, anak muda akan kerja lembur sampai bosnya bangkrut," ujarnya.

Pernyataan Fu Peng ini didukung oleh banyak netizen di media sosial Weibo. Seorang netizen menulis, "Kami tidak takut dengan kerja keras, kami takut usaha dan imbalannya tidak sepadan." Pernyataan ini menggambarkan sentimen umum di kalangan pekerja muda yang merasa bahwa upaya mereka tidak dihargai dengan pantas.

Tantangan dan Dampak

Budaya kerja lembur yang berlebihan tidak hanya menimbulkan stres dan kelelahan bagi karyawan, tetapi juga dapat berdampak negatif pada produktivitas jangka panjang dan kesejahteraan mental.

Penelitian menunjukkan bahwa jam kerja yang panjang dan tidak seimbang dapat mengakibatkan burnout, penurunan motivasi, dan bahkan masalah kesehatan serius seperti penyakit jantung dan depresi.

Meskipun ada upaya dari pihak berwenang untuk mengatur jam kerja dan melindungi hak-hak karyawan, pelaksanaan aturan ini masih menjadi tantangan. Banyak perusahaan, terutama di sektor teknologi yang berkembang pesat, merasa tertekan untuk terus meningkatkan produktivitas dan bersaing di pasar global, sehingga mengorbankan kesejahteraan karyawan.

Kasus penerapan jadwal kerja 896 ini menunjukkan bahwa meskipun ada penolakan terhadap budaya kerja 996, praktik-praktik kerja yang tidak sehat masih ada di industri teknologi China.

Ini menyoroti pentingnya penegakan hukum ketenagakerjaan yang lebih ketat dan perlunya perubahan budaya perusahaan untuk memastikan kesejahteraan karyawan. Karyawan harus diberikan kompensasi yang adil dan kesempatan untuk menikmati keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. 

Dalam jangka panjang, perusahaan yang menghargai kesejahteraan karyawannya cenderung lebih sukses dan berkelanjutan. Dengan mengadopsi praktik kerja yang lebih manusiawi, perusahaan tidak hanya akan meningkatkan kepuasan dan produktivitas karyawan, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan inovatif.

Inisiatif seperti program kesejahteraan karyawan, fleksibilitas jam kerja, dan penghargaan yang adil untuk lembur dapat menjadi langkah awal menuju perubahan budaya kerja yang lebih positif.

Baca Berita dan Artikel lain di Google News

(bmm)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar