Saat kamu pergi ke restoran fast food dan sedang antri, coba kamu lihat ke papan menu yang dipajang di atasnya. Pastinya, kamu akan menemukan banyak produk bundle, atau istilah simpelnya, dipaketin. Produk-produk seperti hamburger digabungkan dengan minuman dan kentang goreng atau ayam goreng digabungkan dengan nasi. Produk-produk yang dibuat menjadi satu paket ini jadi hal yang lumrah di beberapa bidang bisnis dan nggak hanya di restoran fast food.
Salah satu alasan banyak bisnis melakukan bundling produk adalah untuk mendongkrak keuntungan yang lebih banyak. Ini dikarenakan pelanggan lebih cenderung membeli beberapa produk secara langsung dalam satu kali pembelian ketimbang membeli setiap produk dalam paket tersebut secara satu per satu. Namun, meski hal ini terlihat menggoda dan bisa menaikkan penjualan, kamu mesti tahu hal-hal ini terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah kamu mau bikin produk bundle atau nggak.
1. Pasangkan Produk yang Saling Melengkapi
Sangat disayangkan kalau kamu mau bikin produk bundle, tapi memasangkannya secara asal-asalan. Kamu perlu pahami produk yang kamu jual secara mendalam. Kenali fungsi dan jenis produknya. Jangan sampai kamu memasangkan produk utama dengan produk utama. Misalkan kamu menjual produk fast food. Jangan sampai kamu membuat menu paket yang terdiri atas burger dan burger. Ada baiknya kamu bisa lengkapi burger tersebut dengan minuman soda atau kentang goreng yang merupakan camilan.
Contoh paling sederhana lainnya bisa kamu temukan di Eiger Coffee, salah satu lini bisnis Eiger yang bergerak di bidang kopi. Eiger Coffee membuat bundle berupa sebungkus kopi yang digabungkan dengan stainless steel straw dan tumbler. Beberapa produk ini saling melengkapi sebab tumbler dapat kamu pakai untuk wadah minuman kopi dan dapat dinikmati dengan stainless steel straw yang tersedia. Dengan
2. Dibuat Secara Simpel
Bundling produk harus selalu dibuat sederhana dan simpel. Terlalu banyak info, dan calon pembeli akan ogah membeli hanya karena informasi yang disediakan terlalu bertele-tele atau rumit. Infokan ke calon pembeli produk apa saja yang masuk ke dalam paket bundle, berapa harga yang bisa dihemat calon pembeli, dan jelaskan apakah ada syarat atau ketentuan tertentu untuk membeli produknya. Kalau di awal sudah rumit dan ribet dalam hal informasi bundle-nya, maka calon pembeli dijamin nggak jadi beli.
3. Tahu Apa yang Diinginkan Pembeli
Berbisnis bukan hanya soal jual beli atau memasarkan produk, tetapi juga tentang membaca dan mengantisipasi ekspektasi dari para pembeli kamu, entah itu langganan atau calon pembeli. Kamu harus memahami apa yang diinginkan dan juga dibutuhkan oleh mereka.
Mari katakan kamu menjual peralatan mendaki gunung. Bagi para pendaki gunung, beberapa contoh peralatan standar yang dipakai untuk mendaki gunung adalah sepatu gunung, tongkat pemandu (Trekking pole), dan tas carrier. Nah, ketika kamu tahu bahwa beberapa peralatan ini menjadi peralatan standar untuk pendakian, kamu bisa membuat bundle seperti bundle tas gunung dengan sepatu gunung atau bundle tas gunung dengan tongkat pemandu. Membuat bundle seperti ini akan menarik orang-orang yang tertarik untuk mulai mendaki gunung sehingga mereka nggak perlu membeli setiap peralatan satu per satu.
Stockers, bundling produk ternyata nggak semudah yang kamu pikirkan. Ada beberapa hal yang kamu harus teliti dan perhatikan terlebih dahulu sebelum kamu benar-benar mengambil keputusan untuk membuat bundling produk, sebab bundling produk bukan hanya karena menggabungkan satu produk dengan produk lainnya.
Tinggalkan Komentar