Perhumas dan Menkominfo Segera Luncurkan Kode Etik Kehumasan Soal AI, Ini Tujuannya

Nuryana . April 24, 2024

Perhumas dan Mengkominfo Luncurkan Kode Etik Kehumasan AI

Foto: kemenkominfo

Teknologi.id - Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) bersiap untuk menggelar peluncuran kode etik kehumasan yang telah disusun bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, terfokus pada teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), dalam acara World Public Relations Forum yang akan berlangsung di Bali pada tanggal 19 hingga 22 November 2024.

"Perhumas saat ini juga bersama-sama dengan Kementerian Kominfo sedang menyiapkan kode etik kehumasan dengan adaptasi adanya artificial intelligence ini. Mudah-mudahan nanti bulan November sudah diluncurkan di World Public Relations Forum," kata Ketua Umum Perhumas Boy Kelana Soebroto di Jakarta, Selasa (23/4/2024).

World Public Relations Forum (WPRF) tahun ini akan diselenggarakan di Merusaka, Nusa Dua, Bali pada tanggal 19 hingga 22 November 2024. Acara ini merupakan hasil kerjasama antara Global Alliance for Public Relations and Communication Management dengan Perhumas (Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia), dan akan menghadirkan para ahli terkemuka di bidang humas dan manajemen komunikasi dari berbagai belahan dunia.

Baca juga: Bos Apple Tim Cook Bertemu Jokowi Hari Ini, Menkominfo Sebut Bakal Ada Kejutan!

Dengan mengusung tema Purposeful Influence for the Common Good, WPRF 2024 bertujuan untuk mengatasi tantangan serta memanfaatkan peluang yang ada dalam industri PR, mempromosikan diskusi tentang inovasi, praktik-praktik yang etis, dan peran yang terus berkembang di dalam masyarakat dan organisasi.

Acara ini diharapkan menjadi tempat yang dinamis untuk bertukar ide, strategi, dan praktik terbaik di antara para profesional, akademisi, dan pemimpin industri. Tidak kalah penting acara ini menjadi momen untuk meluncurkan kode etik kehumasan terkait dengan adanya AI.

Dalam praktik humas, Boy mengatakan, AI dapat digunakan untuk analisis sentimen, personalisasi pesan, manajemen krisis, hingga otomasi yang bisa membebaskan praktisi humas dari tugas-tugas rutin.

Sehingga tujuan utama dari peluncuran kode etik ini adalah untuk memberikan pedoman yang jelas dan bermanfaat bagi para praktisi kehumasan, pengembang teknologi, dan pengguna AI dalam menjalankan aktivitas mereka. Diharapkan kode etik ini akan membantu mempromosikan praktik yang etis, transparan, dan memperhatikan dampak sosial dari penggunaan teknologi AI.

Boy menyoroti pentingnya melakukan integrasi AI ke dalam praktik humas dengan cermat, sehingga memastikan bahwa penerapannya tetap sesuai dengan standar etika profesional dan tidak mengurangi pentingnya komunikasi manusiawi.

"Kita perlu memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tetap menghormati etika profesional kita sebagai humas dan tidak mengurangi esensi humanis dalam berkomunikasi," imbuhnya.

Boy mengajak semua anggota Perhumas dan praktisi humas di Indonesia untuk menjadi pionir dalam mengarahkan penggunaan AI dengan prinsip-prinsip etika dan tanggung jawab, sambil memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan sambil tetap mempertahankan pentingnya komunikasi antarpribadi.

"Dengan kolaborasi, pendidikan terus-menerus, dan kebijakan yang tepat, kita bisa membentuk masa depan hubungan masyarakat yang tidak hanya efektif, tetapi juga beretika dan berkelanjutan," lanjut Boy.

Baca juga: Investasi Microsoft di RI Tembus Rp 14 Triliun, Apple Kalah? Ini Ujar Menkominfo!


WPRF

WPRF atau World Public Relations Forum bukan hanya sebagai momen untuk mengumpulkan para pemikir terbaik di bidang humas dan manajemen komunikasi dari seluruh dunia. Namun, bertujuan untuk mendorong partisipasi badan-badan pemerintah, badan usaha milik negara, korporasi, dan organisasi dalam upaya pencitraan merek bangsa serta mengejar kepemimpinan yang berkelanjutan dan praktik bisnis yang beretika di seluruh dunia.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyatakan harapannya bahwa acara WPRF akan berkontribusi pada peningkatan kualitas Perhumas dan praktisi humas. Menurutnya, Indonesia membutuhkan upaya promosi yang besar ke pasar global, sehingga peran humas menjadi sangat penting.

"Indonesia saat ini tengah menjadi bagian lampu sorot dunia. Belum lama ini CEO Apple berkunjung ke Indonesia. Tentunya kita tidak ingin hanya menjadi pasar potensial tapi bagaimana Indonesia harus menjadi pengembangan pertumbuhan dan kecepatan teknologi digital. Karena itu, para praktisi humas harus terus menyebarkan informasi yang positif tentang Indonesia," ujar Budi Arie saat menjadi pembicara utama dalam acara Road to WPRF 2024 di Jakarta, pada hari Selasa (23/4/2024).

Budi menegaskan bahwa industri humas dapat menggunakan teknologi digital, seperti kecerdasan buatan, untuk meningkatkan standar kualitas. Namun, perlu diingat agar penggunaan teknologi tidak mengabaikan aspek manusiawi.

Kode etik kehumasan terkait AI yang akan diluncurkan oleh Perhumas dan Menkominfo diharapkan akan menjadi tonggak penting dalam perkembangan dunia kehumasan di era digital ini. Sebagai sebuah panduan yang komprehensif dan berkelanjutan, kode etik ini akan membantu membentuk praktik-praktik yang beretika dan bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi AI, serta memastikan bahwa kepentingan masyarakat selalu diutamakan dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ny)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar