Foto: telset.id
Teknologi.id - Perusahaan layanan komunikasi milik Telkom Group, Telkomsat, secara resmi bekerja sama dengan Starlink, penyedia layanan internet satelit milik perusahaan satelit Elon Musk, SpaceX, pada Kamis (15 Mei 2024).
Kesepakatan ini dicapai melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam segmen layanan enterprise oleh Direktur Utama Telkomsat, Lukman Hakim Abdul Rauf, dan perwakilan Starlink (VP Commercial Sales Starlink) beberapa waktu lalu.
Kerja sama ini memungkinkan Telkomsat untuk menyediakan layanan bisnis berbasis teknologi Starlink yang kompetitif dan sebanding dengan paket bisnis yang ditawarkan melalui situs web Starlink.
Sebagaimana dilansir pada website Telkom.co, Lukman Hakim Abd. Rauf, Direktur Utama Telkomsat, mengatakan “Momentum kerja sama ini semakin mengukuhkan posisi Telkomsat sebagai mitra strategis pertama dan utama Starlink di Indonesia.”
“Infrastruktur backhaul yang digelar oleh Telkomsat ini mampu memberikan layanan konektivitas satelit yang berkualitas dengan tetap menjamin kedaulatan dan keamanan data nasional,” ujar Lukman.
Ahmad Reza, Senior Vice President Corporate dan Komunikasi Telkom, menegaskan bahwa kerja sama antara Telkomsat dan Starlink merupakan upaya kolaborasi dari salah satu entitas Telkom Group untuk pemerintah.
"Kerja sama dengan Starlink ini semakin menunjukkan komitmen Telkomsat untuk percepatan pemerataan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia, khususnya untuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar),” kata Ahmad.
Rincian tentang jenis kerja sama yang akan diimplementasikan oleh Telkomsat dan Starlink belum diungkap secara detail, selain dari penyediaan "layanan bisnis berbasis Starlink yang bersaing" sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
Namun, ini bukanlah pertama kalinya Telkomsat bekerja sama dengan Starlink.
Kerja sama pertama antara Telkomsat dan layanan internet milik Elon Musk dari SpaceX terjadi sekitar tahun 2021. Kerjasama berikutnya terjadi sekitar tahun 2022, di mana Telkomsat telah memperkenalkan layanan backhaul Starlink dengan memanfaatkan izin yang telah diberikan oleh pemerintah.
Kemitraan antara Telkomsat dan SpaceX melalui Starlink dapat diperkuat karena keduanya memiliki misi yang sejalan, yaitu untuk menyediakan konektivitas internet di daerah yang belum terlayani (unserved) dan daerah yang terlayani secara terestrial dan seluler namun belum memadai (underserved).
Pada 21 Februari terakhir, Telkom Group mewujudkan misi ini dengan meluncurkan dan mengoperasikan Satelit Merah Putih 2, yang merupakan satelit ke-11 dan yang pertama dalam Telkom Group yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) atau dikenal juga sebagai broadband satelit.
Baca juga: Satelit Merah Putih 2 Telkom (TLKM) Sukses Meluncur, Pakai Roket Elon Musk
Fakta Menarik Starlink
Foto: Starlink
Pemilik
Sebuah jaringan satelit yang dioperasikan oleh Starlink Services, LLC sebagai anak perusahaan dari perusahaan aerospace Amerika Serikat yang dimiliki oleh Elon Musk, SpaceX, bertujuan untuk menyediakan akses internet yang terjangkau di daerah-daerah terpencil.
Satelit
Dengan hampir 6000 satelit di orbit, Starlink memiliki lebih dari 5200 satelit yang aktif memberikan layanan internet kepada 2,7 juta pelanggan di 75 negara. Satelit-satelit ini mengorbit pada ketinggian 350 mil (564 kilometer) di atas permukaan bumi, termasuk dalam kategori satelit low earth orbit (LEO). Ketinggian ini jauh lebih rendah daripada satelit tradisional, memungkinkan Starlink menyediakan internet dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah untuk streaming, gaming online, dan panggilan video.
Masa Pakai
Umur pakai satelit Starlink adalah sekitar lima tahun. SpaceX memiliki rencana untuk menyediakan mega-konstelasi yang terdiri dari hingga 42.000 satelit.
Biaya
Meskipun menawarkan lebih banyak data dan kecepatan yang lebih tinggi daripada pesaingnya, layanan Starlink juga memiliki biaya yang lebih tinggi. Biaya perangkat keras berkisar antara US$599 hingga US$2,500, tergantung pada paket yang dipilih. Di Indonesia, biaya langganan Starlink mencapai Rp.750 ribu/bulan, di samping biaya perangkat keras sebesar Rp.7,8 juta.
Latensi
Latensi layanan internet Starlink sebanding dengan internet kabel dan koneksi terestrial lainnya. Umumnya, latensi Starlink berada pada kisaran 25-60 milisekon (ms) di darat, dan lebih dari 100 ms di daerah terpencil. Pada bulan Maret sebelumnya, Starlink berhasil mengurangi latensi median lebih dari 30% pada jam sibuk, dari 48,5 ms menjadi 33 ms. Di luar Amerika Serikat, latensi median bahkan dikurangi hingga 25%.
Pendapatan
Pada tahun 2022, Starlink mencatat pendapatan sebesar US$1,4 miliar atau sekitar Rp.22,5 triliun, dengan sedikit keuntungan yang dilaporkan pada tahun 2023. Diprediksi bahwa pada tahun 2024 ini, Starlink akan mencapai pendapatan sebesar US$6,6 miliar atau sekitar Rp.105,6 triliun.
Beroperasi di Indonesia
Starlink telah secara resmi beroperasi di Indonesia. Seorang pengguna di Bandung telah berbagi pengalamannya menggunakan layanan ini di platform X. Selain itu, uji coba layanan internet Starlink dijadwalkan pada Mei 2024 di tujuh lokasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ny)
Tinggalkan Komentar