Asal-Usul Tindakan Hacker dan Peretasan di Dunia

Lusita Amelia . September 20, 2022

foto: Unplash

Teknologi.id - Maraknya kasus peretasan dan pembobolan data oleh seorang hacker belakangan ini cukup menarik perhatian masyarakat. Peristiwa peretasan seperti ini bukan hanya terjadi setahun sekali di suatu negara. Peretasan terjadi hampir setiap harinya dan berlaku di seluruh negara. Setiap perusahaan terus berupaya untuk menjaga sistem keamanan milik masing-masing untuk mencegah pembobolan yang dilakukan oleh pihak luar. Peretasan juga sudah terjadi sejak zaman teknologi ditemukan pertama kali. Simak artikel di bawah ini untuk lebih tahu mengenai asal-usul tindakan hacker di dunia!

Apa itu Hacker?

Sebelum membicarakan sejarah munculnya hacker, kamu harus tahu terlebih dahulu mengenai pengertian hacker itu sendiri. Pada awalnya, hacker merujuk kepada seseorang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam menanggapi permasalahan pada komputer. Seseorang ini mampu menemukan celah kesalahan pada komputer hingga memperbaikinya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, beberapa hacker menggunakan kemampuannya ini untuk membobol data-data penting seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kepentingan pribadi. 

Konotasi negatif terhadap hacker ini bermula dari mahasiswa di Universitas MIT (Massachussetts Institute of Technology), Amerika Serika, membobol berbagai komputer. Selain itu, pada saat telepon pertama kali ditemukan pun pernah terjadi insiden peretasan oleh sekelompok remaja lelaki. Pada tahun 1878, mereka bekerja di perusahaan komunikasi, Bell Telephone, dan secara tiba-tiba memutuskan panggilan telepon. Panggilan telepon yang terputus itu diarahkan ke pihak lain sehingga bukan penerima utama yang mendengar panggilannya. Situasi ini pun menjadi kacau akibat ulah sekelompok remaja tersebut. 

Baca juga: Background Hacker Viral di TikTok, Begini Cara Membuatnya!

Dari peristiwa-peristiwa di atas, ada beberapa hacker terkenal di dunia. Salah satunya adalah Kevin Mitnick. Kevin Mitnick berasal dari Amerika Serikat dan pada tahun 1982, dirinya tercatat pernah melakukan peretasan pada sistem komputer dari Komando Pertahanan Udara Amerika atau North American Aerospace Defense Command (NORAD). Organisasi NORAD ini berfungsi untuk memberikan informasi mengenai peringatan laporan ruang angkasa dan pertahanan antara negara Kanada dan Amerika Serikat. Apabila sistem komputer ini dibobol, informasi-informasi pun akan tersebar secara simpang siur dan menyebabkan kekacauan. 

foto: Unwired

Pada tahun 1989, Mitnick juga pernah meretas sistem jaringan komputer dari perusahaan Digital Equipment Corporation (DEC). Hasil peretasannya itu, dirinya berhasil membuat salinan perangkat lunak buatan produsen komputer itu. DEC merupakan salah satu perusahaan perangkat lunak terkenal. Akibatnya, Mitnick masuk menjadi daftar buronan utama pada saat itu yang sangat dicari oleh pemerintah. Mitnick sempat ditangkap dan menjalani hukuman penjara dari beberapa tuduhan atas peretasan yang dilakukannya.

Baca juga: Lagi-lagi, 5 Juta Data Guru di Indonesia Diduga Bocor di Forum Hacker

Insiden peretasan terus terjadi hingga tahun ini dan mungkin akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Kelemahan sistem komputer, seperti hardware, firewall, SDM (sumber daya manusia), dan kurangnya peraturan mengenai kejahatan siber, membuka peluang munculnya peretasan. Belum kuatnya sistem pertahanan yang dimiliki oleh seseorang, organisasi, atau perusahaan membuat data-data mudah diretas dan bahkan diperjualbelikan. 

Dalam melaksanakan aksinya, seorang peretas atau hacker menggunakan tools yang bisa diakses secara mudah. Hacker juga biasanya sudah paham mengenai bagian atau celah mana yang bisa dimasuki dan diretas. Mereka juga bisa keluar dari sistem tanpa terdeteksi.

Latar Belakang Peretasan

Latar belakang utama dari aksi peretasan adalah untuk mencuri data. Motif setiap hacker dalam meretas data tentu beragam. Namun, belakangan ini banyak hacker yang meretas suatu sistem khususnya bertujuan untuk menjualnya dan mendapatkan keuntungan. 

Di Indonesia sendiri, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) pun memberikan beberapa anjuran dan strategi agar data-data kalian tidak mudah diretas oleh hacker. Salah satunya adalah dengan tidak mengeklik tautan-tautan tidak resmi yang tersebar di internet.

Baca juga: 8 Tips Cybersecurity untuk Startup

Link tautan tersebut dapat saja berpotensi sebagai virus dan meretas data-data yang ada di perangkat milik kalian. Tautan tersebut dapat dikategorikan dalam aksi phising yang akan merugikan pengguna. Tautan palsu tersebut memang sangat menyerupai tautan aslinya dan menimbulkan kepercayaan masyarakat. Umumnya para pelaku phising ini menggunakan nama perusahaan besar dan terkenal untuk menjebak korbannya. Sudah banyak masyarakat yang tertipu dan memberikan data-data pribadinya di tautan tersebut. Tetaplah berhati-hati dalam berinternet.

(LA) 

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar