Warga Papua Geram Jokowi Tawarkan Pulau Biak ke Elon Musk

Teknologi.id . March 11, 2021

Pulau Biak, di provinsi Papua, Indonesia, telah ditawarkan kepada Elon Musk sebagai situs launchpad SpaceX. Foto: imageBroker / Alamy via The Guardian

Teknologi.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan Pulau Biak, Papua, kepada Elon Musk agar dimanfaatkan sebagai landasan peluncuran roket SpaceX.

Penawaran Jokowi tersebut bukan tanpa alasan, melainkan disampaikan usai mengetahui rencana Elon Musk, selaku CEO SpaceX dan Tesla, yang akan meluncurkan 12.000 satelit pada tahun 2026 untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi yang murah melalui layanan internet Starlink. 

Jokowi menawarkan Papua Barat dengan alasan terdapat tembaga dan nikel, dua logam terpenting untuk bahan roket, serta baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik Tesla.

Meski begitu, rencana Jokowi tersebut menuai kegeraman dari masyarakat Papua. Salah seorang Kepala Suku Pulau Biak, Manfun Sroyer beranggapan bahwa penawaran yang dilakukan pemerintah tersebut bakal berdampak negatif pada ekosistem di Pulau Biak, dan bahkan bisa membuat warga setempat bakal meninggalkan kampung halaman.

Baca juga: Silicon Valley Indonesia Segera Dibangun, Di Sini Lokasinya


Roket SpaceX lepas landas dari Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida. Foto: John Raoux / APF via The Guardian


“Pelabuhan antariksa ini akan merugikan tempat perburuan tradisional kami, merusak alam tempat hidup kami bergantung. Tapi, jika kami protes, kami akan segera ditangkap," kata Manfun Sroyer, dikutip dari The Guardian, Kamis (11/3/2021).

Manfun turut membandingkan dengan rencana Badan Antariksa Rusia Roscosmos yang juga mempunyai tujuan sama untuk mengembangkan situs peluncuran roket di Pulau Biak pada tahun 2024.

"Pada 2002, Rusia menginginkan tanah kami untuk peluncuran satelit. Kami memprotes dan banyak yang ditangkap dan diinterogasi. Sekarang mereka membawanya kembali, pelecehan serta intimidasi ini masih berlangsung," ungkap Manfun.

Suara penolakan "Pulau Antariksa" di Biak pun turut digaungkan oleh Jaringan Advokasi Tambang (Jatam). Jatam berpendapat bahwa penambangan yang diperluas di sana akan meningkatkan deforestasi, mencemari situs warisan dunia laut UNESCO yang diusulkan, dan membahayakan kesehatan masyarakat setempat.

Nantinya dengan peningkatan Tambang Grasberg di Papua, sebagai tambang tembaga terbesar kedua di dunia, bakal menambah 80 juta ton limbah pertambangan yang dibuang ke sungai di sekitarnya setiap tahun. Ini bakal memperburuk kerusakan lingkungan.

Baca juga: Terowongan Anti Macet Ciptaan Elon Musk

Sementara itu, juru bicara pemerintah Indonesia mengatakan bahwa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia (Lapan) saat ini telah berkonsultasi secara ekstensif dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua mengenai rencana pembangunan landasan antariksa di Pulau Biak. 

Pemerintah memastikan kehadiran "Pulau Antariksa" di sana bakal meningkatkan perekonomian, terutama ekonomi lokal warga sekitar.

"Pemprov Papua menilai pembangunan pelabuhan antariksa di Biak akan menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai hub dan membawa dampak ekonomi yang positif bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat. DPR RI juga melihat pembangunan Pulau Biak sebagai 'Pulau Luar Angkasa' akan membawa multiplier effect bagi masyarakat sekitar," kata dia.

Lapan akan terus berkonsultasi secara intensif dengan masyarakat lokal seiring dengan pengembangan rencana pelabuhan antariksa untuk menangkap peluang dari raksasa teknologi dunia.

Baca juga: Siapakah Han Seo Han?

(dwk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar