Teknologi.id - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim menambahkan dua kompetensi baru dalam kurikulum pendidikan Indonesia, yakni Computational Thinking dan Compassion.
"Pak Nadiem ingin menambahkan Compassion dan Computational Thinking ke dalam kurikulum. Kami mencoba melakukan kajian pada kurikulum kita," ujar Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Awaluddin Tjalla dalam acara 'Grow With Google' di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (18/2).
Awalludin menjelaskan, hal lain yang ingin ditekankan oleh Kemendikbud yaitu tentang literasi digital. Menurutnya, di era digital seperti saat ini, dituntut pengetahuan lebih untuk membaca perkembangan secara digital. Awaluddin juga menyebut bahwa Mendikbud Nadiem Makarim memperhatikan hal ini untuk pertimbangan kebijakan ke depan.
"Pada waktu Rapimnas pertama, Pak Nadiem mengatakan bahwa lembaga pendidikan harus didekatkan dengan konteks ketenagakerjaan dalam perspektif globalisasi, karena itu harus ada computational thinking," jelasnya.
Lalu apa itu Computational Thinking dan Compassion? Ketua Bebras Indonesia, Inggriani Liem, di tempat dan acara yang sama, menjelaskan bahwa Computational Thinking merupakan aktivitas ektrakurikuler yang mengedukasi anak untuk memiliki kemampuan problem solving dalam era digital.
"Karena nantinya kan banyak solusi yang lahir dalam bentuk aplikasi, software, maupun sistem komputer maka dibutuhkan Computational Thinking," ujar Inggriani.
Inggriani kemudian menjelaskan ketika anak sudah diperkenalkan dengan sistem komputer dan segala macam platform digital dibutuhkan Compassion atau melakukan sesuatu dengan 'hati nurani'.
"Karena kalau semua di komputasi jadi robot tidak punya hati, bukan manusia. Untuk bisa bikin robot harus kreatif, inovatif, harus tahu robot itu untuk apa. Jadi computational thinking cuma platform, sistem computing kan ada manusianya," jelas Inggriani.
(dwk)
Tinggalkan Komentar