Teknologi.id - Platform belajar beragam bahasa asing Duolingo baru-baru ini membuat keputusan strategis yang memicu perdebatan luas yakni perusahaan akan menggantikan sebagian pekerja kontrak dengan kecerdasan buatan (AI). CEO Duolingo, Luis von Ahn, mengonfirmasi langkah ini sebagai bagian dari transformasi perusahaan menjadi “AI-first company”, sehingga menandai perubahan signifikan dalam pendekatan operasional perusahaan.
Baca Juga : Tarif Impor Trump Picu Perang Dagang Global, Apa Tujuannya?
Duolingo Fokus Pada Efisiensi dan
Skala
Mengutip
dari Entrepreneur dan The Verge, von Ahn melalui postingan LinkedIn Duolingo
menyatakan bahwa penggunaan AI telah memungkinkan Duolingo untuk menjadi lebih
efisien dalam memproduksi konten pembelajaran, khususnya untuk pelajaran dalam
bahasa baru. “Kami tidak membutuhkan jumlah pekerja kontrak sebanyak sebelumnya
karena AI dapat melakukan banyak tugas yang sebelumnya dilakukan secara
manual”, ujarnya.
Dengan teknologi seperti GPT-4 dari OpenAI, Duolingo mampu menghasilkan materi Latihan, soal, dan interaksi pengguna dengan kualitas yang cukup tinggi dan skala yang lebih besar, tanpa ketergantungan pada banyak editor atau contributor eksternal. Meskipun tidak disebutkan secara rinci berapa banyak kontrak yang terdampak, langkah ini menunjukkan pergeseran nyata dalam hal produksi konten.
Baca Juga : Micro Robot Super Ringan: Inovasi Teknologi dari Tiongkok yang Siap Mengubah Dunia
AI sebagai Pendukung, Bukan
Pengganti Total
Perlu
dicatat bahwa keputusan untuk penggunaan AI ini bukanlah pemutusan hubungan
kerja massal terhadap karyawan tetap. Pekerja yang digantikan adalah pekerja
kontrak, dimana banyak diantaranya berfokus pada tugas-tugas pengeditan,
penulisan dan penerjemahan. Menurut perusahaan, kontrak mereka memang bersifat
temporer atau sementara dan bergantung pada kebutuhan proyek. Namun, keputusan
ini tetap menimbulkan pertanyaan etis dan ekonomi tentang masa depan tenaga
kerja di era AI.
Dalam
keterangannya, Von Ahn menekankan bahwa AI tidak akan sepenuhnya menggantikan
manusia, terutama untuk aspek-aspek seperti peninjauan kualitas konten,
pengawasan kurikulum, dan keputusan strategis. Manusia tetap diperlukan dalam
peran penting untuk menjaga akurasi dan relevansi pedagogis.
Meskipun
demikian, banyak pengamat melihat ini sebagai awal dari tren yang lebih luas di
sektor teknologi pendidikan, dimana otomatisasi dan AI mulai mengambil alih
peran rutin dan kreatif yang sebelumnya dipegang oleh tenaga manusia.
Keputusan Duolingo mencerminkan dinamika yang sedang berkembang di berbagai industri. Efisiensi dan skalabilitas AI saat ini mulai diprioritaskan dibandingkan model kerja tradisional berbasis manusia. Hal ini tentu mengundang diskusi lebih lanjut mengenai regulasi AI, perlindungan pekerja lepas, serta pentingnya peningkatan keterampilan (reskilling) bagi para professional di sektor terdampak.
Baca Berita dan Artikel Lainnya di Google News
(maf)
Tinggalkan Komentar