Teknologi.id - Sama seperti setiap orang memiliki sidik jari yang unik, setiap orang juga memiliki detak jantung yang unik. Detak jantung manusia berbeda-beda, dan konsep itu sangat penting untuk perangkat identifikasi terbaru militer AS.
Dilansir dari laman
MIT Technology Review, Senin (1/6/2019), Departemen Pertahanan, atas permintaan pasukan operasi khusus Amerika Serikat (AS), menggunakan prinsip ini untuk mengembangkan laser inframerah yang dapat mengidentifikasi musuh dari kejauhan dengan membaca detak jantung mereka.
Perangkat baru militer AS yang disebut Jetson ini, bisa bekerja pada jarak 200 meter dan mendeteksi detak jantung yang unik melalui laser inframerah.
Namun tidak menutup kemungkinan akan lebih lebar dan panjang jika menggunakan perangkat laser inframerah yang lebih baik.
"Saya tidak mau bilang perangkat ini bisa mendeteksi orang hingga luar angkasa, namun jarak deteksi yang lebih panjang harusnya tidak mustahil didapat," kata Steward Remaly, salah satu pegawai
Combatting Terrorism Technical Support Office Pentagon.
Teknologi ini sejatinya telah digunakan dalam identifikasi keamanan. Tim Remaly mengklaim, Jetson bisa mendeteksi sasaran dengan akurasi hingga 95 persen.
Jetson menggunakan laser vibrometry (pengukuran getaran non-kontak) untuk mendeteksi pergerakan permukaan yang disebabkan oleh detak jantung seseorang.
Perangkat ini bisa mendeteksi detak jantung lewat pakaian normal seperti kaos atau jaket. Tapi, tidak akan bekerja jika sasaran menggunakan pakaian yang tebal seperti jaket musim dingin.
Selain militer AS, Wenyao Xu dari State University of New York telah mengembangkan sensor
cardiac yang sejenis. Namun hanya bekerja sejauh 20 meter dengan menggunakan radar. Ia percaya, sensor
cardiac lebih baik daripada
facial recognition.
"Dibandingkan dengan deteksi wajah, biometrik
cardiac lebih stabil dan memiliki tingkat akurasi hingga 98 persen," ungkapnya.
(dwk)
Tinggalkan Komentar