Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Melemah Drastis, Ini Faktor Penyebabnya

Bagas Daru Baruna . March 26, 2025

kurs rupiah dolar AS
Foto: Jawa Pos

Teknologi.id - Pada Selasa (25/3/2025), kurs atau nilai tukar rupiah mengalami pelemahan drastis hingga mencapai Rp16.640 per dolar AS, sebelum akhirnya sedikit menguat ke Rp16.590 per dolar AS pada akhir perdagangan. Ini merupakan posisi terlemah rupiah sejak Krisis Keuangan Asia tahun 1998.

Pelemahan rupiah ini menimbulkan kekhawatiran besar di pasar keuangan dan di kalangan pelaku bisnis. Sejumlah faktor global dan domestik berkontribusi terhadap tren negatif ini. Lantas, apa penyebab utama melemahnya nilai tukar rupiah, dan bagaimana dampaknya bagi perekonomian Indonesia?

Penyebab Melemahnya Rupiah

1. Ketidakpastian Stabilitas Fiskal Indonesia

Salah satu penyebab utama pelemahan rupiah adalah meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal di Indonesia. Beberapa kebijakan yang dinilai dapat membebani anggaran negara menciptakan sentimen negatif di pasar.

Faktor-faktor yang menjadi sorotan meliputi:

  • Rencana belanja populis yang berpotensi meningkatkan defisit anggaran.

  • Usulan pengawasan BUMN oleh lembaga sovereign wealth fund yang baru.

  • Ekspansi peran militer dalam masyarakat sipil yang menimbulkan spekulasi tentang arah kebijakan ekonomi ke depan.

2. Faktor Global: Kebijakan Moneter Amerika Serikat

Kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS dalam upaya mengendalikan inflasi juga menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah. Dengan suku bunga yang lebih tinggi, investor cenderung menarik modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mengalihkannya ke aset berdenominasi dolar AS yang dianggap lebih aman.

Dampaknya, permintaan terhadap dolar AS meningkat, sementara mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami tekanan.

3. Defisit Transaksi Berjalan

Defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi dari perkiraan juga turut membebani rupiah. Defisit ini menunjukkan bahwa impor lebih besar daripada ekspor, sehingga meningkatkan kebutuhan akan dolar AS untuk membayar barang dan jasa dari luar negeri. Akibatnya, nilai tukar rupiah semakin tertekan.

4. Rumor Pengunduran Diri Sri Mulyani

Kecemasan pasar semakin meningkat setelah muncul rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sri Mulyani dikenal sebagai sosok yang menjaga disiplin fiskal pemerintah. Ketidakpastian terkait kepemimpinan di sektor keuangan memicu volatilitas pasar, meskipun akhirnya rumor tersebut dibantah oleh Sri Mulyani sendiri.

5. Intervensi Bank Indonesia Tidak Cukup Menahan Pelemahan

Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk meredam tekanan terhadap rupiah. Namun, langkah ini belum cukup efektif dalam menahan pelemahan yang terus berlanjut.

Menurut analis dari OCBC, Christopher Wong, "Kinerja buruk rupiah sebagian besar disebabkan oleh faktor fundamental yang melemah, termasuk kekhawatiran fiskal, defisit transaksi berjalan yang tak terduga, perlambatan ekonomi, dan ekspektasi bahwa BI mungkin harus segera melonggarkan kebijakan."

Baca Juga : Samsung dan Xiaomi Mau Kolaborasi Bikin Mobil Listrik

Dampak Melemahnya Rupiah bagi Perekonomian Indonesia

Pelemahan rupiah ke level terendah dalam hampir 30 tahun ini tentu memiliki dampak besar terhadap berbagai sektor ekonomi. Berikut beberapa di antaranya:

1. Kenaikan Harga Barang Impor

Dengan rupiah yang melemah, harga barang impor otomatis menjadi lebih mahal. Ini akan berdampak pada sektor industri yang bergantung pada bahan baku impor, seperti manufaktur dan otomotif. Harga barang elektronik, obat-obatan, dan komoditas lain yang diimpor juga diperkirakan mengalami kenaikan.

2. Inflasi yang Berpotensi Meningkat

Pelemahan rupiah dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi karena harga barang dan jasa meningkat. Konsumen akan merasakan dampaknya melalui kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi, dan energi.

3. Beban Utang Luar Negeri Meningkat

Pemerintah dan perusahaan swasta yang memiliki utang dalam mata uang dolar AS akan mengalami peningkatan beban pembayaran bunga dan cicilan. Hal ini dapat menekan anggaran pemerintah dan menambah tekanan terhadap keuangan perusahaan yang bergantung pada pendanaan luar negeri.

4. Daya Beli Masyarakat Melemah

Dengan harga barang yang meningkat akibat inflasi, daya beli masyarakat dapat menurun. Ini berpotensi memperlambat konsumsi domestik, yang merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

5. Investor Asing Berhati-hati

Investor asing cenderung menghindari risiko saat terjadi ketidakstabilan ekonomi. Jika rupiah terus melemah, Indonesia bisa kehilangan potensi investasi asing yang seharusnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bagaimana Prospek Rupiah ke Depan?

Beberapa analis memperkirakan bahwa rupiah masih berpotensi mengalami volatilitas dalam beberapa bulan ke depan, tergantung pada perkembangan kebijakan ekonomi global dan domestik.

Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah, seperti:

  • Menjaga disiplin fiskal dengan mengontrol defisit anggaran.

  • Menarik lebih banyak investasi asing melalui kebijakan yang mendukung iklim bisnis.

  • Memperkuat cadangan devisa melalui ekspor dan investasi yang lebih tinggi.

  • Bank Indonesia memperketat kebijakan moneter untuk menekan inflasi dan menjaga daya tarik rupiah.

Baca Juga : Libur Panjang, Pemerintah Hapus Sanksi Terlambat Bayar dan Lapor Pajak

Pelemahan rupiah ke level terendah sejak 1998 dipicu oleh kombinasi faktor domestik dan global, termasuk ketidakpastian fiskal, kebijakan moneter AS, defisit transaksi berjalan, serta rumor politik yang mengguncang pasar.

Dampaknya dirasakan di berbagai sektor, mulai dari kenaikan harga barang impor hingga beban utang luar negeri yang meningkat. Jika tidak ditangani dengan baik, pelemahan rupiah ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Masyarakat dan pelaku bisnis perlu mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga dan mencari strategi untuk menghadapi dampak ekonomi dari fluktuasi nilai tukar rupiah. Sementara itu, pemerintah dan Bank Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengembalikan kepercayaan pasar terhadap rupiah.

Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar